BeritaUskup Katolik PNG dan Solomon Minta Soal Papua Segera Didialogkan

Uskup Katolik PNG dan Solomon Minta Soal Papua Segera Didialogkan

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Anton Bal, Uskup Agung Madang PNG, Presiden Konferensi Uskup Katolik Papua Nugini dan Kepulauan Solomon, meminta agar persoalan yang terjadi selama ini di tanah Papua agar diselesaikan melalui dialog.

Pernyataan itu disampaikan pihaknya dengan mengutib ayat firman Tuhan dimana berkata, “saya telah melihat penderitaan umat saya di Mesir….Memang, saya telah mengetahui penderitaan mereka” (Keluaran 3:7).

“Kami, uskup-uskup Katolik dari Papua Nugini dan Kepulauan Solomon dengan melihat kejadian-kejadian di tanah Papua maka tersentuh. Kami terima permohonan-permohonan para pimpinan gereja Kristen di tanah Papua di tahun 2021 ini, demi kemanusiaan, keadilan dan keselamatan, termasuk dari umat.”

“Kami telah merefleksikannya di dalam doa untuk meminta petunjuk Tuhan bagaimana cara kami menyatakan simpati dan solidaritas kami. Maka Dia berbisik kepada kami untuk mendekatkan penderitaan saudara dan saudari kami [West Papua] ke dalam hati kami sebagai persiapan merayakan KelahiranNya ke dalam dunia melalui perayaan Natal,” tukas Bal melalui suratnya, Selasa (21/11/2021).

Baca Juga:  10 Nakes Mimika Ikuti Konferensi Internasional Neurovaskular

Ketika serangan demi serangan dan kekerasan terjadi, anak-anak diterjang peluru, rakyat bersembunyi di dalam hutan atau menyeberangi perbatasan, maka hal tersebut dipastikan bahwa terjadi sesuatu yang buruk.

Tidak ada kesepakatan internasional, inisiatif badan legislatif, proses pembangunan, dan aksi militer yang dapat menciptakan kedamaian dan harmoni; keadaan ini hanya bisa terwujud berkat kerendahan hati dan jiwa yang bersedia mendengar dari semua pihak, dimulai dari pihak yang sangat kuat dan baik dalam hal persenjataan.

Baca Juga:  Seruan dan Himbauan ULMWP, Markus Haluk: Tidak Benar!

“Kami percaya bahwa konflik yang telah berlangsung selama 58 tahun adalah alasan yang cukup bagi semua pihak untuk menerima bahwa konflik di Papua Barat adalah masalah yang belum tuntas dan tidak akan pernah selesai dalam kondisi seperti sekarang ini.”

Pandangan orang Melanesia terhadap ‘tanah’ adalah bagian yang sangat kuat sebagai identitas budaya dan kepercayaan dari setiap orang dan marganya yang tidak bisa disangkal.

“Dalam tradisi kami tidak ada prinsip ‘tanah kosong’. Setiap orang, suku dan leluhur yang ada di sekitar adalah hal yang satu dan sama.”

Untuk saat ini guna suatu kompromi politik mungkin tidak mudah dan tidak akan tercapai secara cepat. Sebagai prasyarat awal, diperlukan penghentian secara menyeluruh dari penggunaan kekerasan dan upaya untuk berunding hingga tercapainya kesepakatan yang memuaskan semua pihak.

Baca Juga:  Pasukan Keamanan Prancis di Nouméa Menjelang Dua Aksi yang Berlawanan

PBB, negara-negara ASEAN dan negara-negara Melanesia harus diperbolehkan untuk terlibat dalam memfasilitasi proses perundingan. Kesepakatan-kesepakatan dan resolusi di masa lampau perlu untuk dirundingkan dan disesuaikan kembali semenjak perdamaian yang sejauh ini sulit terwujud.

Dalam solidaritas dengan semua orang yang berkehendak baik, yang rindu bagi adanya keselamatan dan penghargaan, kami memohon ada perubahan tindakan yang lebih positif dan berarti dalam tahun depan, tanpa ragu, tanpa penundaan!

Dengan harapan akan adanya rekonsiliasi dan pertemanan selama masa Natal ini. Saya akan tetap mendukung dalam doa!

Surat Uskup Agung Madang PNG dan Solomon Islands. (Ist – SP)

 

Pewarta: Redaksi

Terkini

Populer Minggu Ini:

Manajemen PSBS Biak Kontrak Pelatih Anyar Mantan Pemain Real Madrid

0
"Sudah kami pastikan, Juan Esnaider adalah pelatih PSBS Biak. Dia pelatih berpengalaman. Kami yakin pelatih kepala yang baru ini akan berkontribusi buat tim Badai Pasifik tetap eksis di kompetisi Liga 1 nanti," kata Mandenas menjawab konfirmasi Suara Papua, Senin (13/5/2024) siang.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.