Rasisme Belum Selesai di Indonesia

0
1173

Oleh: Paskalis Kossay)*
)* Penulis adalah Politisi Senior dan Intelektual Papua

Sudah 76 tahun usia Kemerdekaan Indonesia. Sebuah usia yang cukup tua jika dianalogikan dengan usia seorang manusia. Seiring dengan perjalanan usia Kemerdekaan Indonesia, penyakit rasisme tak pernah lenyap dari pandangan warga negara Indonesia.

Memang rasisme sudah menjadi budaya, pandangan kolektif bangsa ini dan terus berkembang secara terus menerus dari generasi ke generasi. Mungkin rasisme tak lepas dari warisan Kolonial. Bagaimana dulu Belanda membuat stratifikasi sosial pada masyarakat jajahannya. Stratifikasi tersebut terbagi menjadi tiga: golongan Eropa, golongan Timur asing yang didominasi keturunan Tionghoa dan Arab, serta golongan pribumi.

Stratifikasi sosial ini sudah menjadi ideologi bersama dalam masyarakat Indonesia. Sampai kapanpun akan terus berkembang pandangan rasisme ini. Padahal founder fathers kita telah bersepakat, membentuk negara ini dari beragam perbedaan. Perbedaan suku bangsa, ras, etnis, bahasa, budaya, agama dan asal daerah. Seluruh perbedaan tersebut dipadukan menjadi satu kesatuan bangsa dengan memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika, biarpun berbeda-beda tetapi tetap menjadi satu dengan satu ideologi kebangsaan, yaitu ideologi pancasila.

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

Namun demikian secara faktual persoalan ideologi kebangsaan ini belum tuntas. Masih banyak masyarakat Indonesia yang memiliki ideologi rasisme. Yang masih membeda-bedakan suku bangsa, ras, etnis, budaya, agama dan asal daerah. Masih merasa suku atau rasnya lebih tinggi derajat dari suku dan ras lain. Karena itu dengan mudah sekali meluapkan ujaran rasisme, kebencian, diskriminasi terhadap kelompok yang lebih kecil.

ads

Sebagai negara kesatuan yang berideologi pancasila, seharusnya pemerintah berkewajiban mencegah berkembang luasnya pandangan rasialisme ini. Sebab sesungguhnya pandangan rasialisme itu merupakan musuh negara yang paling merusak nilai-nilai kesatuan dan persatuan bangsa. Jika pandangan rasisme tidak dikendalikan dengan baik oleh negara, maka sangat berpotensi kuat akan mencabik-cabik keutuhan bangsa.

Dengan mencermati begitu kuatnya pandangan rasisme di Indonesia maka kita bisa menganalisa bahwa sepertinya dari perspektif ideologi negara belum selesai dan masih rawan. Ungkapan NKRI harga mati hanya sekedar live service bukan ungkapan sesungguhnya yang keluar dari pemahaman ideologi pancasila.

Baca Juga:  Musnahnya Pemilik Negeri Dari Kedatangan Bangsa Asing

Mengapa pandangan rasisme terus berkembang di Indonesia, mungkin bisa jadi dari kesalahan pengelolaan sistem pemerintahan negara. Dari awal kita sudah bicara, negara ini dibentuk dari beragam suku bangsa, ras, etnis, budaya, agama dan asal daerah. Oleh sebab itu sejak awal harus diterapkan sistem pengelolaan pemerintahan disesuaikan dengan karakteristik budaya masing-masing daerah.

Namun faktanya sejak awal sampai dengan hari ini sistem pengelolaan pemerintahan negara didominasi pengaruh budaya Keraton Jawa. Dampaknya seluruh kebijakan negara disamakan untuk diterapkan diseluruh wilayah Indonesia, padahal sering bertolak belakang dengan nilai budaya daerah.

Maka dalam hal ini pandangan atau ideologi peninggalan penjajah pun masih terus berkembang subur secara turun temurun dan berkembang menjadi antitesis dengan pandangan atau ideologi pancasila. Karena itu memandang siku atau ras lain diluar dari sukunya dianggap berbeda dan lebih rendah dari sukunya. Disinilah sentimen primordialisme berlatar kesukuan, agama, atau kedaerahan semakin kuat terbentuk. Kemudian terekspresi keluar dalam bentuk kebencian atsu rasisme terhadap kelompok masyarakat lain yang berbeda suku, agama atau ras lain.

Baca Juga:  Vox Populi Vox Dei

Mestinya pemerintah dengan cermat membaca fenomena sosial dan politik yang sedang terjadi. Persoalan rasisme kepada orang papua itu bukan baru terjadi. Orang menjadi korban rasisme ini sudah 50-an tahun sejak berintegrasi dengan Indonesia. Karena itu orang papua merasakan ketika bergabung dengan Indonesia posisi ideologi keindonesiaan itu belum selesai .

Karena itu ideologi ke-Papua-an terus tumbuh sampai sekarang. Ketika muncul rasisme pada orang papua, secara tidak langsung ideologi ke-Papua-an itu semakin kuat berkembang. Inilah fenomena politik dan juga sosial yang berkembang belakangan ini. Semoga semakin cerdas kita membaca dinamika rasisme dan dampaknya bagi Indonesia. (*)

Artikel sebelumnyaDewan Pers Lanjutkan Peningkatan Profesionalisme Wartawan
Artikel berikutnyaMasalah Papua: Kepemimpinan Jokowi Lebih Kejam dari Presiden Sebelumnya