BeritaKeluarga Pasien Keluhkan Terbatasnya Stok Darah di UTD Nabire

Keluarga Pasien Keluhkan Terbatasnya Stok Darah di UTD Nabire

NABIRE, SUARAPAPUA.com — Keluarga pasien mendatangi Unit Transfusi Darah (UTD) Nabire keluhkan stok kantong darah yang tidak tersedia bagi pasien yang membutuhkannya.

Endang Rahayu, seorang keluarga pasien di RSUD Nabire mengakui dirinya kecewa terhadap pelayanan UTD yang tidak menyediakan darah bagi pasien yang sangat membutuhkan.

“Kalau pelayanannya model ini, kami mau kemana lagi, apalagi golongan darah A, B, dan AB sangat susah kita dapat,” ujar Endang saat diwawancarai suarapapua.com depan UTD Nabire, Sabtu (22/7/2019).

Baca Juga:  Atasi Konflik Papua, JDP Desak Pemerintah Buka Ruang Dialog

Terpisah dari itu, Ancelina Edowai yang juga menjaga pasien di RSUD Nabire mengatakan bahwa selama ini banyak pasien yang kecewa karena pihak berwenang tidak menyediakan kantong darah.

“Sudah dari hari jumat masuk ke sini, dan hari Sabtu itu dokter suruh ambil darah di UTD tetapi tidak ada petugas sama sekali,” imbuhnya.

Baca Juga:  Seorang Fotografer Asal Rusia Ditangkap Apkam di Paniai

Menanggapi hal tersebut, Kepala UTD Nabire, Susan mengatakan bahwa hari Sabtu pihaknya pergi ke Kodim untuk mendonorkan darah, karena selama ini kendala dengan stok darah.

“Kita di UTD hanya tinggal melayani saja ya kalau barangnya ada, berarti kita siap melayani 24 jam, dan stok kantong darah bukan kami yang beli. Tugas kami hanya melayani saja,” pungkasnya.

Baca Juga:  Ini Keputusan Berbagai Pihak Mengatasi Pertikaian Dua Kelompok Massa di Nabire

Susan berharap agar Pemkab Nabire dapat membangun gedung Palang Merah Indonesia (PMI), agar semua pelayanan berhubung dengan darah bisa diatasi.

Pewarta: Yance Agapa 

Editor: Elisa Sekenyap

Terkini

Populer Minggu Ini:

Aparat Hadang dan Represi Aksi Demo Damai Mahasiswa Papua di Bali

0
“Kondisi hari ini, rakyat Papua menghadapi situasi represif, intimidasi serta pembunuhan yang sistematis dan terstruktur oleh negara pasca otonomi khsusus diberlakukan tahun 2001. Akibatnya, konflik berkepanjangan terus terjadi yang membuat aparat TNI/Porli menuduh warga sipil dengan sembarangan,” tutunya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.