JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Kehadiran pasukan bersenjata di kampung Yuguru, distrik Mebarok, kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, sejak 18 Januari 2025 lalu, mulai memakan korban. Abaral Wandikbo, salah satu warga sipil, ditangkap, dianiaya hingga tewas.
Sumber warga mengungkapkan kronologi terjadinya operasi militer Titik Kuat Yuguru diperoleh melalui SSB dari Yuguru. Dilaporkan, operasi dilakukan dari rumah ke rumah, juga menyasar hingga ke kebun-kebun milik masyarakat setempat. Mereka diinterogasi satu persatu, memaksa harus tunjuk rumah TPNPB. Uang dan HP yang dibawa warga turut disita.
Tanggal 22 Maret 2025, aparat menangkap Abaral Wandikbo di rumahnya di Ware Ndopem yang sedang jaga ayahnya yang sedang sakit. Sebelum dibunuh, tangan Abaral Wandikbo diborgol dan digelandang dibawah tondongan senjata sambil memaksa menunjuk tempat tinggal anggota TPNPB. Tetapi ia tak menjawabnya karena memang di Yuguru tak ada markas TPNPB. Yuguru adalah tempat pengungsi bagi warga Nduga.
Sehari kemudian, tanggal 23 Maret 2025, pasukan bersenjata membawa Abaral Wandikbo ke Yimiri 1 dan Yimiri 2. Lalu, aparat bongkar rumah kepala desa Ngenamba, Letus Karunggu. Di situ mereka menemukan HT. Aparat menginterogasinya dibawah todongan senjata. Bertanya-tanya tentang tempat beli HT, siapa yang memberikan dan apa tujuannya?
Kepala desa Ngenamba menjawab, HT tersebut diberikan Edison Gwijangge agar bisa berkomunikasi dengan Egianus Kogeya untuk membebaskan pilot asing. Sejauh ini keberadaan Letus Karunggu belum diketahui, sebab rumah pribadinya di Yimiri telah dijadikan sebagai pos Indonesia kedua di Yuguru.
Di hari yang sama, pasukan militer kurung Gembala Eniel Gwijangge. Lalu, ia dipukul dan disiksa. Begitupun jemaatnya di kediaman mereka di Engendumu Kuid.
“Abaral Wandikbo diculik pada tanggal 22 Maret 2025 dan mayatnya ditemukan tiga hari kemudian, 25 Maret di jalan kebun Merabut. Cara aparat sangat brutal dan sadis. Abaral Wandikbo ditangkap di kediaman kampung Mane sejauh 500 meter dari pos militer di lapangan Yuguru dan dibawa hingga mayatnya dibuang di jalan kebun Merabut, 200 meter dari pos militer Indonesia,” jelasnya dalam keterangan tertulis, 29 Maret 2025.
Sumber warga mengaku informasi ini belum bisa disertai foto jenazah korban penyiksaan dan situasi di Yuguru. Hal ini akibat sulitnya jaringan Telkomsel. Tetapi tindakan tersebut dianggap telah melanggar keputusan secara lisan dan tertulis yang disepakati bersama kepala distrik Mebarok, kepala desa Yuguru, pimpinan gereja Yuguru, dan masyarakat setempat.
Ketika itu dinyatakan bahwa anggota militer tidak keluar dari kali Merame dan kali Waro, tetapi tidak diindahkan. Buktinya, Abaral Wandikbo ditangkap dan dibunuh hingga mayatnya dibuang di pinggir kali Merame.
Menyusul kejadian itu, masyarakat minta Edison Gwijangge sebagai tim pembebasan pilot Philips Mark Mehrten segera menarik kembali pasukan militer yang diturunkan di Yuguru. Tim bersama Edison Gwijangge juga didesak untuk segera bertanggungjawab atas ketakutan warga Yuguru lantaran kehadiran militer bersama perlengkapan perang di sana.
“Kalau bapak Edison Gwijangge tidak bisa tarik militer Indonesia dari Yuguru, maka bapak Edison Gwijangge harus siapkan tanah untuk kami agar kami keluar dari Yuguru karena sekarang Yuguru sudah dikuasai oleh aparat militer Indonesia,” desakan warga setempat.
Pasukan militer Indonesia diturunkan di Yuguru sejak 18 Januari 2025. Sebanyak 23 helikopter mendarat di gunung Nalkuru. Letak gunung Nalkuru tak jauh dari lapangan terbang Yuguru. []