PasifikPengerjaan VIP Lounge di Port Villa Melalui Bantuan Indonesia Capai 50 Persen

Pengerjaan VIP Lounge di Port Villa Melalui Bantuan Indonesia Capai 50 Persen

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Renovasi dan rekonstruksi ruang VIP Lounge di Bandara Bauerfield di Port Vila Vanuatu telah mencapai 50%. Pekerjaan itu dikerjakan oleh Indonesia.

Sebagaimana dilansir dari Daily Post Vanuatu Manajer Proyek, Firdaus Akbar telah mengkonfirmasi hal ini, dan menambahkan bahwa kemajuan tersebut sempat tertunda selama dua minggu karena adanya keterlambatan pengiriman material penting dari Indonesia.

Baca Juga:  Negara Mengajukan Banding Atas Vonis Frank Bainimarama dan Sitiveni Qiliho

Akbar mengungkapkan bahwa pengiriman 20 ton bahan bangunan yang ditunggu-tunggu telah tiba dengan pesawat Indonesia, Boeing 737-800 pada Minggu sore. Penundaan yang terjadi selama ini disebabkan karena penyelesaian dokumen yang diperlukan, yang difasilitasi oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Australia.

Diperkirakan bahwa bahan-bahan yang baru diperoleh ini akan digunakan untuk menyelesaikan seluruh proyek renovasi.

Baca Juga:  Pacific Network on Globalisation Desak Indonesia Izinkan Misi HAM PBB ke West Papua

Akbar menjelaskan bahwa meskipun sebagian besar material berasal dari Indonesia, sebagian juga dibeli secara lokal dari toko-toko perkakas di Port Vila.

Dengan material yang sudah tersedia, kegiatan konstruksi akan dilanjutkan minggu ini setelah penundaan.

Bantuan pemerintah Indonesia untuk proyek ini dimulai pada 24 Agustus 2023, dan diharapkan akan selesai pada tanggal 15 November 2023.

Baca Juga:  KBRI dan Universitas Nasional Fiji Gelar Seminar Perspektif Kolaborasi yang Lebih Dekat

Pada bulan Agustus tahun ini, Siswo Pramono, Duta Besar Indonesia untuk Vanuatu dan Australia, mengungkapkan bahwa pemerintah Vanuatu telah secara resmi meminta bantuan Indonesia untuk merenovasi VIP Lounge di Bandara Bauerfield.

Perkiraan biaya proyek ini mencapai VT110 juta.

Terkini

Populer Minggu Ini:

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.