ArsipPesan Moral dari Jerman: Jaga dan Lestarikan Budaya Papua

Pesan Moral dari Jerman: Jaga dan Lestarikan Budaya Papua

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Ada pesan moral tentang pentingnya mengenal budaya dan jati diri sebagai orang Papua dari negeri Jerman. Pesan ini panting, karena belakangan orang Papua telah lupa akan semua identitasnya yang diberikan Sang Pencipta.

Seperti yang dikemukakan seorang kebangsaan Jerman, Karl Muller dalam sebuah talk show di televisi lokal Jerman, “Orang Papua berusaha mengejar kemajuan, tetapi mereka meninggalkan nilai-nilai adat dan tradisinya,” sebagaimana ditulis Gideon Rikhard Munsyof Meosido di dinding facebooknya, Kamis (22/10/2015).

Dalam konteks Papua, tulis Gide sapaan akrabnya, Mambesak membangun filosofi. Bernyanyi hidup dahulu, sekarang dan nanti. Filosofi ini menegaskan tentang menghubungkan generasi masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.

Gide membandingkan, adanya era globalisasi saat ini sangat berdampak negatif bagi anak-anak muda Papua atas kekayaan budaya dan tradisi. Jika pemerintah dan orang tua tidak tanggap, generasi Papua akan kehilangan segalanya di masa kini dan di masa akan datang.

“Cara berpikir, berpakaian dan berbahasa telah mengalami revolusi besar, dimana anak muda telah tenggelam dalam budaya musik Pop, Hip-Hop, tarian internasional dan budaya luar lainnya. Memang budaya dan kekayaan kita sudah mendunia, namun kita sendiri tidak tahu cara mempertahankannya serta memperkenalkan kepada generasi muda Papua saat ini,” Gide menjelaskan kondisi saat ini.

Oleh sebab itu, ia menyarankan supaya ada the balance culture antara budaya luar dan kesadaran pertahankan budaya Papua yang sudah ada turun temurun.

Penyebab semua ini, jelas dia, disebabkan karena ketidakadaan penggunaan atau pengajaran tentang bahasa daerah di sekolah-sekolah. Termasuk hilangnya nilai-nilai filosofi Papua, seperti perumpamaan, peribahasa, cerita rakyat, dongeng, lagu daerah, tarian-tarian, cerita prosa (mite) dan syair.

Ia menekankan kepada pemerintah agar cepat menanggapi hal ini untuk memasukan dalam sebuah kurikulum pendidikan, khusus di Tanah Papua.

“Jika tidak kita hanya bisa bangga dengan hitam kulit dan keriting rambut, dan isinya sudah tidak Papua. Maka, saya ajak kepada kita generasi bersama-sama berkontribusi mulai dari kita dulu, baik di daerah, nasional hingga unternasional, supaya dunia tahu kita adalah negerasi Papua yang mengenal, menghargai serta mensyukuri anugera besar cuma-cuma dari Tuhan.”

“Jadi jika ko bangga berasal dari Surga Kecil yang Jatuh ke Bumi, maka ko harus mengenal dan mempertahankan ko punya budaya sendiri yang sangat kaya ini,” pesan Gide yang sempat mengikuti Germany Idol di kota Koln Jerman baru-baru ini.

Sementara itu, Lambert Mandibondibo mengakui, kesadaran orang tua untuk menanamkan nilai-nilai budaya kepada anak-anak sejak dini sangat minim, maka perlu dimasukan dalam kurikulum pendidikan SD hingga SMA.

“Sebenarnya MRP dan Dewan Adat Papua (DAP) ada, tetapi percuma kalau mereka tutup mata tidak memperjuangkan untuk melestariakn budaya dan adat Papua,” tulis Lambert di dinding facebook Gideon.

 

ELISA SEKENYAP

Terkini

Populer Minggu Ini:

Partai Demokrat se-Papua Tengah Jaring Bakal Calon Kepala Daerah Jelang Pilkada...

0
Grace Ludiana Boikawai, kepala Bappiluda Partai Demokrat provinsi Papua Tengah, menambahkan, informasi teknis lainnya akan disampaikan panitia dan pengurus partai Demokrat di sekretariat pendaftaran masing-masing tingkatan.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.