PolhukamKriminalOrang Mee dan Moni Saudara, Segera Hentikan Pertikaian!

Orang Mee dan Moni Saudara, Segera Hentikan Pertikaian!

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Saling serang antar kelompok massa dari suku Moni dan Mee pecah di komplek Wadio, kampung Gerbang Sadu, distrik Nabire Barat, Papua Tengah, Sabtu (27/4/2024). Pemicunya aksi palang di jalan raya yang tak diterima karena terus berulang kali terjadi.

Situasi ricuh langsung ditangani Pater Yance Yogi, Pr, pastor paroki St. Michael Bilogai yang juga pastor Dekan Dekanat Moni-Puncak, keuskupan Timika. Ia turun didampingi sejumlah tokoh pemuda dan anggota MPR Papua Tengah menemui massa dari kedua kelompok yang bertikai.

Kepala suku Moni dan kepala suku Mee pun tak tinggal diam. Keduanya bahkan menyatakan dengan tegas segera akhiri pertikaian untuk masuk prosesi perdamaian.

Musa Kobogau, kepala suku besar Moni di kabupaten Nabire, mengemukakan, pertikaian dipicu tindakan kriminal dari oknum warganya yang terpengaruh minuman beralkohol.

Oknum pemicu telah diserahkan ke pihak berwajib untuk diproses, sedangkan kedua kelompok menurut Kobogau, harus akhiri pertikaian. Masyarakat Mee dan Moni di Nabire diajak segera berdamai.

“Suku Moni dan suku Mee satu keluarga besar sejak dari nenek moyang. Kami saudara kandung. Mee dan Moni tidak bisa baku kawin. Kami hanya beda bahasa saja. Hidup selalu bersama, kami satu tungku, budaya dan dalam banyak hal kami sama. Oleh karena itu, keluarga besar suku Mee yang ada di kabupaten Nabire dan pada umumnya di Papua Tengah jangan menganggap keluarga suku Moni sebagai musuh, tetapi anggaplah kami sebagai bagian dari keluargamu dan kita harus berdamai dan bersatu,” ujar Musa Kobogau menyampaikan pernyataan sikap di hadapan wartawan di Nabire, Minggu (28/4/2024).

Baca Juga:  Konflik Horizontal di Keneyam Masih Berlanjut, Begini Tuntutan IPMNI

Terpisah, Yakunias Adii, kepala suku besar Mee di kabupaten Nabire, menyatakan, aksi saling serang diantara kedua kelompok massa segera dihentikan.

Yakunias tegaskan, kejadian ini pertama dan terakhir. Kejadian serupa tidak boleh terulang lagi.

“Kami minta dengan tegas, jangan terjadi permusuhan sampai konflik diantara orang Mee dan Moni. Masyarakat harus tenang. Jangan saling dendam. Mee dan Moni satu keluarga. Saudara dekat. Cukup, jangan lanjutkan kasus seperti ini di Nabire, dan di daerah lain pun tidak usah respons secara berlebihan. Kita segera damaikan. Kasus seperti ini jangan terjadi lagi,” ujar Yakunias.

Ditegaskan, setiap orang harus sadar untuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan aturan adat dan aturan negara. Seluruh warga masyarakat tidak boleh terlibat dalam tindakan melawan hukum yang pada akhirnya mengorbankan harta benda bahkan nyawa. Semua harus sikapi masalah dengan tenang agar tidak berdampak terhadap proses pembangunan, tetapi juga semangat persatuan diantara sesama warga masyarakat yang ada di provinsi Papua Tengah tetap terjaga baik.

Baca Juga:  Kasus Laka Belum Ditangani, Jalan Trans Wamena-Tiom Kembali Dipalang

“Papua Tengah adalah provinsi baru yang butuh keterlibatan semua pihak, masyarakat wajib mendukung program pembangunan daerah. Oleh sebab itu, permusuhan diantara kedua kelompok harus ditiadakan. Jangan lakukan. Stop!,” tegasnya.

Kepada kedua kelompok massa yang bertikai, harap Yakunias, segera masuk prosesi perdamaian untuk mengakhirinya.

“Di setiap masalah pasti ada solusinya. Orang Mee dan Moni harus segera berdamai. Ingat, dua suku ini satu nenek moyang. Selama ini kami hidup rukun dalam satu ikatan persaudaraan. Sesuai adat, Moni dan Mee tidak bisa baku kawin. Itu bukti bahwa dua suku ini satu keluarga dari sejak leluhur kami,” tutur Adii.

Dilaporkan, sedikitnya lima orang terluka saat saling serang. Mereka sedang menjalani perawatan di rumah sakit umum daerah (RSUD) Nabire di Siriwini.

Baca Juga:  Kapolres Sorong Kota Didesak Proses Hukum Pelaku Pengeroyokan Casis Polri

Para korban pertikaian bahkan telah dikunjungi Anwar Harun Damanik, Sekda provinsi Papua Tengah.

Selain melihat langsung kondisi mereka, Sekda juga menyampaikan beberapa nasehat sekaligus serahkan biaya perawatan.

Damanik berpesan, kedua kelompok massa segera menyudahi aksi saling serang.

“Itu masalah cepat diakhiri ya. Kepala suku harus tangani. Besok kami undang para kepala suku [untuk membicarakan proses penyelesaian],” kata Harun.

Kapolres Nabire AKBP Wahyudi Satrio Bintoro pun senada, pertikaian segera diakhiri untuk mencegah bertambahnya korban di kedua belah pihak.

“Para tokoh, kepala suku bantu kami untuk sama-sama cepat redam konflik tidak meluas, terutama dari pihak yang masih belum menerima. Pada intinya ini segera diatasi dan kita sudah melakukan upaya preventif,” tuturnya.

Satu hal penting menurut Kapolres Nabire, setiap orang wajib hindari hasutan dan gencarnya isu-isu murahan yang hanya mau memancing amarah.

“Kami menghimbau kepada seluruh rakyat agar tidak mudah terprovokasi oleh siapapun. Harus juga hindari berita hoaks. Itu hanya memperkeruh situasi dan akan mempersulit proses penanganannya.” []

Terkini

Populer Minggu Ini:

Pimpinan Gereja Katolik Meminta Semua Pihak Dukung Pemkab Intan Jaya

0
“Untuk membangun Kabupaten Intan Jaya, yang kita ketahui bahwa daerah konflik ini tidak bisa hanya dibebankan kepada satu atau dua orang. Tetapi semua pihak turut serta bahu membahu dan bersatu. Karena hanya dengan persatuan dan kesatuan yang kokohlah yang akan membuat daerah ini maju,” jelasnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.