Komindare, Distrik Orang Korowai yang terlupakan

0
1967

Tertinggal dan terpencil, tak ada pelayanan kesehatan, pendidikan
Bahkan sarana pemukiman tak kunjung di bangun,
Tapi satu persatu Lahir Sarjana-sarjana Muda dari Danokit.

Dua Kali saya menginjakkan Kaki Di RT Danokit di tahun 2009 dan tahun 2020, hati saya sedih, bahkan terharu, melihat situasi di Danokit Tidak ada yang berubah. Rumah masyarakat masih terbuat dari Kayu Buah, beratap Daun sagu dan berdinding Gaba-gaba.

Danokit adalah nama sebuah pemukiman (RT) terjauh. Danokit sampai dengan tahun 2017 berada di wilayah Admnistratif Kampung Waliburu, Distrik Firiwage, Kabupate Boven Digoel.

Masyarakat di RT Danokit adalah suku Korowai Komendare, sekian lama RT Danokit tidak pernah merasakan sentuhan pembangunan dari pemerintah Distrik Firiwage maupun kabupaten Boven Digoel.

Kampung Danokit, distrik Komindare, Pegunungan Bintang, Papua. (Octovianus Madai – SP)

Pemukiman masyarakat di RT Danokit sebagian besar masih beratap daun sagu dan berdinding gaba-gaba, mata pencarian masyarakat rata rata adalah berkebun, berburu dan meramu.

ads

Walaupun ada dana Kampung yang dianggarkan, tapi tidak pernah disisikan oleh kampung Waliburu untuk pembangunan infrastruktur di RT Danokit.

Baca Juga:  Vince Tebay, Perempuan Mee Pertama Raih Gelar Profesor

Karena tak ada perhatian dari Pemerintah Boven Digoel maka pada Tahun 2018 berdasarkan permintaan Masyarakat Danokit kepada Pemerintah kabupaten Pegunungan Bintang maka RT Danokit dimekarkan sebagai Distrik dan berada di wilayah administratif kabupaten Pegunungan Bintang.

Hengki Yaluwo, salah satu Kaum terpelajar dari suku Wanggom/kombai/Korowai. (Octovianus Madai – SP)

Menurut Hengki Yaluwo,S.Sos, saat di temui Suara Papua di Tanah Merah (9/8/20), salah satu Kaum terpelajar dari suku Wanggom/kombai/Korowai bilang kepada saya bahwa “kami lebih khusus suku korowai komiandare yang ada di Danokit bukan sengaja keluar dari kabupaten Boven Digoel dan meminta untuk bergabung ke wilayah administratif kabupaten pegunungan bintang, hal ini disebabkan karena tidak adanya perhatian dari pemerintah Boven Digoel.”

“Sejak tahun 1986-1993 kampung Danokit sudah menjadi RT dari kabupaten Merauke sampai dengan pemekaran kabupaten Boven Digoel, tapi selama 10 (sepuluh) tahun  pemerintahan berjalan kami tidak diperhatikan oleh pemerintah Daerah, sehingga kami bersepakat bersama kepala suku yang ada di wilayah korowai batu untuk bergabung ke kabupaten Pegunungan Bintang,” jelas Hengki Yaluwo.

Baca Juga:  Hari Konsumen Nasional 2024, Pertamina PNR Papua Maluku Tebar Promo Istimewa di Sejumlah Kota

Selanjutnya, menurut hengki Yaluwo, Pemda Pegunungan Bintang Langsung Memberikan Peluang pemekaran Distrik yang diberi Nama Distrik Komindare dengan 5 Kampung persiapan yang menjadi syarat adminstrasi pemekaran.

“Kami senang Pemda pegunungan Bintang bisa mengakomodir dan menjawab aspirasi kami dan mekarkan sebuah Distrik bari di wilayah Korowai batu, sehingga kedepan kami minta agar pemerintah kabupaten Pegunungan Bintang Bisa benar benar Menjawab harapan masyarakat korowai di Danokit,” ujarnya.

Sementara itu, Kepada Suara Papua Kepala Kampung Dano II, Saul Waukatu mengungkapkan rasa kekecewaannya selama 10 tahun, tidak ada pelayanan kesehatan, pendidikan, bahkan infrastruktur di wilayah RT Danokit, dirinya telah memohon kepada Pemerintah Kabupaten Boven Digoel tapi tidak pernah di Jawab. Maka mereka memilih bergabung dengan Kabupaten Pegunungan Bintang dengan harapan di kabupaten yang baru mereka bisa di Perhatikan Pembangun fisik dan kesejahteraannya.

Natalius Aronggear, S.Psi Pemerhati Masyarakat Adat dan Daerah Terpencil yang pernah berada di RT Danokit tahun bulan Februari 2020. (Octovianus Madai – SP)

Di lain tempat, Natalius Aronggear, S.Psi Pemerhati Masyarakat Adat dan Daerah Terpencil yang pernah berada di RT Danokit tahun bulan Februari 2020 kepada Suara Papua mengatakan Kalau bisa ada perpanjangan Tangan Pemerintah yang langsung turun ke tempat ini untuk melihat langsung kondisi dan keadaan masyarakat disini.

Baca Juga:  Kemenparekraf Ajak Seluruh Pelaku Usaha Kreatif di Indonesia Ikut AKI 2024

“Masyarakat Danokit sangat membutuhkan sentuhan pendidikan, kesehatan,juga pelayanan-pelayanan tempat ibadah, Disini tidak tersentuh, pemerintah daerah hanya bicara kepentingan-kepentingan politik dan kepentingan partai namun pada kenyataannya tidak di aplikasikan ke masyarakat,” tegas Natalius.

Dirinya mengatakan, tidak ada sentuhan kemanusiaan dan perhatian sama sekali, Bahkan anak-anak yang sangat membutuhkan pendidikan sama sekali tidak ada, sama seperti di kota,untuk itu sangat di harapkan sekali ada perhatian dari Gubernur, Bupati dan anggota-anggota DPRD untuk turun langsung ke lapangan dan apa yang di butuhkan oleh masyarakat.

Walaupun Tidak ada sekolah di Danokit, Upaya dan semangat masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak mereka tinggi, Saat ini RT Danokit telah memiliki 4 (Orang) Sarjana, bahkan 4 Orang anak dari Danokit saat ini sedang kuliah di luar Papua yaitu di Manado dan Jakarta.

Pewarta: Octovianus Madai

Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaSoal Veronica Koman, Haris Azhar: Kasihan LPDP Uda Nggak Punya Uang?
Artikel berikutnyaPemkab Intan Jaya Didesak Resmikan Asrama Putri di Jayapura