SORONG, SUARAPAPUA.com— Manfred Tamunete, seorang anak muda yang telah hilang sejak, Selasa (25/10/2021) di kampong Fuok, distrik Aifat Selatan, Kabupaten Maybrat, Papua Barat, hingga saat ini pihak keluarga belum mengetahui keberadaannya.
Menurut keterangan dari pihak keluarga, Yulianus Tamunete, bahwa keponakannya (Manfred) itu pada bulan lalu hilang saat pihak keamanan melakukan penyisiran di kampung Fuok. Saat itu kata Yulianus, Manfred sedang tidur di dalam rumah, sedangkan pemuda yang lainnya di luar rumah, sehingga mereka mudah untuk menyelamatkan diri. Sementara, Manfred mencoba melarikan diri, tetapi ia tertembak di bagian paha sehingga tidak bisa melarikan diri dari penyisiran aparat.
Yohanes Membrasar dari tim advokasi dan koalisi masyarakat sipil peduli pengungsi Maybrat (KMSPPM) mempertanyakan keberadaan Manfred Tamunete. Sejak kejadian itu katanya, pihak keluarga hingga saat ini belum mengetahu keberadaan Manfred.
Kata Yohanes, keluarga Manfred meminta kepada pihak keamanan untuk menunjukan keberadaan dari Manfred. Apakah posisinya masih hidup atau telah meninggal. Hal itu yang sejuah ini terus dipertanyakan oleh pihak keluarga.
“Keluarga Manfred Tamunete sampai saat ini pun tidak tahu di mana ia berada. Mereka minta pihak terkait untuk mengungkapkan keberadaan Manfred. Jika sudah mati, berarti mati di mana. Jika masih hidup, hidup di mana,” jelas Yohanes kepada suarapapua.com, Rabu (22/12/2021).
Sejauh ini, pihak Komnas HAM Perwakilan Papua dan Komnas HAM RI pun telah mendatangi Maybrat guna melihat kondisi para pengungsi dan kondisi daerah pasca kejadian penyerangan yang mengakibatkan terjadinya pengungsian warga sipil di Maybrat, Papua Barat.
Sementara itu, Lamberty Faan, salah satu pengungsi Maybrat menjelaskan terkait kondisi dan situasi pengungsi Maybrat.
Menurutnya, bantuan Sembako setiap bulan diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Maybrat, namun bantuan-bantuan tersebut masih kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka yang telah mengungsi ke hutan di sekitar Maybrat.
“Ia Pemerintah Maybrat setiap bulan kasih Sembako, tapi itu kurang. Setiap kepala keluarga dikasih beras Bulog 10 Kg, minyak goreng 1 liter, supermi lima sampai enam bungkus, dua sabun mandi, satu kaleng ikan kaleng, sarden. tapi itu tidak cukup. Kita kesulitan sayur. Karena tidak ada kami sering makan nasi putih saja. Masyarakat sekarang mau berkebun, tapi belum punya bibit sayur. Kita mau beli sayur, ikan atau daging, tidak punya uang, jadi juga perlu dikasih uang untuk kebutuhan itu,” papar Lamberty.
Pewarta: Maria Baru
Editor: Elisa Sekenyap