ArsipSelesaikan Masalah di Fisip dan FK Uncen, Rektor Turun Tangan

Selesaikan Masalah di Fisip dan FK Uncen, Rektor Turun Tangan

Rabu 2014-06-25 13:51:15

PAPUAN, Jayapura — Untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Fakultas Kedokteran (FK) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Cenderawasih, rektor Uncen harus sampai turun tangan untuk dialog dengan mahasiswa, Jumat (23/5/2014) di Auditorium Uncen, Abepura, Papua.

Rektor hadir ditemani oleh Dekan Fisip, Dekan FK, Dekan Tekhnik, Dekan FKIP, dan Pembantu Rektor III, dan hadir juga ratusan mahasiswa FK dan Fisip Uncen; juga tampak para dosen, alumni, masyarakat peduli kesehatan, dan mahasiswa dari berbagai fakultas.

Pembantu Rektor III Uncen, Frederik Sokoy, dalam sambutannya mengatakan, dialog yang digelar antara mahasiswa dengan unsur pimpinan lembaga merupakan dialog antara anak-anak dengan orang tua.

“Kita bicara dari hati ke hati saja. Sebagai anak mau sampaikan apa, dan nanti orang tua tanggapi. Disini tidak ada yang emosi, dendam, marah, dan sikap-sikap lainnya yang dapat menimbulkan konflik,” ujarnya.

Dikatakan, rektor sebagai pimpinan tertinggi lembaga Uncen telah bersedia berdialog dengan mahasiswa, padahal di hari yang sama rektor memiliki dua agenda penting yang tidak bisa ditinggalkan.

“Terima kasih untuk bapak rektor yang sudah mau hadir, dan mau mendengar langsung apa yang disampaikan mahasiswa. Pertama kita akan bicarakan masalah FK, setelah itu dilanjutkan dengan Fisip,” tegas Sokoy.

Sokoy memberikan kesempatan pertama kepada mahasiswa FK Uncen berbicara. Benyamin Lagowan, kordinator mahasiswa menegaskan, tidak ada yang perlu dibicarakan panjang lebar, sebab yang dituntut mahasiswa adalah meminta dekan FK Uncen, dr. Paulina Watofa menandatangani 14 point tuntutan, dan segera mengundurkan diri.

“Kami akan antar surat 14 point ini kedepan, dan kami minta dengan hormat agar dapat ditandatangani oleh rektor, dan dekan FK. Setelah itu, Dekan FK dapat mengundurkan diri dengan hormat,” tegasnya.

Saat surat tersebut diantarkan kedepan, baik rektor maupun dekan FK tidak bersedia menandatangani, sebab menurut mereka ada prosedur yang harus ditempuh dalam penggantian dekan yang diatur dalam lembaga Uncen.

“Kami mempunyai mekanisme internal dalam pergantian dekan, oleh sebab itu saya minta pengertian anak-anak untuk memahami ini. Lebih baik kalau 14 point yang telah disampaikan itu saja yang diakomodir dan dilakukan perubahan oleh dekan, bukan serta meminta pengunduran diri,” ujar PR III, Sokoy kepada mahasiswa.

Dalam tanggapannya, rektor Uncen menjelaskan, sebenarnya persoalan-persoalan kecil yang terjadi di internal fakultas tidak perlu dibawah sampai ke tingkat Universitas, termasuk meminta rektor turun tangan untuk menyelesaikannya.

“Ini menandakan bahwa dekan Fisip maupun Dekan FK tidak mampu menyelesaikan permasalahan di internal. Saya menyesalkan cara-cara begini. Kita akan evaluasi kembali, dekan harus bisa selesaikan masalah mahasiswanya sendiri,” tegasnya.

Dalam perbincangan dan negosiasi selanjutnya, akhirnya disepakati, pada, Rabu (28/5/2014) mendatang, dekan FK Uncen akan memberikan tanggapan dan respon terhadap tuntutan mahasiswa; termasuk bersedia mundur atau tidak.

“Saya akan memberikan respon pada hari Rabu minggu depan. Untuk mahasiswa dimohon bersabar. Dan 14 point pernyataan tadi diserahkan saja kepada saya,” ujar Dekan FK Uncen.

Walau tidak puas, mahasiswa FK Uncen menyambut baik usulan lembaga Uncen melalui dekan FK, dan berjanji akan menunggu hingga rabu mendatang.

Usai persoalan mahasiswa FK, dilanjutkan dengan persoalan mahasiswa Fisip. PR III kembali menyampaikan, bahwa apapun persoalannya, dapat diselesaikan dengan kepala dingin, dan hati yang tenang.

PR III memberikan kesempatan kepada mahasiswa Fisip untuk menyampaikan sikapnya terlebih dahulu. Perwakilan mahasiswa Fisip, Frits Kiriho, Yali Wenda, Ismail Alua, Yason Ngelia, dan Marcel Demotekay mengambil tempat di depan untuk menyampaikan pandangan mereka.

Awal permasalahan, menurut Frits, dimulai saat sidang musyawarah mahasiswa yang digelar pada 7 Mei 2014 lalu, dimana kembali dilanjutkan pada 8 Mei, dan terjadi kisruh yang tidak bisa diselesaikan oleh pimpinan sidang saat itu, Septi Meidoga.

“Sebenarnya bukan tidak bisa diselesaikan kisruh ini, tapi ketidakmampuan Septi Meidodga yang saat itu baru pertama kali pimpin sidang. Ia tidak mampu menengahi permasalahan ini,” tegas Frits.

Dilanjutkan oleh Frits, tanpa mendiskusikan lebih lanjut, pimpinan sidang yang notaben baru saja berlibur ke kampung halaman selama enam bulan tanpa agenda yang jelas membatalkan sidang, dan menunda hingga batas waktu yang tidak ditentukan.

“Saat itu kesempatan pihak lembaga masuk ambil ahli. Dekan dan PR III kerja sama untuk tunjuk beberapa mahasiswa jadi pengurus BEM yang baru, dan dilantik secara sembunyi-sembunyi, tanpa ada mahasiswa yang tahu,” tegas Fritis.

Akibatnya, mahasiswa melakukan pemalangan hingga saat ini. “Tidak ada aturan yang perbolehkan dekan, atau PD III, atau PR III menunjukan dan melantikan BEM. Ini salah besar. Kalau mau mengerti, baca AD/ART Fisip Unen, dan baca AD/ART Kabesma Uncen,” tegas Kiriho.

Ditambah lagi, saat dialog masih berlangsung antara mahasiswa Fisip dan Dekan, aparat kepolisian diperintahkan masuk ke dalam ruang kampus, dan menangkap Samuel Womsiwor, dan dua mahasiswa lainnya, Marcel Demotekay dan Stephen Payokwa.

“Sampai sekarang Samuel Womsiwor masih di tahan. Ini gara-gara dekan dan PD III Uncen. Ada sebab ada akibat, artinya enam buah kaca yang dilempari mahasiswa akibat dari perbuatan dekan Fisip dan PD III yang tidak mengerti mekanisme organisasi mahasiswa,” tambah Frits.

Adapun tuntutan mahasiswa Fisip, pertama, mencabut laporan polisi dan membebaskan Samuel Womsiwor dari terali besi; Kedua, membekukan pengurus BEM yang dilantik secara sepihak, dan mengeluarkan SK agar sidang dapat dilanjutkan kembali.

Tuntutan ketiga, memerintahkan rektor Uncen untuk membuat aturan agar aparat kepolisian tidak dapat masuk ke dalam areal Uncen, karena kampus merupakan lembaga independen, otonom dan mandiri; Keempat, Polisi diminta hentikan pengejaran dan penangkapan terhadap Yason Ngelia dan Klaos Pepuho.

Usai membacakan tuntutannya, Dekan Fisip Uncen berjanji akan memberikan tanggapan pada, Rabu (28/5/2014) mendatang. Ia juga berjanji akan berdialog kembali dengan mahasiswa terkait persoalan tersebut.

Pantauan suarapapua.com, dialog antar pimpinan lembaga Uncen dan mahasiswa berakhir sekitar pukul 15.00 Wit. Sempat terjadi ketegangan kecil saat pertemuaan masih dilangsngkan, tapi dapat diselesaikan oleh mahasiswa.

Terkini

Populer Minggu Ini:

20 Tahun Menanti, Suku Moi Siap Rebut Kursi Wali Kota Sorong

0
"Kami ingin membangun kota Sorong dalam bingkai semangat kebersamaan, sebab daerah ini multietnik dan agama. Kini saatnya kami suku Moi bertarung dalam proses pemilihan wali kota Sorong," ujar Silas Ongge Kalami.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.