ArtikelDampak Kunjungan Kardinal Indonesia di Tanah Papua

Dampak Kunjungan Kardinal Indonesia di Tanah Papua

Oleh: Titus Christhoforus Pekei)*
)* Penulis adalah Tokoh Awam Katolik Papua, dan Penggagas Noken di UNESCO

Kardinal Indonesia Mgr. Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo hadir ditengah umatnya di Tanah Papua, khususnya di pedalaman Dogiyai dan Deiyai, wilayah Keuskupan Timika, selama beberapa hari dalam seminggu terakhir. Umatnya sedang dililit masalah kemanusiaan berdampak semua aspek (pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya dan lain sebagainya) yang panjang.

Bahkan banyak fakta kejadian selama ini darah insan Papua terus mengalir tanpa henti.

Kapan kondisi buruk ini akan berakhir, merupakan satu pergumulan panjang segenap umat Tuhan di Tanah Papua.

Seperti presiden Indonesia keempat Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang paham humanis moderat selalu mengedepankan komunikasi dari hati ke hati bersama masyarakat tertindas. Sama hal pula kehadiran Kardinal Indonesia sebagai pimpinan tertinggi Gereja Katolik di Indonesia. Saya umat awam Katolik berpendapat akan berdampak positif kedepan. Seperti Gus Dur sekali kunjung Papua saat tutup tahun dan buka tahun baru 1 Januari 2000 merubah nama Irian Jaya menjadi Papua. Inilah kebijakan luar biasanya Gus Dur ketika memimpin negara Indonesia, mengembalikan jati diri asli yang terkubur cukup lama. Kunjungan Kardinal pun dapat berdampak kedepan mengingat keadaan umat Tuhan di Tanah Papua.

Baca Juga:  Dari Aneka Obrolan Melahirkan Alternatif Aksi Perlawanan Bangsa Papua Perdana di Jakarta

Saya mencoba mengungkapkan beberapa dampak kehadiran Kardinal Indonesia kali ini.

Pertama: Kardinal pasti memahami dan melalui jejak perintis selamat datang ke Tanah Papua, mesti mendukung jejak sejarah perintis misi Gereja Katolik pertama Pastor Le Cocq d’Armanville, SJ yang selama ini tidak dikenang. Kampus STK “Touye Paapaa” Deiyai sejak berdirinya kampus umat tahun 2014, tanggal 22 Mei 2021 telah merayakan seminar misi Pastor Le Cocq 22 Mei 1894-1896 di Sekru Fakfak. Akhir kegiatan menghasilkan rekomendasi seminar misi setelah Zending bersama dua misionaris asal Jerman pada tanggal 5 Februari 1855 mendarat di Mansinam.

Baca Juga:  Refleksi Hari Perempuan Internasional, Negara Belum Akui Peran Mama Noken Papua

Rekomendasi itu antara lain: (1) Menghargai dan menetapkan hari misi Katolik Papua sejak 22 Mei 1894 dan mendirikan patung jejak Pastor Le Cocq d’Armanville, SJ ketika pertama kali injak kaki di Sekru; (2) Menjadikan Sekru Fakfak sebagai tempat wisata rohani misi untuk berdoa, mendoakan, bermeditasi, dan merayakan setiap tahun dengan mengenal perintis misi Katolik di Tanah Papua; (3) Misi Papua secara serentak mendoakan karya misi pada setiap tanggal 22 Mei.

Entah terencana atau tidak hingga Kardinal Indonesia hadir di tegah umat Katolik Papua. Umat yakin kehadirannya adalah rencanaNya, maka kalau kembali ke Keuskupan Agung Jakarta, tidak melupakan umatmu di Tanah Papua yang mengalami banyak masalah manis hingga pahit berdampak genosida ketika umatnya usia energik meninggal cepat yang artinya mesti pikir bersama demi misi mulia di tanah ini kedepan.

Kedua: Kardinal paham Uskup Jayapura yang sudah habis, Uskup Merauke yang merangkap dan Uskup Timika yang berstatus administrator dan lain diganti Uskup pribumi menjadi Uskup kedepan tanpa ada kiriman dari luar Papua.

Baca Juga:  Smelter Freeport di Gresik, Tailing di Mimika

Ketiga: Kardinal sekalipun beberapa hari telah merasakan apa yang umat rasakan, mendengar suara tangisan, jeritan, ratapan duka umatnya yang belum berakhir sampai hari ini bagi Papua.

Keempat: Kardinal pasti hargai kemandirian Gereja Katolik Papua kedepan dalam membangun Gereja berbasis umat lokal Papua.

Kelima: Kardinal dukung peningkatan dunia pendidikan tinggi Katolik dengan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) pastoral baik imam maupun awam di luar dan dalam negeri.

Keenam: Kardinal hadir dan memberkati Gereja Katolik Stasi Epomani di Paroki Maria Menerima Kabar Gembira (MMKG) Bomomani dan Stasi Puduu di Paroki Segala Orang Kudus (SOK) Diyai, serta kegiatan pastoral lainnya di kawasan ini pasti berdampak baik pada masa depan.

Akhir kata, selamat kembali Prof. Dr. Mgr. Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo ke Keuskupan Agung Jakarta. (*)

Terkini

Populer Minggu Ini:

Berangus Kebebasan Pers dan Demokrasi, KKJ Tolak Perpol 3/2025

0
“Pengaturan terkait pers asing juga telah diatur dalam Undang-undang Pers, dimana pengawasan dilakukan oleh Dewan Pers yang berisi komponen perwakilan pers dan masyarakat sipil. Kepolisian tidak memiliki mandat hukum dalam mengatur kerja jurnalistik, baik terhadap jurnalis nasional maupun asing,” tegas Komite Keselamatan Jurnalis (KKJ).

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.