JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Juru Bicara Komite Internasional Jubir KNPB dihadapan ribuan Masyarakat Papua, yang melakukan demo damai atas ungkapan kata Rasis. Senin (19/8/2019) di Kantor Gubernur Provinsi Papua menyampaikan, di dalam Neraga yang terjajah penghinaan dan rasisme akan selalu subur.
“Saya mau tanya. Apakah kalian yang datang hari ini hanya karena kata Monyet..? Rakyat Papua yang saya hormati, hari ini saya berdiri disini, saya adalah Rakyat Papua. Gubernur Kolonial Indonesia, DPRP Penjaja Indonesia, MRP, semua penjabat yang hari ini duduk dibawah Penguasa Indonesia adalah “Rakyat” Bangsa Papua. Jadi status Kita hari ini adalah rakyat dan rakyat,” Kata Yeimo awali pembicaraan.
Jubir Internasional KNPB menjelaskan, karena yang mengalami penistaan, penghinaan terhadap harkat dan martabat itu adalah bangsa Papua.
“Karena itu ditempat ini saya mau bilang siapa suruh ada jadi terjajah..? sadarilah bahwa didalam negara yang terjajah rasisme, monyet itu akan selalu subur terpelihara,” tegasnya.
Hal tersebut katanya, sejarah telah membuktikan misalnya di Afrika, Amerika, serta dimana-mana pun membuktikan penjajahan yang terstruktur manset perspektif kolonial adalah perspektif kolonial.
“Karena bangsa-bangsa di Dunia. Negara-Negara di Dunia ini, terbagi atas wilayah-wilayah yang terbagi atas rasial karena itu saya mau bilang jangan pernah emosi dengan kata monyet. Jadi sadarilah anda, saya, Gubernur yang hadir hari ini adalah terjajah. Didalam wilayah yang terjajah penindasan akan selalu ada ,” ucap Viktor.
Kondisi Papua saat ada dalam NKRI dikatakan bahwa 4.360,000,00 Ribu hektare hutan setiap tahun habis karena diizinkan oleh Jakarta, otsus diberikan tapi kebijakan masih dipegang Jakarta. Perdasus yang dibuat pun masih ditolak jakarta.
“Hari ini kita harus tangisi Nduga karena rakyat mengungsi kemana-mana tidak bisa makan tidak bisa tidur. Dalam pengungsian 84 orang meninggal, belum lagi setiap hari mayat keluar dari rumah sakit di Papua. Bupati Nduga, Gubernur DPRP MRP semua sudah mendesak Jakarta untuk tarik pasukan Militer. Tetapi jakarta tidak pernah dengar berarti itu tanda kita ini seperti binatang,” katanya.
Menurutnya, hanya persatuan dan kesatuan yang bisa melawan hingga harapan dan keinginan akan tercapai. Karena selama Indonesia dijajah oleh Belanda kata-kata rasis pernah ada, saat itulah Indonesia bersatu dan melawan.
“Kita Harus bersatu, tidak ada jalan lain selain persatuan. Saat kita satu kita kuat dan melawan Jakarta, melawan Penjaja. Kita bangkit dan kita pimpin bangsa kita sendiri,” harapnya.
Lukas Enembe, setelah menerima pernyataan sikap, di hadapan ribuan menyampaikan, ungkapan kata Monyet bukan baru pertama kali terjadi terhadap orang Papua. sekarang adalah adalah kesekian kali kata tersebut.
“Kata itu pernah terucap kepada persipura yang membawa nama Papua dan Negara Indonesia sekalipun. Kepada Natalius Pigai di Jakarta. Mahasiswa Papua di Jawa, ini sering terjadi. Maka aspirasi hari ini saya dan DPRP, MRP akan bawa ke Jakarat,” terang Enembe.
Pewarta: Ardi Bayage
Editor: Arnold Belau