Warga Ngalum Kupel yang mengungsi akibat penyerangan militer Indonesia saat menunjukkan beberapa bom mortir yang belum meledak ditembakkan ke arah mereka. Penyerangan aparat keamanan Indonesia di distrik Kiwirok, kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan, pada Oktober 2021 lalu, telah direkam dalam dua buah film dokumentasi dan dipublikasikan pada pekan lalu. (Dok. PNG Trust)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Penasaran dengan dua buah film dokumenter tentang pengeboman di distrik Kiwirok, kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan, pada Oktober 2021 lalu, yang telah dirilis 20 Desember 2024 dan langsung ditonton ribuan orang dari seluruh dunia?.

Dua film yang telah dirilis ke publik pada pekan lalu itu dapat ditonton melalui akun YouTube.

Adapun kedua film itu masing-masing berjudul “We Made Our Friends an international fugitive”. Dan, film lainnya berjudul “Frontier War, Inside The West Papua National Liberation Army”.

Klik link YouTube berikut:

  1. https://youtu.be/BcN31jstzm0?si=7oGSNl9ZKuzb6wsR.
  2. https://youtu.be/65_DgLwjePA?si=-Yj9tgyevENtji8X.

Diberitakan media ini di edisi sebelumnya, film dokumenter tersebut merupakan hasil investigasi tim advokat Australia dan PNG. Jurnalis Kristo Langker bersama timnya mengumumkan telah publikasikan kedua film itu.

ads

Dalam dua film dokumenter tersebut memperlihatkan situasi selama dan setelah serangan dari pasukan keamanan Indonesia yang tindakan kekerasannya menimpa warga sipil setempat. Penggunaan bom dan roket yang dilepas dari berbagai arah ke markas Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Kodap XV Ngalum Kupel dirasakan dampaknya oleh masyarakat Kiwirok.

Penyerbuan dilakukan pasukan militer Indonesia menyusul meningkatnya gerakan perjuangan kemerdekaan oleh kelompok TPNPB di wilayah Pegunungan Bintang, tepatnya distrik Kiwirok.

Akibat penyerangan itu, dilaporkan sedikitnya 2.000 orang warga sipil setempat mengungsi ke hutan. Selama sekian lamanya mereka bertahan di tengah rimba lantaran takut untuk kembali ke rumah mereka. Penyerbuan juga mengakibatkan penduduk sipil tewas.

Banyak korban jiwa tewas kemudian tatkala melarikan diri ke tempat yang lebih aman. Saksi menyebutkan 284 orang telah meninggal dunia akibat kelaparan di lokasi pengungsian saat itu.

Dalam penyerangan itu, aparat keamanan diduga kuat menggunakan bom dan roket yang ditembakkan dari helikopter dan drone. Itu terbukti dari ditemukannya sejumlah bom yang sudah maupun belum meledak. Warga Ngalum Kupel temukan itu di sejumlah tempat berbeda. []

Artikel sebelumnyaRayakan HUT, KNPB Sektor Tage Mogoutouda Fokus Kerja Menuju MSN
Artikel berikutnyaCatatan Akhir Tahun 2024 dari Penggagas Noken di UNESCO