Almarhum Manfred Chrisantus Mote Disebut Rasul Odaa Owaadaa

0
2988

DEIYAI, SUARAPAPUA.com — Sang konseptor spritualitas adat istiadat suku Mee (Odaa Owaadaa), almarhum Manfred Chrisantus Mote (52), dinobatkan sebagai Rasul Odaa Owaadaa bagi Suku Mee yang mendiami dari Makataka hingga Kegata.

Hal itu diungkapkan Pater Marthen Ekowaibi Kuayo, Pr, Pastor Dekan Dekenat Paniai, Keuskupan Timika, dalam kotbah pada misa Arwah, bahwa sesuai perbuatan dari almarhum selama hidup di dunia, maka bukan lagi tokoh pembangunan Odaa Owaadaa, namun layak diberikan gelar kekudusan dalam ajaran agama Katolik.

“Kemampuan atas kepintarannya sangat melebihi dari semua yang ada di negeri Meepago. Itu terbukti sejak Manfred masih kuliah di kampus STFT “Fajar Timur” Abepura. Semua yang ia lakukan itu berkaitan dengan logika yang dibawahi dari budaya suku Mee itu sendiri,” ungkap Pater Kuayo di kediaman almarhum, Kamis (29/9/2016) lalu.

Baca Juga:  Sikap Mahasiswa Papua Terhadap Kasus Penyiksaan dan Berbagai Kasus Kekerasaan Aparat Keamanan

Jenazah almarhum Manfred telah dikebumikan di samping kediamannya di kampung Pinii, Waghete, Deiyai, Papua.

Baca juga: Selamat Jalan Sang Filsuf Mee

ads

Kata Pater Kuayo, dalam budaya suku Mee, pikiran itu mendapatkan tempat di dalam hidup. Karena itu,  orang Mee biasa bilang Dimi Akauwai dan Mee Kipeko Dimi Gai, berarti pikiran bagi orang Mee itu tempat. “Dan dia memperjuangkan Odaa Owaadaa dengan konsep pikiran. Itu juga berkaitan dengan skripsinya di STFT “Fajar Timur”, yang berhubungan dengan budaya suku Mee,” jelasnya.

Karya Manfred diakuinya cukup bermanfaat bagi pertumbuhan iman umat setempat. “Semua ini merupakan sumbangan dari almarhum untuk Gereja dan juga umat Kristiani Papua di Meepago, lebih khusus Keuskupan Timika. Dan, kita sebagai generasi harus meneruskan hal itu,” ujar Pater Kuayo yang juga Vikjen Keuskupan Timika.

Baca Juga:  Seorang Fotografer Asal Rusia Ditangkap Apkam di Paniai

Pater Kuayo mengisahkan, pada tahun 2005 pihaknya melaksanakan gerakan Owaadaa yang diawali dengan kegiatan Musyawarah Pastoral (Muspas) pertama di paroki Enarotali merupakan permintaan Almarhum Manfred untuk mewujudkan misi Keuskupan Timika, yaitu menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab sebagai warga Gereja, dan membangun kemandirian dalam tiga pilar kemandirian Gereja yakni bidang iman, personil dan finansial di wilayah Dekenat Paniai.

“Dengan segala buah pikirannya itu, kami tetapkan dia sebagai Rasul Owaadaa dari suku Mee. Semoga dia bersama para rasul dan orang suci lain di Surga,” ujar Pater Kuayo.

Baca Juga:  Parpol Harus Terbuka Tahapan Penjaringan Bakal Calon Bupati Tambrauw

Pater Sebastian Maipaiwaiiyai, Pr, mengatakan, sosok seperti Manfred Ch. Mote sulit didapatkan di negeri ini, sebab apa yang ia lakukan telah menyentuh suku bangsa Mee.

“Kita harus bersyukur bahwa kepergian saudara Manfred ini menuntut kita untuk harus teruskan karyanya itu dan menyebarkan ke seluruh pelosok,” kata Maipaiwiiyai.

Berpangkal pada Alkitab, lanjut Pastor Paroki Obano, Yesus berkarya di dunia hanya 3 tahun setelah itu Ia harus rela mati di Kayu Salib demi umat, dan amanat dari sang penebus itu masih hidup hingga kini.

“Itu sama saja dengan Manfred. Manfred harus meninggal dan menghadap kepada Tuhan. Itulah cara Tuhan. Tuhan mau supaya karya-karya dari almarhum itu kita yang lain harus lanjutkan,” tandasnya.

Pewarta: Mary Monireng

Artikel sebelumnyaTambah DOB di Papua, GNPK-RI: Kuras Uang Negara!
Artikel berikutnyaPace SP: Selamatkan Papua dari Kapitalisme