ArsipMRP: “Kekerasan di Papua Harus Dihentikan”

MRP: “Kekerasan di Papua Harus Dihentikan”

Minggu 2014-12-07 18:40:30

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP), Timotius Murib di Kota Jayapura, Papua, Minggu (7/12/2014) tadi, menyerukan kepada semua pihak di seluruh Papua untuk menghentikan berbagai tindak kekerasan, lalu bersatu mendukung program pembangunan yang digulirkan Pemerintah Provinsi Papua.

Diliris dari beritasatu.com, Murib mengaku sangat prihatin dengan berbagai tindak kekerasan yang kerap kali terjadi di sejumlah daerah pemekaran di pegunungan tengah Papua sehingga ia perlu mengimbau warga agar menghentikan kekerasan itu.

 

"Tindak kekerasan yang sering terjadi di Papua, lebih khusus di beberapa tempat di pegunungan seperti bentrok antara masyarakat dengan masyarakat, perang suku, maupun antara masyarakat dan aparat TNI-Polri, harus hentikan." kata Murib.

 

Pihaknya juga mengatakan cukup prihatin dengan kejadian pada pekan lalu, dua anggota Brimob Destasmen A Papua yaitu Aipda Thomson dan Bripda Everson, dikabarkan ditembak di Ilaga.

 

"MRP sangat prihatin dengan kejadian kemarin itu,” kata Murib.

 

Murib menyampaikan masyarakat di Ilaga, Kabupaten Puncak, bersama seluruh elemen pemerintah, termasuk aparat TNI-Polri telah berkomitmen untuk membuat kedamaian di daerah itu.

 

Komitmen itu diwujudkan dengan membuat tugu perdamaian abadi di Ilaga, di mana kekerasan dalam bentuk apapun diharapkan tidak lagi terjadi.

 

Murib menekankan, selaku Ketua MRP, lembaga kultural orang asli Papua, menghimbau kepada masyarakat asli Papua dan lebih khusus di daerah yang sering terjadi konflik, supaya bersatu dan tenang untuk menyambut hari Natal.

 

"Mari kita sambut hari raya Natal dengan damai. Apa lagi mayoritas kita di Papua adalah Nasrani atau Kristen, kita siapkan diri menyambut hari kebahagiaan yang luar biasa ini, hari Natal ini dengan sukacita,” himbau Murib.

 

MIKAEL KUDIAI

Terkini

Populer Minggu Ini:

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.