ArsipKurang Guru, Banyak Anak Usia Dini di Paniai Putus Sekolah

Kurang Guru, Banyak Anak Usia Dini di Paniai Putus Sekolah

Selasa 2014-10-07 22:08:15

PAPUAN, Paniai — Banyak anak usia sekolah di Kabupaten Paniai, Papua, putus sekolah dan menjadi anak jalanan karena kurangnya tenaga pendidik, ditambah pengaruh negatif yang semakin marak.

Agus Gobay (16), salah satu anak usia sekolah yang berprofesi sebagai pencuci motor dan mobil di pinggir Danau Paniai mengungkapkan, ia tidak melanjutkan sekolah karena tidak ada guru yang masuk dan mengajar di ruang kelas.

"Saat masih SMA, saya punya guru dulu tidak pernah masuk, karena mereka tinggal di Kota (Nabire) saja, makanya saya lebih memilih keluar dan kerja-kerja cuci motor,” katanya, kepada suarapapua.com, Senin sore.

Lanjut Agus, uang hasil cuci motor memang tidak terlalu besar, yakni, Rp. 60rb hingga Rp.100rb perharinya, tergantung situasi kota Enarotali.

 

"Ya, kalau mobil dan motor rame kami dapat lumayan, tapi kalau kurang kami dapat sedikit," ujarnya.

Uang hasil pencucian motor, kata Agus, ia gunakan untuk melengkapi kebutuhan sehari-hari.

 

"Saya jarang dapat uang dari orang tua jadi saya usaha cari uang sendiri,” katanya.

 

Sementara itu, Samuel Pigai, salah satu warga Paniai mengungkapkan, ia berharap pemerintah daerah dapat menyediakan tempat pencucian motor dan mobil yang layak bagi anak-anak putus sekolah, agar mereka dapat berusaha sendiri.

Dari pantauan media ini di tempat pencucian motor, berjejer belasan anak usia dini yang seharusnya berada di sekolah dan menerima pendidikan, sedang menunggu mencuci motor di pinggiran pelabuhan ujung lapangan Enarotali, Kabupaten Paniai, Papua.

 

Editor: Arnold Belau

 

MIKHA GOBAY

Terkini

Populer Minggu Ini:

Manasseh Sogavare Mengundurkan Diri Dari Pencalonan Perdana Menteri

0
“Saya sangat menyadari tantangan yang ada dan saya tahu bahwa terkadang hal ini dapat menjadi beban dan kesepian; namun saya yakin bahwa saya terhibur dengan kebijakan yang baik yang kami miliki dan solidaritas dalam koalisi kami.”

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.