Tanah PapuaLa PagoAnggota Fraksi PDIP Bantu Mesin Babat kepada 11 Gereja di Distrik Kondaga

Anggota Fraksi PDIP Bantu Mesin Babat kepada 11 Gereja di Distrik Kondaga

Editor :
Markus You

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Supaya halaman gedung Gereja tetap bersih, sedikitnya 13 mesin babak diserahkan Meinus Yanengga Wenda, anggota DPRD kabupaten Tolikara, Papua Pegunungan, Kamis (18/5/2023).

Bantuan berupa mesin babat itu diserahkan langsung usai menghadiri ibadah gabungan bersama Gereja Injil Di Indonesia (GIDI) Klasis Konda Dewan Konda yang diadakan di Gereja Mowilome, distrik Kondaga, kabupaten Tolikara.

Merayakan hari kenaikan Yesus, klasis Konda dan Dewan Konda membuat jadwal untuk ibadah gabungan bersama. Di momentum inilah bantuan tersebut diserahkan kepada pengurus 11 gereja yang ada di wilayah distrik Kondaga.

“Dalam momentum penting saat perayaan ibadah kenaikan Yesus, saya hadir sesuai agenda reses di distrik Kondaga, sehingga bantuan ini diberikan kepada 11 gereja,” kata Meinus usai bagi bantuan dari lapangan sepakbola Mowilome.

Anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) kabupaten Tolikara periode 2019-2024 itu berharap, mesin babat tersebut dapat digunakan para jemaat untuk membersihkan halaman sekitar rumah Tuhan.

“Semoga mesin babat ini dipakai dalam kegiatan pembersihan halaman Gereja,” harapnya.

Meinus tahu warga jemaat dari dulu biasa andalkan alat sederhana saat bersihkan halaman Gereja. Dengan adanya mesin babat ini akan memudahkan pekerjaan.

Baca Juga:  PGGY Kebumikan Dua Jasad Pasca Ditembak Satgas ODC di Dekai

“Dari dulu biasa pakai parang dan sabit kalau ada. Sekarang dengan bantuan ini kita bisa mudah babat supaya halaman Gereja tetap bersih,” kata Yanengga.

Sebagai anak adat yang dibesarkan oleh Gereja, ia merasa sangat terbeban untuk menjawab kerinduan jemaat. Mesin babat dianggap sangat tepat menjawab kebutuhan jemaat.

Meinus Yanengga Wenda, anggota Fraksi PDI-P DPRD kabupaten Tolikara, Papua Pegunungan, seblum serahkan 13 unit mesin babat kepada 11 gereja di distrik Kondaga, Kamis (18/5/2023) siang. (Ist)

“Kehadiran Gereja di daerah Tolikara telah memberi banyak berkat. Injil telah memberkati darah ini. Tidak sedikit anak negeri ini yang berhasil oleh karena pewartaan Injil Tuhan melalui para misionaris dan Hamba Tuhan. Maka, saya yakin sekali bahwa memang benar Gereja sangat penting bagi setiap umat, sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari di dunia ini. Hanya Tuhan sumber segala sumber hidup kita umat manusia,” tutur politisi PDIP ini.

Yanengga berpesan, para Gembala dan Hamba Tuhan mengaturnya dengan penggunaan mesin babat tersebut. Artinya, siapa yang dipercayakan untuk menggunakan mesin babak harus dijaga baik supaya tidak cepat rusak.

“Kalau rawat baik pasti akan tahan lama. Setiap kali mau bersihkan halaman sekitar Gereja, harus pastikan siapa yang pegang dan dikembalikan setelah dibersihkan. Sangat penting dirawat supaya bisa digunakan dalam jangka waktu yang agak lama.”

Baca Juga:  Kasus Laka Belum Ditangani, Jalan Trans Wamena-Tiom Kembali Dipalang

Ia menambahkan, seluruh jemaat maupun para tokoh Gereja tidak usah pasangan kuping terhadap apapun isu yang ditiupkan di dalam distrik Kondaga.

“Anak-anak Tuhan yang ada di sini, satu hati satu pikiran membangun distrik Kondaga. Tidak ada perbedaan diantara kita semua. Tolikara adalah Tanah Injil dan telah diberkati oleh Tuhan, maka kedepan harus ada perubahan-perubahan yang terjadi di distrik ini. Karena ada Gereja, pemerintah juga sudah ada, sama-sama jalan gotong-royong membangun distrik dan kabupaten ini lebih baik lagi,” tandas Wenda.

Sementara itu, Roy Yanengga, tokoh masyarakat Kondaga, menitipkan harapan kepada setiap putra daerah tidak lupa Tuhan. Dalam apapun aktivitas, baik di pemerintah maupun pekerjaan lain, andalkan Tuhan, tanpa saling menjatuhkan dan hal-hal kurang baik lainnya.

“Kami, bapak-bapak dan mama-mama di sini melihat setiap orang yang akan maju caleg sedang saling jatuhkan satu sama lain. Itu tidak boleh. Kalau bisa harus dekatkan diri sama Tuhan. Serahkan semua pergumulan, perjuangan, hanya kepada Tuhan. Daerah membutuhkan anak-anak semuanya,” harap Roy.

Baca Juga:  Puskesmas, Jembatan dan Kantor Lapter Distrik Talambo Rusak Dihantam Longsor

Hanya dengan pelayanan Gereja dan didukung pemerintah diyakini akan sukseskan pekerjaan sebesar apapun.

“Intinya utamakan Tuhan. Pasti urusan besar pun bisa berhasil. Mau jadi pemimpin, semua berawal dari Gereja, dan pasti akan terjawab sesuai rencanaNya,” yakin Roy.

Para orang tua juga menyatakan tidak mau dengar janji manis lagi di masa kampanye jelang Pemilu 2023. Sebab, setelah terpilih, kebanyak lupa kampung, lupa Gereja, lupa masyarakat. Sebaliknya, cenderung memilih kota sebagai pusat aktivitas, bangun rumah hingga lupa asal-usul.

“Kami tidak mau melihat seperti itu lagi. Kalau bisa perhatikan Gereja setelah sukses. Perhatikan jemaat. Bangun daerah dan masyarakat. Itu yang kami mau, dan kami senang.”

Roy kemudian mengajak masyarakat Kondaga hindari rayuan politik dengan bahasa manis mulai tahun ini.

“Selama ini saya tidak biasa bicara politik. Tapi kalau sudah bicara berarti bahasa politik sudah dimulai. Kita waspada, jangan sampai kita diadu domba hanya karena kepentingan sesaat,” tandasnya. []

Terkini

Populer Minggu Ini:

Kisah Dortea Karubuy Nekat Numpang Pamer Hasil Karya di Festival BI...

0
“Seharusnya begitu. Kalo bisa dalam kegiatan begini, pemerintah harus datang jamah orang-orang kecil di pasar supaya bisa tampilkan kita punya hasil karya, sehingga tra susah cari modal ke tempat lain. Pemerintah bisa melihat kita, orang banyak bisa melihat kita. Modal itu akan datang dalam kegiatan seperti ini. Kita mendapatkan rezeki dalam kegiatan ini. Rezeki itu yang menopang kehidupan rumah tangga. Dari sItulah modal yang kita dapat. Nanti kalo ada event, dorang ke pasar, lihat mama-mama yang betul-betul berjualan, hari-hari ada di pasar dan betul-betul ciptakan karya sendiri, sehingga dia tampilkan dia pu hasil kerja hari-hari yang dia bawa ke pasar itu,” tutur Dortea Karubuy.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.