ArtikelPenelaan Alkitab Memunculkan Ide Pembangunan Jalan Trans Wamena - Jayapura

Penelaan Alkitab Memunculkan Ide Pembangunan Jalan Trans Wamena – Jayapura

Karena itu pemakai jalan Wamena - Jayapura sekarang jangan lupa Bapak Andreas Karma, mantan Bupati Wamena.

Oleh: Pdt. Herman Saud)*
)* Mantan Ketua Sinode GKI di Tanah Papua

Sekitar bulan April 1974, dilakukan Konferensi Penginjil Klasis GKI Balim Yalimo di Apahapsili, Pos Pekabaran Injil (PI) GKI di Tanah Papua. Pos Apahapsili terletak di dekat Elelim, saat ini ibu kota Kabupaten Yalimo.

Di kampung Apahapsili inilah saudara Jan Bastian Rumbrar, mantan Bendahara Sinode GKI di Tanah Papua dan Pdt. Dorkas Mansawan mengenyam pendidikan dasar, yaitu SD YPK yang kepala sekolahnya adalah ayah dari saudara Jan Bastian Rumbrar dan saudari Hermin Rumbrar, Pimpinan P3W GKI Padangbulan saat ini.

Ayah dari Pdt. Dorkas Mansawan ketika Konferensi itu menjadi pimpinan Pos PI Apahapsili.

Di dalam Konferensi penginjil itu, ada sisi penelaan Alkitab (PA). Kami para peserta Konferensi di bagi ke dalam kelompok-kelompok. Penginjil Stef Menufandu mengusulkan supaya para pendeta punya kelompok sendiri.

Artinya agar tidak bergabung dengan kelompok para penginjil, guru jemaat, tenaga tukang gereja dan isteri-isteri mereka. Hal ini diusulkan agar dalam diskusi para pendeta menguasai pembicaraan dan para peserta yang lain tidak berani berbicara.

Usul yang sangat bijaksana. Kelompok para pendeta bersama Bupati Jayawijaya, waktu itu bapak Andreas Karma, ayah dari Filep Yakop Spener Karma dan Pdt. Klasina Karma berkumpul di rumah Pdt. Helmut Benz [Pdt. Misi Jerman].

Ketua kelompok adalah Pdt. Alex Womsiwor dari Pos PI Kurima [saat ini masuk Kab. Yahukimo] dan Sekretaris dijabat oleh Pdt. Adam Roth [Pdt. Misi Jerman] dari Pos PI Panggema [Yahukimo]. Kelompok para pendeta berjumlah 8 orang, tiga Pdt. Jerman, yaitu Pdt. Helmut Benz, Pdt. Adam Roth, dan Pdt. Klaus Reuter (alm) dari Pos PI Angguruk [Yahukimo]. Empat pendeta Papua ditambah dengan Bupati Karma menjadi 5 orang.

Baca Juga:  Vince Tebay, Perempuan Mee Pertama Raih Gelar Profesor

Keempat pendeta Papua adalah  Pdt. Frans Mambrasar [alm] yang menjabat sebagai Ketua Klasis  GKI Balim Yalimo di Wamena, Pdt. Pinehas Sawen [alm] menjabat sebagai Sekretaris Klasis GKI dari Pos PI Pronggoli [Yahukim], Pdt. Alex Womsiwor dari Pos PI Kurima dan saya, Pdt. Herman Saud dari Jemaat GKI Betlehem Wamena.

Ketika Ketua kelompok Pdt. Alex Womsiwor membuka rapat kelompok dan menjelaskan mekanisme pembahasan, diinterupsi oleh Pdt. Helmut Bentz dan mengatakan, “kita, para pendeta sudah berbicara banyak tentang Alkitab, jadi mari kita gunakan kesempatan ini, kebetulan bapak Bupati Karma ada bersama-sama dengan kami, jadi beri kesempatan kepada beliau untuk berbicara tentang bagaimana jalan Wamena – Jayapura di buka,” jelas ceritera Pdt. Saud menirukan penyataan Pdt. Helmut Bentz.

Waktu itu kata Pdt. Saud, Bupati Karma menekankan bahwa membuka dan mengerjakan jalan darat Wamena – Jayapura sama sekali tidak terlalu sulit. “Sebetulnya mudah saja. Asal ada perhitungan biaya yang realistis dan dananya dimanfaatkan secara bertanggung jawab tanpa korupsi, maka pekerjaan jalan darat Wamena – Jayapura bisa diselesaikan dalam waktu yang tidak terlalu lama.”

Beliau membuat perbandingan dengan jalan raya dan jalan Kereta Api di Jerman Selatan, di Swiss dan di Austria dengan sungai Rhein yang besar dan gunung-gunung batu yang tinggi dan terjal, tetapi bisa dikerjakan. Dengan jalan darat harga jauh lebih murah dan lebih memudahkan pembangunan dan pelayanan masyarakat.

Dengan begitu, Bupati Karma menjelaskan tentang kesulitan yang mereka hadapi sebagai pemerintah daerah, karena pemerintah selalu bergantung kepada kebijakan Pemerintah Pusat. Banyak hal penting dan prioritas diusulkan, namun selalu ditolak Pemerintah Pusat.

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

Akhirnya cerita soal pembukaan jalan Wamena Jayapura berakhir disitu, namun ide untuk mengemuka pada saat konferensi gereja dilakukan di Pos PI Apahapsili, sekarang masuk dalam wilayah pelayanan Klasis GKI Yalimo Elelim.

Setelah konferensi itu, sekitar bulan Mei atau Juni 1974, Bapak Bupati Karma mengundang para misionaris di seluruh Jayawijaya hadir dan men sharing pengalaman kerja dan masalah-masalah yang dihadapi pihaknya di tempat kerja mereka masing-masing. Hadir pula para misionaris Jerman yang pada bulan April sempat mengusulkan ide pembukaan jalan Wamena Jayapura.

Akhirnya dalam pertemuan itu, tibalah giliran Pdt. Helmut Benz dari Pos PI Apahapsili untuk berbicara. Beliau berkata dengan sangat singkat kepada Bapak Bupati Karma bahwa, “keadaan kami di Apahapsili dan sekitarnya baik-baik. Tetapi saya minta Bapak Bupati, supaya memperpendek administrasi di kantor-kantor dan kita memperpanjang jalan Wamena Jayapura.”

Dorongan Pdt. Helmut Benz itu menggugah hati Bupati Karma, maka beliau langsung melakukan expedisi berjalan kaki dari Wamena ke Jayapura selama 1 bulan lebih. Expedisi itu sekaligus merupakan penelitian untuk nantinya dibuka jalan Wamena – Jayapura.

“Saya tidak tahu kapan jalan Wamena – Jayapura mulai dikerjakan. Yang saya ingat, ketika masa pemerintahan Gubernur Jaap Salosa, jalan Wamena atau Jayapura dikerjakan, dari arah Jayapura melalui Keerom, Senggih, Benawa dan seterusnya. Dari arah Wamena melalui Pass Valley – Elelim – Mambramo dan seterusnya.

Sesudah Jaap Salosa, pekerjaan jalan itu diteruskan oleh Gubernur Barnabas Suebu. Gubernur Lukas Enembe menyelesaikan pekerjaan itu, sehingga kini kendaraan dari Jayapura ke Wamena dan sebaliknya.

Baca Juga:  Vince Tebay, Perempuan Mee Pertama Raih Gelar Profesor

Saya sengaja angkat ceritera ini untuk menyampaikan dua pesan kepada kita semua.

Pertama, bahwa rapat-rapat gereja jangan terlalu fokus kepada soal-soal internal gereja. Bahkan selalu berputar-putar pada kesaksian Alkitab ansich, tetapi harus terbuka terhadap dunia di mana manusia hidup, bergumul, butuh dan harapkan. Ingat bahwa Alkitab ditulis orang-orang Israel (Yahudi) tidak hanya utk menjawab kebutuhan rohani yang fokus pada relasi manusia dengan Tuhan, tetapi juga untuk kebutuhan jasmani yang fokus kepada relasi manusia. Termasuk di dalamnya kebutuhan sosial ekonomi, sosial politik, sosial budaya dan lain-lain.

Bangsa Israel selain menjadi pilihan, sekaligus menjadi bangsa pilihan Allah. Kemajuan bangsa Israel terletak dari pemahaman mereka tentang Alkitab. Demikianpun bangsa Eropa, bahwa kemajuan mereka terletak pemahaman mereka tentang Alkitab yang ditafsirkan secara bebas.

Kedua, bahwa setiap pekerjaan mesti ada yang memulai merintis dan ada yang melanjutkan membangun, menuntaskan dan ada yang memelihara dan membina.

Tidak ada pekerjaan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang tanpa proses. Setiap pekerjaan ada proses. Tentang Jalan Wamena – Jayapura dan sebaliknya, tidak bisa lupa, bahwa ide itu mulai dibicarakan pada saat penelaan Alkitab. Dari anggota kelompok PA yang kecil menerjemahkan dalam tindakan nyata melalui kewenangan yang dipercayakan kepadanya, baik oleh Tuhan maupun oleh masyarakat.

Karena itu pemakai jalan Wamena – Jayapura sekarang jangan lupa Bapak Andreas Karma, mantan Bupati Wamena.

Kalau tidak berlebihan, saya menyarankan kepada Bapak Gubernur Lukas Enembe dan Anggota DPR, baik di Provinsi maupun kabupaten-kabupaten dan kota untuk memberi jalan Jayapura-Wamena, ‘Jalan Andreas Karma’.

Itulah penghargaan kita kepada Bapak Andreas Karma sebagai Perintis Pembangunan Jalan Wamena Jayapura. (*)

Terkini

Populer Minggu Ini:

Penangkapan AN di Enarotali Diklarifikasi, TPNPB: Dia Warga Sipil!

0
"Anand Nawipa atau Andarias Nawipa yang ditangkap itu bukan anggota TPNPB. Saya sudah cek semuanya sampai di markas paling bawah. Dia warga sipil. Pemuda biasa. Dia bukan anggota TPNPB. Jadi, ada bilang dia pelaku itu militer kolonial rekayasa semuanya, hoaks itu," ujar Mathius Gobay, panglima Kodap XIII Kegapa Nipouda Paniai, mengklarifikasi.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.