ArsipPerbudakan: Dari Amerika Hingga Papua Barat (1)

Perbudakan: Dari Amerika Hingga Papua Barat (1)

Jumat 2013-09-06 14:45:30

Perbudakan adalah sebuah kondisi di mana terjadi pengontrolan terhadap seseorang (disebut budak) oleh orang lain. Perbudakan biasanya terjadi untuk memenuhi keperluan akan buruh atau kegiatan seksual.

 

Seorang budak juga dapat diartikan sebagai manusia yang terenggut hak asasinya sebagai manusia bebas dan bermartabat. Budak adalah manusia yang tereksploitasi secara fisik maupun psikis. Apapun yang dikehendaki oleh tuannya harus diikuti bila tidak, dia akan mendapatkan hukuman.

Para budak adalah golongan manusia yang dimiliki oleh seorang tuan, bekerja tanpa gaji dan tiada punya hak asasi manusia. "Slave" berasal dari perkataan slav, yang merujuk kepada bangsa Slavia yang tiada berharta dari Eropa Timur, termasuk Kekaisaran Romawi.

Konsep perbudakan berdiri di atas pengandaian, bahwa ada tingkatan manusia. Kelompok manusia tertentu dianggap lebih unggul daripada kelompok manusia lainnya. Maka kelompok yang lebih kuat punya hak untuk menindas kelompok yang lebih tak berdaya.

Isi Buku?

Buku ini menceritakan tentang kisah perbudakan yang dialami oleh orang-orang Afrika yang dibawah paksa dari rumah mereka sebuah tanah baru yang telah dikuasai oleh orang-orang kulit putih.

Tanah Amerika adalah tanah milik orang Indian tapi telah dirampas oleh orang-orang kulit putih yang datang dari benua Eropa, terutama Inggris.

Buku ini sangat menarik. Ketika saya membaca buku ini saya dibawah kedalam dunia mereka (para budak). Saya merasa sedang mengalami hidup bersama mereka, menjalani hari-hari bahagia tapi juga hari-hari yang penuh dengan air mata.

Yang menjadi pusat dari cerita ini adalah Paman Tom. Ia seorang lelaki tua yang jujur, setia, taat, penyabar, pekerja keras dan beriman. Tuannya bernama Shelby. Karena Tom terlihat baik dimata tuannya, ia dipercayakan untuk mengurus beberapa urusan bisnis dan urusan keluarga. Namun, Tom dijual kepada Haley oleh tuannya itu karena tidak mampu melunasi hutangnya.

Pada waktu berikutnya Tom dibeli oleh tuan Clare atas desakan anaknya Evelin Saint Clare/Eva. Mereka menjadi sahabat hingga Eva meninggal. Saat Eva meninggal ia menitipkan pesan kepada ayahnya supaya membebaskan semua budaknya, karena mereka tidak layak diperlakukan secara tidak manusiawi. Saat tuan Clare mempersiapkan prosedur pembebasan bagi Paman Tom, tuan Clare tewas ditikam di sebuah bar. Akhirnya harapan untuk bebas dari Tom tertunda.

Kemudian Tom dijual kepada Legree. Tuan Legree mempunyai dua orang pengawas budak orang kulit hitam, Sambo dan Kimbo. Tom yang sebelumnya bekerja sebagai budak rumahan, kini bekerja di kebun kapas. Mereka tidur beralaskan kain usang di sebuah pondok kecil. Tom mulai terbiasa dengan kehidupan yang sengsara. Namun ia mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik. Tuannya sangat menyukai dia, tapi ia benci juga karena Tom selalu membantu orang yang lemah. Sambo dan Kimbo telah didik untuk menjadi orang geram dan jahat sehingga mereka mencambuk sesama orang kulit hitam dan memeras tenaga mereka.

Suatu malam, cassie dan Emmile dua orang budak perempuan yang bersama dengan Tom melarikan diri. Esok paginya, tuan Legree menuduh Tom yang merencanakan dan menyebabkan kedua budak itu lari.

Akhirnya Tom disiksa dan dicambuk hingga tak berdaya. Beberapa saat kemudian datanglah George anaknya tuan Shelby yang pernah berjanji untuk akan membawa Tom kembali. Sayang, mereka bertemu saat Tom sudah tak berdaya, Tom meninggal dipangkuan George. Tom akhirnya menemukan kebebasannya melalui kematian.

Ada juga cerita tentang Elliza dan anaknya yang melarikan diri dari rumah tuan Shelby karena anaknya yang lincah dan pintar hendak dijual. Dalam pelariannya itu ia bertemu dengan suaminya, mereka dilindungi oleh kelompok Quakers yang menentang perbudakan lantaran bertentangan dengan nilai-nilai Injil.

Mereka berhasil lari ke Kanada. Di Kanada Eliza bertemu dengan mamanya yang telah lama dipisahkan darinya. Rupanya mamnya adalah salah satu dari dua wanita (Cassie) yang melarikan diri dari rumah Legree. Mereka kemudian menuju ke Eropa dan akhirnya memperoleh kebebasan di Liberia, Negara yang telah disiapkan bagi para mantan budak.

Orang Afrika yang dijadikan budak tidak hanya dipekerjakan di perkebunan-perkebunan, tapi juga di rumah-rumah para majikan. Mereka ini bisa diperjual belikan kapan saja oleh para majikannya, tergantung situasi tuannya walau dia terlihat sebaik apa pun. Sistem jual beli budak ini memisahkan ribuan anak dari orang tuanya, ribuan wanita dari suami dan ribuan suami dari istri dan anak-anaknya. Keluarga-keluarga orang kulit hitam ini benar-benar dihancurkan. Banyak juga mama-mama yang bunuh diri lantaran dipisahkan dari anaknya.

Misalnya, cerita tentang Hally yang memisahkan anak dari ibunya saat mereka tiba di Louisville. Tanpa sepengetahuan ibunya anak itu dijual, lalu ibu ini bunuh diri dengan membuang dirinya ke dalam sungai.

Ini adalah cerita diskriminasi dan kebiadaban. Manusia berkulit hitam yang diperlakukan sebagai tidak sebagai manusia. Mereka diperlakukan seperti benda yang kapan saja bisa dijual oleh pemiliknya. Mereka tidak diberi kesempatan untuk berpendidikan. Mereka benar-benar tidak diberikan kebebasan agar bisa mengaktualisasikan dirinya. Mereka diperlakukan seperti binatang, seperti Kerbau/Sapi di pulau Jawa yang dipasang kuk untuk membajak sawah tuannya.
Bagaimana Perbudakan di Amerika itu terjadi?

Kisah yang tergores dalam buku ini, terutama kisah dari Paman Tom diatas mewakili ribuan kisah perbudakan yang terjadi di Amerika Serikat. Kisah perbudakan ini dimulai sejak orang-orang Afrika diangkut secara paksa dan di bawah ke benua baru yang ditemukan oleh Christopher Columbus pada tahun 1492. Menurut catatan sejarah Amerika, para budak ini pertama kali tiba di Amerika pada tahun 1619.

Dalam decade perbudakan terutama dalam tahun 1861 lebih dari tiga juta orang Afrika-Amerika menjadi budak disana, sebagian besar pekerjaan dari para budak ini adalah memetik kapas di perkebunan milik orang kulit putih yang menjadi tuan mereka.

Dalam tahun 1793 kongres Amerika menyusun dan menetapkan sebuah aturan yang namanya fugitive slave law yang berisi ketentuan mengenai pelarian budak-budak negro di suatu negara bagian ke negara bagian lain harus dikembalikan kepada pemiliknya.

Kemudian dalam abad ke 18 dan 19 mereka membuat aturan tentang hubungan antara tuan dan budak, aturan itu diberi nama the black codes. Isinya antara lain melindungi hak milik budak, mengawasi setiap kemungkunan timbulnya gerakan-gerakan negro yang dapat membahayakan kedudukan para pemiliknya. Para budak dilarang mengadakan perjanjian dengan siapapun.

Seorang budak tidak boleh melakukan kekerasan terhadap orang kulit putih tapi sebaliknya pembunuhan yang dilakukan oleh warga kulit putih terhadap kulit hitam tidaklah dianggap sebagai suatu perbuatan kriminal, hukuman yang diterima budak paling ringan adalah dipekerjakan kembali di tempat yang pekerjaannya berat. Ada juga budak yang anggota tubuhnya di siksa seperti bekas-bekas penyiksaan terhadap budak yang melanggar peraturan tersebut. Hukuman yang terberat seperti hanya pemberontakan budak di hukum mati.

Lalu apakah para budak ini berdiam diri? Tidak! Ketika mereka merasa bahwa aturan-aturan itu menyiksa mereka, para budak ini bangkit dan melakukan perlawanan.

Mereka melakukan pemberontakan. Pemberontakan budak mula pertama terjadi di South Carolina pada November, 1526. Adapun pemberontakan budak yang dianggap penting pada era kolonial Inggris di Amerika Serikat terjadi di wilayah Virginia pada September,1663.

Selama era kolonial Inggris sampai berakhirnya perang saudara di Amerika Serikat (1607-1865),telah terjadi 115 kali pemberontakan budak yang terjadi di berbagai negara bagian di Amerika Serikat. Sebagian besar terjadi di Selatan. Sejak wilayah Utara melarang adanya perbudakan pada tahun 1804, maka pada tahun itu pula tidak pernah terjadi pemberontakan-pemberontakan budak.

Selama periode 1800-1864, telah terjadi 54 kali pemberontakan budak yang kesemuanya terdapat di wilayah Selatan. Memperhatikan tempat terjadinya pemberontakan budak, daerah Virginia merupakan tempat yang terbanyak terjadinya pemberontakan. Sebanyak 20 kali selama periode 1800-1864, yang lain tersebar di berbagai wilayah. Nantinya, dalam perang saudara di Amerika Serikat (1861-1865), Virginia merupakan ibukota dari negara konfederasi.

*Naftali Edoway adalah pemerhati sosial, tinggal di Jayapura, Papua

Terkini

Populer Minggu Ini:

DPD KNPI Tambrauw Gelar Rapat Pleno Satu untuk Kemajuan Pemuda

0
SORONG, SUARAPAPUA.com--- Dewan Pengurus Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPD KNPI) Kabupaten Tambrauw gelar Rapat Pleno I, sekaligus penyerahan Surat Keputusan (SK) panitia Rapat...

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.