BeritaSoal Polres Dogiyai, Usman Hamid: Tidak Sesuai Riset Ilmiah

Soal Polres Dogiyai, Usman Hamid: Tidak Sesuai Riset Ilmiah

DOGIYAI, SUARAPAPUA.com — Masih berlanjutnya pro dan kontra terhadap pembentukan Polres Dogiyai ditanggapi Usman Hamid, direktur eksekutif Amnesty International Indonesia.

Usman menyatakan, pembangunan Polres baru di Dogiyai tidak sesuai dengan riset ilmiah dan kriteria yang ditetapkan dalam peraturan kepala kepolisian Republik Indonesia (Perkapolri).

“Soal pemekaran Polres Dogiyai, harus sesuai dengan riset ilmiah dan cara yang sama, termasuk harus memenuhi kriteria yang ditetapkan Perkapolri,” kata Usman Hamid kepada suarapapua.com, Kamis (26/5/2022).

Baca Juga:  Tragedi Penembakan Massa Aksi di Dekai 15 Maret 2022 Diminta Diungkap

Menurut Usman, pemekaran Papua menjadi provinsi-provinsi baru akan diikuti dengan pembentukan satuan-satuan teritorial militer yang baru, termasuk markas kepolisian.

“Pemerintah belum melakukan riset ilmiah terkait dengan calon DOB tersebut. Selain itu, pemerintah melakukan pembuatan kebijakan DOB dan pembentukan Polres Dogiyai tanpa persetujuan MRP, tanpa konsultasi dengan rakyat OAP. Seharusnya itu dilakukan atas persetujuan MRP,” ujar Usman.

Baca Juga:  Hindari Jatuhnya Korban, JDP Minta Jokowi Keluarkan Perpres Penyelesaian Konflik di Tanah Papua

Terpisah, Benny Goo, koordinator Solidaritas Rakyat Papua (SRP) Dogiyai, menilai pembentukan Polres Dogiyai sebagai bagian dari DOB, tetapi kebijakan tersebut tidak memenuhi kriteria yang termuat dalam Perkapolri nomor 7 tahun 2014 tentang pembentukan dan peningkatan status kewilayahan kesatuan.

“Kelayakan geografis tidak cukup terpenuhi. Jalan Trans Papua yang berjarak 200 Km antara Nabire dan Dogiyai sudah bagus dan teraspal. Tidak seburuk dulu, di mana jalan agak terjal dan jurang, sehingga meski jarak waktu tempuh hanya membutuhkan lima jam, tugas kepolisian tetap dapat berjalan dibawah kendali Polres Nabire,” bebernya.

Baca Juga:  AMAN Sorong Malamoi Gelar Musdat III di Wonosobo

Pewarta: Yance Agapa
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

Nasionalisme Papua Tumbuh Subur di Tengah Penjajahan

0
Ternyata pendidikan dan pengajaran Pancasila, P4 dan sejarah Indonesia yang diajari oleh para guru di bangku sekolah tidak menghapus nasionalisme Papua merdeka. Justru anak-anak muda Papua ini semakin memahami jati diri mereka, identitas mereka, juga memahami dengan baik penjajahan Indonesia yang sedang terjadi di atas Tanah Papua dari tahun 1960-an.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.