ArsipFSRJ: Pemda Tidak Bangun Sarana Pendidikan dan Kesehatan, Justru Bangun Mako Brimob?

FSRJ: Pemda Tidak Bangun Sarana Pendidikan dan Kesehatan, Justru Bangun Mako Brimob?

Rabu 2015-02-04 20:30:15

WAMENA, SUARAPAPUA.com — Koordinator Forum Solidaritas Rakyat Jayawijaya (FSRJ), Soleman Itlay, mengatakan, rakyat Jayawijaya dan Pegunungan Tengah Papua menolak tegas rencana pembangunan Markas Komando (Mako) Brimob di Wamena, Papua.

"Entah Mako Brimob mau bangun di wilayah Hubikosi, Hubikiak, Yagara, Megapura, Woma dan pada umumnya di wilayah Jayawijaya, kami masyarakat sudah sepakat untuk tolak," kata Itlay, dalam orasinya saat gelar aksi demo damai, di halaman Kantor DPRD Jayawijaya, Rabu (4/2/2015).

 

Menurut Itlay, penolakan dilakukan karena Mako Brimob dibangun hanya kepentingan elit politik, bukan rakyat biasa yang tinggal di Jayawijaya dan sekitarnya. (Baca: Theo Hesegem: Tidak Perlu Lagi Hadirkan Brimob di Jayawijaya!).

 

"Jika mau bangun Jayawijaya, bangunlah terlebih dahulu sarana pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dari pada bangun Mako Brimob yang tidak jelas tujuannya,” kata Itlay, disambut tepuk tangan ratusan massa aksi.

 

Hingga saat ini, menurut Itlay, daerah Jayawijaya dalam keadaan aman, karena itu tidak perlu hadirkan Mako Brimob. (Baca: Kepala Suku dan Tokoh Agama di Wamena Tolak Pembangunan Markas Brimob).

 

“Kenapa mau hadirkan Brimob kalau kita di Jayawijaya aman-aman saja? Pihak legislatif atau eksekutif harus berpihak kepada masyarakat,” tegas Itlay.

 

Perwakilan mahasiswa, Muli Wetipo mengatakan, daerah Wamena dalam keadaan aman, karena itu tidak perlu ada Mako Brimob, sebab solusi bagi masyarakat adalah pemeratan pembangunan.

 

"Brimob hanya akan membawa konflik baru, stop hadirkan Brimob sudah, karena hadirkan Brimob itu bukan kepentingan rakyat, tetapi kepentingan elit politik,” kata Wetipo. (Baca: Mahasiswa Jayawijaya Tolak Pembangunan Mako Brimob di Wamena).

 

Sementara itu, pemilik hak ulayat dan kepala suku Welesi-Jagara, Markus Lanny, dalam orasinya mengatakan, perang di Jayawijaya tidak pernah ada, karena itu tidak perlu hadirkan Mako Brimob.

 

“Perang itu siapa yang biasanya mulai. Biasanya orang-orang tua dulu, sekarag sudah tidak ada. Jadi jangan pake alasan perang baru datangkan Brimob."

 

"Kami dengan tegas tolak karena lokasi pembangunan itu sempit, dan akan dijadikan tempat berkebun masyarakat," ujarnya. (Baca: Kepala Suku dan Tokoh Agama di Wamena Tolak Pembangunan Markas Brimob).

 

Menurut Markus, sejauh ini keberadaan Polisi dan TNI di Wamena cukup, sehingga tidak perlu datangkan Brimob, sebab tidak ada lokasi yang disiapkan masyarakat untuk pembangunan Mako Brimob.

 

"Kami tidak punya tempat untuk mereka (Brimob). Bupati Jayawijaya juga anak kami yang lahir dari makanan tradisional di kebun itu, tetapi kenapa sekarang dia mau bangun Mako Brimob. Kami sudah cukup korban jadi tidak usah bangun Mako Brimob,” tegas Samuel Lanny.

 

Tokoh Gereja, Pater Theo Kosai mengatakan, keberadaan anggota polisi dan TNI yang di back up Batalyon sudah cukup, karena itu tidak perlau hadirkan Mako Brimob. 

 

"Tidak perlu lagi hadirkan Brimob, saya kira Polisi dan TNI yang di back up Batalyon di Wamena sudah cukup. Tidak perlu Mako Brimob,” tegas Pater Theo.

 

Sementara itu, perwakilan tokoh pemuda, Enos Lagowan mengatakan, pihaknya dengan keras tolak keberadaaan Brimob di Jayawijaya. (Baca: Tolak Pembangunan Mako Brimob, FSRJ Gelar Demo di Kantor DPRD Jayawijaya).

 

“Kami waktu demo di Jayapura sudah sampaikan hal-hal ini dan sudah direspon oleh Gubernur Papua, DPRP dan MRP, bahkan penolakan ini sudah ada di telinga Presiden Jokowi. Jadi kami tolak,” kata Enos Lagowan.

 

Perwakilan perempuan, Dorota menyatakan, tempat tersebut adalah tempat berkebun, jadi pihaknya menolak. Sebab jika dibangun dimana tempat cari makan. “Kami tolak, karena tempat itu adalah tempat kita cari makan,” ungkapnya.

 

Salah satu perwakilan masyarakat non-Papua, Asrida Elizabeth mengatakan, pihaknya adalah pendatang yang menghuni Tanah Papua, tetapi sudah menyaksikan dengan mata kepala bahwa mereka (Brimob) telah merusak orang Papua. 

 

“Mereka bakar rumah, merusak kebun, bunuh orang tua, bunuh anak kecil, perkosa perempuan dan bakar orang Papua dengan rumah dengan senjata, kami dengan tegas tolak Mako Brimob itu,” tegas Elizabeth.

 

Editor: Oktovianus Pogau

 

ELISA SEKENYAP

Terkini

Populer Minggu Ini:

DKPP Periksa Dua Komisioner KPU Yahukimo Atas Dugaan Pelanggaran KEPP

0
“Aksi ini untuk mendukung sidang DKPP atas pengaduan Gerats Nepsan selaku peserta seleksi anggota KPU Yahukimo yang haknya dirugikan oleh Timsel pada tahun 2023. Dari semua tahapan pemilihan komisioner KPU hingga kinerjanya kami menilai tidak netral, sehingga kami yang peduli dengan demokrasi melakukan aksi di sini. Kami berharap ada putusan yang adil agar Pilkada besok diselenggarakan oleh komisioner yang netral,” kata Senat Worone Busub, koordinator lapangan.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.