BeritaBeginilah Pengakuan Boaz Solossa Soal Indisipliner Hingga Pemecatan

Beginilah Pengakuan Boaz Solossa Soal Indisipliner Hingga Pemecatan

NABIRE, SUARAPAPUA.com — Sejak dipulangkan dari Jakarta, Boaz Solossa dan Yustinus Pae, dua pemain senior Persipura Jayapura, memilih bungkam. Tak bicara ke publik melalui media massa. Nasib keduanya seolah digantung manajemen, sebab keputusannya baru diumumkan setelah tiga pekan berlalu.

Usai pencoretan nama dari daftar skuat Mutiara Hitam yang disiapkan bertarung di kompetisi Liga 1 dan Piala AFC meski kemudian telah dibatalkan, Boaz Solossa akhirnya buka suara tentang apa yang sebenarnya terjadi sebelum maupun setelah keputusan mengejutkan itu.

Keputusan manajemen Persipura kepada Bochi dan Tipa, selengkapnya baca di sini.

Keputusan tersebut menuai sorotan dan kritikan tajam dari berbagai pihak yang menilai sikap manajemen Persipura tak terpuji karena pemecatan tak terhormat seolah membenamkan seluruh jasa besar kedua pemain selama belasan tahun di kompetisi domestik maupun tingkat Asia. Pemecatan pemain bukan hal baru, tetapi setidaknya dilepas secara baik.

Boaz kemudian buka mulut setelah sejumlah wartawan di Kota Jayapura menyambangi kediamannya, Rabu (7/7/2021) malam, beberapa jam setelah mengambil surat pemutusan kerja sama dari PT Persipura.

Berikut Suara Papua menurunkan penuturan lengkap Boaz Solossa kepada wartawan. Rekaman video yang didapat media ini berdurasi 17:59 menit.

Sebenarnya dari awal apa yang sudah manajemen berbicara di media, tapi saya dan Yustinus Pae lebih memilih untuk berdiam diri, karena terus terang bahwa kita tidak akan berbicara banyak.

Saya akan ceritakan sedikit kronologis kejadian, bahwa ini harus kita bicara jujur supaya masyarakat di seluruh Papua tahu apa yang terjadi. Yaitu kasus indisipliner.

Kronologis yang terjadi pada saat itu kita akan melakukan uji coba pada hari Minggu (13/6/2021) di Stadion Indomilk Arena Tangerang. Dua hari sebelumnya, pada hari Jumat itu, kita memang telah melakukan indisipliner, kita minum. Setelah itu, hari minggunya kita uji coba.

Setelah pertandingan uji coba itu, ada sedikit masalah yang mungkin masyarakat tahu bahwa apa yang sudah disampaikan oleh coach Jacksen (Tiago), bahwa dia merasa sedikit aneh dengan kejadian yang terjadi di ruang ganti.

Nah itu yang sebenarnya harus saya sampaikan. Bahwa, teman saya Tinus Pae dia mau menyampaikan kepada coach Jacksen, bahwa memang sudah disusun nama (pemain-pemain yang akan diturunkan pada laga uji coba dengan Persita Tangerang), bahwa kami berdua harus main pada saat itu.

Tinus Pae mungkin merasa harus mengatakan yang sebenarnya, sehingga dia panggil coach Jacksen keluar dan sampaikan bahwa saya sudah minum. Tetapi keputusan itu kembali ke coach. Kalau coach memang percayakan saya bermain, saya siap bermain. Kalau tidak, ya saya tidak akan bermain. Saya kira Tinus Pae sudah sangat jujur.

Kami berpikir bahwa mungkin dengan tindakan indisipliner yang kita buat, kita siap menerima apapun keputusan manajemen. Tetapi saya kira, kejujuran itu yang sangat penting dan berarti, karena dia jujur sama pelatih bahwa kita sudah minum.

Coach sudah tahu, tapi dalam kejujuran itu dia sudah sampaikan, tetap dimainkan dalam laga uji coba melawan Persita.

Saya lihat statement melalui video yang dikeluarkan admin grup Persipura1963, bahwa Jacksen bicara katanya ada beberapa faktor keributan yang terjadi. Berhubungan dengan banyak hal, bukan faktor indisipliner saja, tetapi ada faktor lain dan mengancam keselamatan banyak orang. Orang luar tidak tahu apa yang terjadi.

Saya kira itu tidak ada. Hari ini saya boleh katakan itu tidak ada. Kalau tidak percaya, masyarakat atau siapapun yang kenal silahkan tanya kepada semua pemain bahwa tidak terjadi apa-apa di ruang ganti sebelum pertandingan itu dimulai.

Cuma satu yang saya mau tekankan di sini bahwa saat itu semua lengkap, manajemen semua hadir, mulai dari bapak ketua umum Benhur Tomi Mano, pak Rudi Maswi, Rocky Bebena, dan semua hadir, ada di sana. Dan saya dengan Tipa mengakui bahwa telah minum.

Dan, saya kira itu bukan baru kali ini terjadi. Seluruh di dalam tim tahu, saya dan Tipa minum. Kami harus jujur dengan apa yang terjadi di dalam tim ini. Apapun yang akan oleh diambil manajemen, saya dengan Yustinus Pae sangat siap. Cuma caranya saja yang saya rasa bahwa ini sangat tidak baik.

Karena pada saat pertandingan uji coba itu, kami tidak melakukan sesuatu yang terjadi dalam pertandingan itu. Kita dua sudah keluar dari lapangan, baru keributan itu terjadi.

Saya kira, kalau pertandingan ini berjalan baik-baik saja, saya kira mungkin aman saja dan tidak ada masalah. Tapi mungkin dengan kejadian ini terjadi, akhirnya ada evaluasi setelah pertandingan itu selesai.

Kami dua setelah pertandingan itu, besok siangnya saya dihubungi oleh Stevie Lopulalan bahwa itu pak manajer Bento (Madubun) dan pak Herald (Kalengkongan) sama coach Jacksen menunggu kami di bawah untuk pertemuan.

Setelah kita bertemu, dijelaskan di situ Pak Bento sebagai manajer. Saya tidak tahu apa yang disampaikan oleh pak Bento, apakah yang disampaikan itu langsung dari pak Mano dan pak Rudi yang menyampaikan itu langsung ke kami.

Karena saya dengan Tipa tahu bahwa kami salah, jadi tidak perlu komentar dan tidak perlu jawab apa yang disampaikan oleh coach Jacksen dan pak manajer Bento.

Di situ disampaikan bahwa apa yang disampaikan oleh Pak BTM itu, kayaknya kita di sini sudah tidak dihargai karena ini berulang kali. Manajer pak Bento lagi sampaikan bahwa pak Rudi orang yang sangat tertekan. Saya tidak tahu, apakah ini memang betul itu yang disampaikan olek pak Mano dan pak Rudi, yang disampaikan oleh pak Bento, bahwa orang yang sangat tertekan karena indisipliner yang kitong dua lakukan. Apalagi pak Rudi pemasok minuman keras.

Saya berpikir lagi bahwa orang yang kita hargai dalam manajemen Persipura adalah pak Mano dan pak Rudi. Setelah itu masuklah dan dipersilakan untuk coach Jacksen berbicara. Yang pertama dia bilang bahwa pemain merasa kenyamanannya terganggu.

Terus, disampaikan bahwa kayaknya saya dengan Tipa sudah tidak punya respek. Ya, memang kita akui itu karena sebelum itu dia sampaikan, kita harus saling respek, menghargai satu sama lain, dan dia sampaikan itu. Akhirnya, saya dengan Tipa diputuskan untuk kembali ke Jayapura.

Apa yang disampaikan oleh pak manajer Bento bahwa dalam waktu dekat kami akan rapat dan akan memberikan keputusan itu. Kitong dua menghargai itu, apa keputusan yang diambil oleh manajemen.

Setelah pertandingan hari Minggu, hari Senin malam kami dua kembali (ke Jayapura).

Sebelum berangkat, kebetulan kamar saya dan Tipa berhadapan dengan coach Jacksen, jadi saya bilang sama Tipa itu kamarnya coach. Saya ketuk pintu dan secara pribadi saya dengan Tipa langsung masuk ke kamarnya dan bilang coach, saya dengan Tipa ijin kembali.

Karena yang lain kamarnya kejauhan kebetulan coach di situ jadi kita pamit.

Ini kan kita menghargai dia sebagai pelatih dan juga kalau dibilang bahwa dalam tim dia sebagai orang tua. Dan, kita secara pribadi saya harus minta coach, kita dua balik. Dia panggil oke masuk dan kita bicara, saya tidak mau seperti begitu. Oke terima kasih coach.

Cuma saya merasa janggal itu, kalau memang keputusan diambil harus secepatnya. Karena ini waktu tiga minggu itu saya kira waktu yang sangat lama dan itu saya kejar terus. Satu minggu pertama, saya tanya sama Bento. Tapi katanya, ini pengurus belum lengkap, pak Rudi dan pak Rocky masih ada di luar kota.

Oke, saya paham hal itu. Dan, saya sabar sampai dua minggu, saya tanya hal yang sama, bagaimana keputusan yang saya tanya dengan Tipa itu nasib kita dua bagaimana dalam tim. Kalau memang sudah tidak, ya langsung bilang tidak. Tapi itu saya pertanyakan lagi, apa yang disampaikan oleh pak Bento bahwa belum ada keputusan dari atas untuk rapat.

Jadi, selalu yang saya pertanyakan itu bagaimana keputusan dari manajemen untuk status saya dengan Tipa. Kita dua mempertanyakan kita dua punya status.

Sampai akhirnya hari Rabu pekan kemarin, katanya nanti hari Senin atau hari Selasa. Sampai hari Senin, saya pagi bangun, komunikasi dengan Tipa bagaimana?.

Tipa bilang, bro bagaimana sudah ada jawaban. Saya bilang, nanti bro tanya sudah, karena saya sudah berapa kali tanya, jawabannya seperti begitu.

Nah, saya berpikir kan pada saat itu tim diliburkan untuk pulang. Sampai di Jayapura, mereka berlibur selama tiga sampai empat hari setelah hari Senin. Saya minta waktu untuk SMS sama pak Mano dan pak Rudi. Saya bilang bahwa bapa izin, saya minta maaf atas masalah kejadian yang kemarin. Setelah telepon, saya minta maaf bapak, mungkin kemarin saya dengan Tipa ada buat kesalahan.

Saya kira mungkin hal ini sebenarnya kalau kita bicara antara internal, mungkin tidak bisa ada hal seperti ini dan saya kira kan orang-orang yang lama dalam tim bahwa saya dengan Tipa punya karakter yang selama ini kita lakukan.

Sekarang setelah saya tidak ada dalam tim, saya secara pribadi apa yang saya perbuat harus berani bertanggungjawab. Itu konsekwensi yang harus saya terima dari manajemen.

Cuma yang disayangkan, saya kayaknya tidak dihargai. Karena saya masuk baik-baik di tim Persipura ini, saya mau setelah saya keluar dari tim ini juga dengan baik.

Tapi, apa yang terjadi?

Kita sama-sama tinggal satu tempat, rumah kita tidak berjauhan, tapi untuk mau ketemu dengan manajemen, kenapa tidak terjadi sampai hari ini.

Ini supaya masyarakat tahu.

Sekali lagi, tidak ada keributan, kekacauan saat uji coba dengan Persita. Keributan di lapangan terjadi setelah kami dua keluar lapangan.

Memang banyak hal yang belum dijelaskan. Orang masih bertanya-tanya. Kita belum ketemu, belum bicara. Tidak dibicarakan.

Berita sudah lebih duluan beredar di media, sementara kami tidak tahu, karena memang tidak ada pembicaraan.

Saya sudah menerima surat, sudah resmi bahwa saya sudah bukan pemain Persipura lagi. Tetapi tetap cinta ini tetap cinta Persipura. Saya tetap cinta Persipura. Siapapun bermain di luar Papua, hati tetap Persipura.

Saya cinta Persipura, karena Persipura-lah yang membesarkan saya punya nama. Saya tetap cinta Persipura.

Kalau mau bilang bermain bola di luar, kalau mau cari kaya, saya dari dulu sudah pergi. Banyak klub besar tawarkan. Semua saya tolak. Di dalam tim ini butuh kenyamanan. Kekeluargaan itu yang sangat penting. Dan saya rasakan bahwa di Persipura, inilah yang kami rasakan. Bahwa kami satu keluarga.

Hanya saya sedikit kecewa, itu ya caranya yang tidak secara baik. Lepas begitu saja. Tidak hargai. Harusnya ya mungkin kita bertemu, salaman, saling pegang tangan sebelum berpisah.

Itu tidak terjadi. Hanya satu lembar kertas. Tadi pagi saya pergi ambil itu, tanpa ada satu orang manajemen. Tapi tidak mengapa.

Saya mohon maaf kepada seluruh rakyat Papua, manajemen, pelatih, ofisial, kalau selama ini ada salah dari saya, salah kata atau tindakan. Maafkan saya.

Kita mau mempertahankan itu sulit. Tetapi orang yang mau rebut itu gampang. Jadi, itu sedikit dari saya begitu.

Sedikit pesan saya buat adik-adik saya yang ada tim, saya mohon maaf. Apa yang saya lakukan, khusus contoh yang tidak baik itu dipinggirkan, adik-adik bisa ambil hal-hal baik saja.

Tim ini bukan karena saya, tetapi Persipura sudah ada dari dulu. Dengan nama besar, dan orang-orang tahu masih menjadi jenderal lapangan adalah Persipura Jayapura.

Ulang lagi saya tekankan bahwa untuk manajemen, caranya jangan seperti kayak begini. Saya dengan Tipa perlu dihargai. 16 tahun itu tidak gampang, ya. Persipura bisa raih juara, raih bintang, patah kaki, cedera, sampai semua, saya ada di dalam tim ini.

Dari saya sedikit itu. Ya, mulai dari ketua umum, manajer, pelatih, seluruh ofisial dan tim, teruslah sukses. Saya yakin dan percaya, pasti Persipura selalu diberkati.

Demikian Bochi, sapaan akrab Boaz Solossa, mengakhiri sesi wawancara dengan wartawan sembari beri jempol kanan. (*)

Baca Juga:  Aktivitas Belajar Mengajar Mandek, Butuh Perhatian Pemda Sorong dan PT Petrogas

Terkini

Populer Minggu Ini:

PBB Memperingatkan Dunia yang Sedang Melupakan Konflik Meningkat di RDK dan...

0
"Rwanda melihat FDLR sebagai ancaman besar bagi keamanannya. Tentara Kongo berkolaborasi dengan FDLR, yang membuat Kigali marah,” kata Titeca.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.