Rabu 2014-10-08 13:21:00
AUSTRALIA, suarapapua.com — Sejumlah aktivis dan pendukung kemerdekaan Papua Barat di Australia menuduh Pemerintah Indonesia menggunakan mahasiswa Indonesia di Australia untuk memata-matai aktivitas mereka.
Seperti dilaporkan media abc.net.au, Rabu (7/10/2014), para aktivis Papua telah memiliki sejumlah foto mahasiswa Indonesia yang diduga menjadi mata-mata, dan menyediakan informasi kepada intelijen Indonesia.Â
Â
Foto-foto itu diambil pada bulan Juni 2014, ketika aktivis Papua membuka sebuah kantor di Melbourne, untuk mengkampanyekan permasalahan Papua di tingkat Australia, dan dunia internasional.Â
Â
Saat itu dikabarkan, perayaan terganggu ketika tiga pria, yang tidak pernah terlihat di acara gerakan kemerdekaan, terlihat merekam proses dari smartphone.
Â
"Mahasiswa itu menjelaskan bahwa dia mengambil Phd di universitas Melbourne dan juga bekerja di (Indonesia) Deplu. Jadi dia bekerja di pemerintah Indonesia," kata aktivis Papua Barat, Jacob Rumbiak.
Â
"Dua orang juga datang dan mengambil foto dari kantor ini. Saya berpikir bahwa mereka mengambil foto dan dikirim ke pemerintah Indonesia," kata Rumbiak.
Â
ABC telah menghubungi salah dari tiga orang Indonesia yang menghadiri pembukaan kantor dan meminta versi kejadian, tapi mahasiswa tidak menanggapi.
Â
Pria itu adalah seorang mahasiswa ekonomi Pasca-sarjana di sebuah universitas di Melbourne, dan halaman Facebook-nya berisi keterangan sebagai pegawai di kementerian keuangan Indonesia.
Â
Kedutaan Indonesia di Autralia menolak Tuduhan
Â
"Pemerintah Indonesia tidak menetapkan siswa yang belajar di Australia, atau di mana saja, untuk mengumpulkan atau menghimpun informasi dari berbagai sumber," kata kedutaan Indonesia di Australia, dalam sebuah pernyataannya.
Â
"Kemungkinan kehadiran mahasiswa Indonesia di acara-acara terbuka untuk publik, termasuk yang berhubungan dengan Papua, mungkin berhubungan dengan studi mereka atau kepentingan pribadi," tulis pernyataan ini.Â
Â
Namun, Jacob Rumbiak tetap yakni, bahwa mahasiswa Indonesia yang melakukan pengambilan foto itu mata-mata pemerintah Indonesia, dan juga beberapa kali terlibat dalam hack website milik aktivis Papua Barat.
Â
"Kita dihadapkan dengan Jakarta. Saya percaya itu mereka dan kami juga memiliki sistem pemantauan, sehingga kita bisa tahu dari mana negara dan alamat," kata Rumbiak.
Â
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Canberra membantah pernyataan itu, dan menyatakan bukan berasal dari kantor urusan luar negeri.
Â
"Kami dapat mengkonfirmasi bahwa Kementerian Luar Negeri Indonesia tidak terlibat dalam hack website itu. Kementerian luar negeri tidak memiliki kebijakan atau niat untuk hack institusi lain."
Â
Salah satu warga Australia, Peter Woods, yang telah lama berkampanye untuk kemerdekaan Papua Barat mengatakan, insiden seperti ini lebih sering dan terang-terangan.
Â
"Tampaknya sangat terang-terangan. Ini terkenal di antara komunitas aktivis bahwa hal ini terus terjadi, sepertinya terbuka dan tidak sangat halus," kata Peter.Â
Â
Editor: Oktovianus Pogau
Â
MARSELINO TEKEGE