SORONG, SUARAPAPUA.com — Kasus destructive fishing atau penangkapan ikan menggunakan bahan peledak di kepulauan Kofiau mengancam ekosistem laut kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya.
Jherris Mambrasar, warga kecamatan Kofiau, mengatakan, aktivitas penangkapan ikan yang merusak ekosistem laut masih saja terjadi.
“Bahkan pengeboman ikan dilakukan secara terang-terangan di depan pulau Kofiau,” jelasnya kepada suarapapua.com melalui pesan elektronik, Kamis (16/5/2024).
Pengakuan masyarakat kepulauan Kofiau, kutip Mambrasar, tidak tahu secara pasti asal nelayan yang melakukan aktivitas pengeboman ikan di kepulauan Kofiau. Namun yang diketahuinya, aktivitas tersebut sudah berlangsung kurang lebih dua bulan terakhir.
“Sepertinya nelayan ini dari Sorong, karena biasanya setelah bom ikan mereka langsung pergi. Aktivitas bom ikan dilakukan selama beberapa bulan terakhir ini.”
Kata Jherris, masyarakat Kofiau tidak berani menegur para nelayan tersebut karena selalu ancam mereka dengan bahan peledak (bom).
“Pemerintah distrik juga malas tahu dengan aktivitas itu, sementara masyarakat tidak berani dengan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi karena dong bawa banyak bom dalam perahu,” tuturnya.
Karena itu, ia mendesak Polres Raja Ampat dan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) kabupaten Raja Ampat segera meninjau langsung lokasi dan menindak tegas para pelaku pengeboman ikan.
“Itu harus segera bergerak cepat, jika tidak terumbu karang di wilayah Kofiau akan hancur karena bom,” ujar Mambrasar.
Abdi, salah satu warga Kofiau, menyayangkan bila keindahan alam dasar laut yang dimiliki kabupaten Raja Ampat itu rusak dan hancur. Jika itu terjadi, jelas akan berpengaruh pada sumber pendapatan masyarakat.
“Banyak turis yang datang menyelam dan melihat keindahan laut Raja Ampat. Kalau masalah ini dibiarkan begitu akan berdampak pada pendapatan masyarakat karena sebagian besar kelola pariwisata,” lanjutnya.
Petugas penegak hukum diminta secara rutin melakukan pengawasan di seluruh wilayah perairan kabupaten Raja Ampat.
“Polisi dan dinas terkait harus rajin kontrol di sini. Kalau dibiarkan saja itu pasti mereka bom ikan di daerah lain lagi,” kata Abdi. []