ArsipPendeta Socrates: “Natal Sudah Mau Tiba, Kekerasan Harus Dihentikan”

Pendeta Socrates: “Natal Sudah Mau Tiba, Kekerasan Harus Dihentikan”

Senin 2014-12-08 10:25:00

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Ketua umum badan pelayan pusat Persatuan Gereja-Gereja Baptis Papua (PGBP), Pdt Socrates Sofyan Yoman menyerukan agar berbagai kekerasan (penembakkan) di seluruh tanah Papua segera dihentikan dan semua umat harus bersatu menyiapkan diri untuk menyambut perayaan Natal 2014.

Dilansir dari antaranews.com, Socrates mengatakan bahwa kekerasan (penembakkan) yang terjadi di tanah Papua selalu berulang-ulang dengan korban adalah dari TPNPB, masyarakat sipil, TNI dan Polri, sehingga hal itu seharusnya menjadi perhatian bagi para petinggi hukum di daerah maupun di pusat agar bisa mengintrospeksi diri secara internal mengapa bisa terjadi demikian. 

 

Apa lagi, kekerasan itu terjadi secara bergantian di sejumlah daerah pemekaran di pegunungan tengah Papua dan terakhir dikabarkan dua anggota Brimob Detasmen A Polda Papua, telah terbunuh di depan kantor Bupati Puncak, Ilaga.

 

"Sekarang ini harus hentikan kekerasan atas nama apapun, tak lama lagi Natal akan tiba," kata Pdt Socrates di Kota Jayapura, Papua, Minggu (7/12/2014) pagi.

 

Aparat keamanan TNI-Polri dan Lembaga-lembaga Hukum seharusnya bisa menganalisa, mengamati dan menyikapi mengapa hal itu bisa sering terjadi, apakah dengan kekerasan yang dilakukan itu punya motif politik atau sejarah orang Papua yang dimanipulasi oleh Indonesia.

 

"Jadi, pada prinsipnya saya tidak setuju dengan pembunuhan, dengan alasan apapun, tidak boleh. Itu tidak boleh dan tidak dibenarkan, saya harap itu, coba di dalam institusi aparat keamanan TNI-Polri, lembaga-lembaga hukum introspeksi diri, jangan hanya saja menuduh TPNPB, tidak boleh itu, tidak benar," katanya.

Socrates yang terkenal vokal untuk menyuarakan keadilan rakyat Papua lewat sejumlah tulisannya yang telah dibukukan sebanyak 13 buah itu, mengaku selalu mengamati, menganalisa dan mengumpulkan sejumlah data-data kekerasan yang kerap kali terjadi di Papua.

"Kalau memang benar para pelaku dari TPNPB, lembaga-lembaga hukum dan HAM harus introspeksi internal, perjuangan mereka murni untuk pembebasan bangsa Papua, bisa juga lewat dialog damai demi pembebasan orang Papua," tambahnya.

 

MIKAEL KUDIAI

Terkini

Populer Minggu Ini:

Nasionalisme Papua Tumbuh Subur di Tengah Penjajahan

0
Ternyata pendidikan dan pengajaran Pancasila, P4 dan sejarah Indonesia yang diajari oleh para guru di bangku sekolah tidak menghapus nasionalisme Papua merdeka. Justru anak-anak muda Papua ini semakin memahami jati diri mereka, identitas mereka, juga memahami dengan baik penjajahan Indonesia yang sedang terjadi di atas Tanah Papua dari tahun 1960-an.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.