ArsipSUP Minta Militer Ditarik Dari Papua

SUP Minta Militer Ditarik Dari Papua

Sabtu 2012-06-16 11:44:15

Maka, militer Indonesia harus segara ditarik dari tanah Papua dan buka ruang demokrasi untuk rakyat Papua,” demikian hasil jumpa pers yang dikirim redaksi suarapapua.com, seperti dilaporkan Andy Gobay, salah satu mahasiwa Papua yang sedang studi di Jogjakarta.

Menurut Andy, dalam jumpa pers SUP mengencam  kekerasan militer  yang berujung pada pelanggaran HAM, karena itu pemerintah Indonesia harus bertanggung jawab terhadap dosa-dosa tersebut.

“Akibat berbagia operasi militer, telah menimbulkan korban jutaan nyawa orang asli Papua di tanah Papua Barat.”.

Koordinator Umum SUP,  Leksi Degei  menyatakan Militer Indonesia telah gagal menjalankan tugas negara di Papua, tindakan aparat penegak hokum sangat-sangat berlebihan.

“SBY hanya melindungi kapitalis investasi asing dan Antek-antek rezim (SBY-Boediono) dengan kekuatan Militer, dari pada  melindungi rakyat Papua,” ujar Leksi.

Leksi meminta agar militer ditarik dari tanah Papua, dan pelanggaran HAM harus diusut tuntas, pasalnya, keberadaan militer di tanah Papua terbukti menciptakan situasi Papua yang tidak kondusif.

Adapaun pernyataan sikap SUP yang dibacakan oleh Leksi Degei, Pertama, buka ruang demokrasi  untuk rakyat Papua.

Kedua, tarik militer (TNI-POLRI) organik maupun non-organik dari seluruh tanah Papua.

Ketiga, copot Kapolda Papua dan Pangdam XVII/Cenderawasih;

Dan  Keempat, Polda Papua segera melakukan uji balistik untuk membuktikan pelaku penembakan di tanah Papua.

Selanjutnya, SUP bersama masyarakat Papua yang berada di Jogkarta melakukan mimbar bebas di Titik Kilomter Nol, Kantor Pos Pusat, Malioboro, Yogyakarta, sekitar ukul 18.00 WIB.

OKTOVIANUS POGAU

Terkini

Populer Minggu Ini:

Pengusaha OAP Buka Palang Kantor 10 OPD Setelah Ada Kesepakatan

0
"Kami siap buka palang yang kami lakukan. Palang dibuka bukan hanya karena telah ada kesepakatan bersama pengusaha asli Papua, penjabat bupati Sorong, pimpinan OPD dan perwakilan MRP PBD dalam rapat tertutup. Tetapi kami buka palang ini karena kami juga mendukung pemerintah kabupaten Sorong dalam pelayanannya," kata Marko Vanbasten Kadakolo di depan kantor bupati Sorong, Senin (13/5/2024) sore.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.