BeritaOlahragaLarang Pemain Profesional di PON XX, Edu: Kitong Tra Masalah!

Larang Pemain Profesional di PON XX, Edu: Kitong Tra Masalah!

NABIRE, SUARAPAPUA.com — Tim sepak bola Papua yang tengah dipersiapkan bertarung di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Oktober 2021 tak mempersoalkan keputusan mendadak melarang bergabungnya tiga pemain profesional.

Eduard Ivakdalam, pelatih kepala tim sepak bola Papua, mengatakan, PON sebagai ajang bagi pemain amatir memang selayaknya perlu penegasan terhadap keterlibatan pemain profesional yang sudah malang melintang di Liga Indonesia.

Baginya, keputusan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) tak terlalu berpengaruh sebab timnya sudah jauh hari mempersiapkan kekuatan pasukan di semua lini. Meski memang sektor penyerangan masih kurang dalam tahap penyelesaian akhir ke gawang lawan, pemain yang ada akan terus dimaksimalkan.

“Memang benar, informasi mengenai keputusan itu saya dapat beberapa hari lalu. PSSI larang setiap tim tidak sertakan pemain profesional bermain di PON. Ya, itu keputusan bagus. Saya setuju. Dan, kitong tra masalah. Pasti kami terima. Semua tim siap patuhi,” kata Edu, akhir pekan kemarin.

Sejatinya ia telah merancang tim makin solid dengan memadukan tiga pemain profesional dengan para pemain amatir yang sudah dua tahun mengikuti pemusatan latihan dibantu asisten pelatih, Gerald Pangkali dan Daniel Saroge.

“Saya rancang tim sedemikian rupa kalau pemain profesional diperbolehkan. PSSI dan PB PON memang sempat izinkan untuk tiga pemain profesional bermain di PON. Makanya, Osvaldo Hay dan Yakob Sayuri sudah bergabung itu sangat bagus, terlihat dalam laga eksebisi dengan tim Ifan Sport. Belum lagi Rivaldo Ferre juga bergabung. Tetapi sekarang sudah larang, jadi kita tetap siapkan tim dengan materi pemain yang ada,” tuturnya.

Edu menyatakan, timnya tak mempersoalkan larangan tersebut karena pahami esensi PON bukan ajang bagi pemain profesional.

“Toh, PON itu kan ajang untuk pemain-pemain muda berbakat. Dari PON kita cetak pemain-pemain hebat,” kata mantan kapten Persipura Jayapura yang membela panji tim Mutiara Hitam selama 16 tahun itu.

Rocky Bebena, wakil ketua Asprov PSSI Papua, mengatakan, PON XX merupakan ajang untuk melahirkan pesepakbola muda potensial, sehingga keputusan PSSI sangat tepat yang siap ditindaklanjuti setiap tim sepak bola peserta event empat tahunan ini.

“Pembatasan pemain profesional dan usia pemain sudah diputuskan PSSI. Keputusan tersebut sangat baik walaupun mungkin banyak yang tidak terima. Tetapi kita berharap bahwa apa yang menjadi cita-cita kita semua bisa tercapai dengan baik,” kata Rocky dikutip dari siaran pers.

Ia mengaku puas dengan argumentasi yang diajukan Asprov PSSI Papua bersama Ketua Asprov dan anggota Asprov PSSI Papua telah diterima PSSI bahkan suratnya diterbitkan 10 Maret 2021.

Surat tersebut menurutnya, wajib dipedomani oleh semua tim peserta sepakbola putra di PON XX Papua.

Keputusan PSSI, khusus cabang olahraga sepak bola pada PON XX Oktober 2021 tak diperkuat pemain profesional.

Keputusan tersebut berdasarkan surat PSSI nomor 3581 tentang perubahan ketentuan pemain sepak bola PON XX tahun 2021 menanggapi surat dari Asprov PSSI Papua dengan mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan berita acara pengesahan pembahasan technical hand book (THB) terkait teknis pelaksanaan PON XX tertanggal 15 Februari 2021.

“Dalam keputusan itu PSSI membuat perubahan ketentuan batasan usia para pemain sepak bola pada PON XX. Untuk sepak bola putra perubahannya yang pertama batasan kelahiran maksimal 1 Januari 1997 dengan status pemain amatir. Keputusan PSSI memperhatikan hasil sirkular rapat komite eksekutif (Exco) tanggal 9 Maret 2021,” jelas Rocky.

Mantan jurnalis ini menambahkan, keputusan tidak menggunakan pemain profesional khusus cabor sepak bola putra pada PON XX itu sudah dilengkapi THB sebagai pegangan bagi semua pihak.

Pewarta: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

IMPPAS Ajak Semua Pihak Kawal Penerimaan CPNS 80/20 Persen OAP

0
“Kita harus menggaris bawahi dan waspada terhadap kepentingan kelompok atau elit politik tertentu yang memanfaatkan formasi ini untuk kepentingan pribadi mereka.”

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.