ArsipMahasiswa Boven Digoel Diusir Dari Asrama Maro

Mahasiswa Boven Digoel Diusir Dari Asrama Maro

Senin 2012-11-05 15:57:45

PAPUAN, Jayapura—  Asrama mahasiswa asal kabupaten Merauke yang terletak di Padang Bulan, depan Korem 1702, Abepura, dipalang oleh sejumlah mahasiswa, pada jumat(2/11) pagi kemarin.

Ketua Forum Mahasiswa Independent  Merauke (FMIM), menjelaskan, yang menjadi pokok persoalan asrama ini di palang dikarenakan pembagian bantuan studi untuk mahasiswa yang tidak merata dari Kabupaten Boven Digoel.

 

Menurutnya, dalam AD/ART mahasiswa Merauke, pasal 4 poin ke 12 menyatakan bahwa yang tidak berhak menerima bantuan studi adalah mahasiswa Boven digoel  yang asal sukunya di luar Boven Digoel, sehingga teman-teman ini merasa kecewa.

“Buntut dari kekecewaan itu terjadilah aksi pemalangan asrama Merauke ini,” katanya ketika ditemui suarapapua.com di tempat kejadian.

Selain itu, menurutnya pemerintah juga tidak realistis menangani persoalan ini, sebab kebijakan yang pemerintah Boven digoel ambil ini juga tidak melalui proses dan kerja sama dengan mahasiswa  yang menjadi sasaran dari bantuan studi itu.

Ia juga menambahkan, dana tersebut tidak melalui proses yang jelas, karena mahasiswa sama sekali tidak dilibatkan dalam membicarakan anggaran yang akan di peruntukan pada mereka.

"Kami dipaksan untuk menerima kebijakan sepihak yang diambil oleh pemerintah ini, padahal mahasiswa tidak setuju
dengan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah itu," katanya sambil menyalahkan Bupati dan Ketua DPRD sebagai pemegang kebijakan yang mensyahkannya.

Dijelaskan juga, dampak dari kebijakan pemerintah yang keliru itu sangat besar, sebab keluarga besar mahasiswa Boven Digul semakin hancur dan berantakan.

"Seperti pemalangan yang dilakukan saat ini oleh mahasiswa Boven digoel dan perkelahian antara mahasiswa dengan mahasiswa di kalangangan mahasiswa Boven digoel sendiri."

Dengan demikian, lanjutnya, dirinya meminta kepada pemerintah Boven digoel untuk segera hadir dan menyelesaikan persoalan tersebut.

“Ini karena ulah pemerintah sehingga tiga orang mahasiswa asalBboven digoel menjadi korban perkelahian di antara mahasiswa," kata ketua FMIM. Ia juga mengatakan, sejak pagi mahasiswa asal Boven Digoel sudah diusir keluar dari asrama milik Maro.

Sementara itu, Viktoria Gebze, ketua Ikatan Mahsiswa Merauke (IMER) mengatakan, inti persoalan dari pada terjadianya aksi pemalangan yang dilakukan oleh mahasiswa asal kabupaten Merauke ini adalah karena pemerintah tidak melakukan pendataan mahasiswa secara lengkap dan pemberikan bantuan studi kepada sebagian mahasiswa saja dan yang lebihnya tidak diberikan.

Penghuni asrama Maro yang saat ini dipalang oleh mahasiswa Merauke ini mayoritas dihuni oleh mahasiswa asal kabupaten Boven Digoel.

"Dan saat ini kami tidak tahu keberadaan mereka karena dari pagi mereka sudah keluar dari asrama Maro,” kata Viktoria Gebse.

Gebze bahkan meminta agar pemerintah Boven Digoel segera membangun asrama bagi mahaiswa asal kabupaten Boven Digoel sendiri.

Sebab, hingga sampai saat ini asrama untuk mahasiswa Boven Digoel tidak ada sama sekali, dan mahasiswa Boven Digoel tinggal di asrama milik daerah lain.

“Sebagai pengurus IMER saya sangat prihatin dengan konflik antara mahasiswa yang sudah terjadi dan mahasiswa Boven Digoel yang sudah diusir dari asrama Merauke ini.

Kami tawarkan solusi kepada pemerintah bahwa tahun depan harus sudah ada asrama untuk mahasiswa maupun asrama untuk mahasiswi yang sedang mengeyam pendidikan di Kota Jayapura ini,” tegas Gebsze.

Terkini

Populer Minggu Ini:

Orang Mee dan Moni Saudara, Segera Hentikan Pertikaian!

0
“Kami tegaskan, jangan terjadi permusuhan sampai konflik diantara orang Mee dan Moni. Semua masyarakat harus tenang. Jangan saling dendam. Mee dan Moni satu keluarga. Saudara dekat. Cukup, jangan lanjutkan kasus seperti ini di Nabire, dan di daerah lain pun tidak usah respons secara berlebihan. Kita segera damaikan. Kasus seperti ini jangan terulang lagi,” ujarnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.