Netha Boseren: Ibu Guru, Suka Bikin Kue dan Perjuangan Membangun Literasi di Papua

0
1441
Netha Boseren. (Dok pribadi)
adv
loading...

Netha Boseren mungkin belum banyak dikenal orang di Papua, tetapi bagi orang yang tinggal di kota Wamena dan orang yang bergerak dalam dunia literasi di Papua, pasti sudah mengenal Netha, sosok yang berkepribadian sederhana dengan murah senyum. Netha adalah salah satu anak muda Papua yang sangat menginspirasi [orang lain] dengan karyanya yang luar biasa. Satu di antaranya adalah menulis buku Paket Kontekstual Papua bersama team dan seorang Cake decorator.

Nama lengkapnya Netha Valentin Boseren. Berasal dari Biak, lahir dan besar di Wamena. Netha lahir dan besar di Wamena karena orang tuanya mengabdi sebagai guru di sana.

Netha memulai karya di bidang dekorasi kue pada tahun 2015. Sosok perempuan yang murah senyum ini mengaku dia bukan seorang lulusan jurusan boga. Awalnya ia belajar membuat kue dan mendekorasi kue secara otodidak. Caranya ialah dia sering menonton video tutorial di Youtube, membaca artikel dan majalah serta mencoba membuat kue berdasarkan resep yang ia dapat.

“Saya biasanya membuat kue sambil belajar dari kegagalan [membuat] kue tersebut. Ketika kue gagal, saya biasa menganalisa kegagalan dan membuat kue yang baru. Misalnya  mengurangi jumlah gula dll,” ungkap Nita kepada saya.

Netha Boseren. (Dok Karel Sroyer)

Wanita yang suka traveling ini mengaku awalnya membuat kue khusus buat keluarga dan teman-teman dekat. Bermula dari itu, hasil karyanya itu dianggap menarik dan sering menjadi buah bibir orang. Ini luar biasa. Sebab buah cibiran orang adalah bagian dari promosi promosi dari mulut ke mulut. Dan akhirnya banyak permintaan dari masyarakat umum bahkan institusi pemerintahan di Kota Wamena.

ads
Baca Juga:  Siswa SMKN 1 Paniai Lulus Dengan Nilai Memuaskan, Kepsek: Kami Bangga

Netha pernah mengajar sebagai guru TK di Misi Baptis Wamena. Saat ini ia sedang mengajar di SMP Negeri 4 Wamena, sambil tetap  menjalani hobinya membuat kue dan mendekorasi kue.

Netha merupakan salah satu alumna ELTA (English Language Training Assistance) dari Australia Award tahun 2017. Dia mengaku ingin memberikan dampak bagi perubahan generasi muda di kota Wamena dengan dimulai dari pembangunan karakter anak usia dini.

Netha Boseren pernah diundang sebagai trainer dan pembicara dalam program bebas buta huruf tahun 2019 yang diselenggarakan di Nusa Tenggara Timur bagi guru-guru bekerja sama dengan Taman bacaan Pelangi dengan menggunakan Buku Paket Kontekstual Papua.

Taman Bacaan Pelangi memiliki perpustakaan di Indonesia Timur, terutama di daerah Flores, Timor termasuk yang baru dibuka di Papua yakni di Raja Ampat dan Sentani. Taman Bacaan Pelangi awalnya mengidentifikasi masalah utama perpustakaan yang sepi dan banyak anak-anak yang tidak tertarik di dunia literasi. Berangkat dari fakta tersebut Netha dan team membuat Buku Paket Kontekstual Papua yang sangat cocok dengan siswa-siswa di Indonesia Timur.

Buku Paket Kontekstual Papua yang ditulis oleh Netha bersama Team. Buku ini merupakan penjabaran dari Buku Nasional tematik kurikulum 2013 yang lebih diperinci dan menyesuaikan kearifan dan kebiasaan anak-anak yang ada di daerah Papua. Buku yang dinilai sangat baik dalam menunjang pembelajaran dan literasi di Indonesia bagian timur. Buku Paket Kontekstual Papua ini terdiri dari pelajaran matematika dan bahasa Indonesia. Sangat cocok dipakai di Sekolah Dasar kelas 1 sampai 3 di Papua. Buku ini juga sangat baik dipakai di rumah-rumah baca serta dalam memberantasi buta aksara bagi masyarakat umum.

Baca Juga:  Sebanyak 127 Peserta Memulai Program Pelatihan di Institut Pertambangan Nemangkawi

Buku yang disusun Netha dan team ini sudah digunakan sebagai contoh untuk digunakan di NTT dengan mengadopsi kebiasaan anak-anak setempat. Tujuannya untuk mempermudah pemahaman anak-anak sekolah dalam belajar.

Buku tersebut dapat didapatkan atau didownload secara gratis pada link berikut ini www.bukukontekstualpapua.com.

Buku Kontekstual Papua yang disusun oleh Netha Boseren dkk.

Netha mengutarakan, umur 0-8 tahun merupakan usia “Golden age” atau periode emas. Karena 80 % otak manusia berkembang. Pada masa ini sangat penting menanamkan pendidikan karakter yang baik yakni “character building”.  Dia mencontohkan, mengajari anak-anak membuang sampah di tempat sampah, agar terhindar dari banjir dan lingkungan tidak rusak [tercemar]. Dengan demikian, didikan dan nilai-nilai yang ditanam sejak dini akan tertanam dari kecil dan terbawa sampai dewasa.

“Pendidikan karakter itu sangat penting dalam menjawab isu-isu masalah sosial di Papua yang semakin hari meningkat, sehingga pendidikan karakter ini dapat membawa pengaruh dalam mengurangi masalah sosial,” terang Netha.

Untuk mencapai tujuan dan nilai yang dianut Netha dalam mengubah generasi muda di Wamena, dia berjuang untuk mendapatkan beasiswa Australia Award untuk mengembangkan dirinya dalam pendidikan dunia anak di luar negeri. Dia bersaing dengan ribuan pelamar Beasiswa lainya di Indonesia. Akhirnya Netha Valentine Boseren dinyatakan sebagai Awardee atau penerima beasiswa yang akan belajar di Australia dengan mengambil jurusan Master of Education dengan konsentrasi Pendidikan anak Usia Dini.

Baca Juga:  Vince Tebay, Perempuan Mee Pertama Raih Gelar Profesor

Netha sendiri mempunyai cita-cita yang ingin mengembangkan usaha Bakery yakni Cafe dan rumah baca. Dia bercerita, cafenya tersebut dia ingin agar mendukung program dia dalam membangun literasi ke depan, terutama Bahasa Inggris bagi anak-anak kecil.

Anda bisa menemukan dan melihat hasil karyanya di instragram dengan nama akun @netha.cake.

Netha bilang, “Perempuan Papua harus mampu menghasilkan karya. lihat ko pu lingkungan sekitar, apa yang dibutuhkan, lalu lihat ko pu potensi dan mulai berbuat sesuatu untuk mitigate the problem, pasti akan jadi berkat. Rasa malu dan takut itu wajar tapi jangan itu buat ko berhenti dengan ko punya mimpi-mimpi buat tanah Papua. Hidup terlalu singkat kalau cuma sekolah, menikah, dan mengurusi rumah tangga. Trada kata terlambat untuk berkarya, berapapun ko pu umur, apapun ko punya status. kalau ko punya misi itu mulia. Tuhan pasti beri jalan”.

“Kitong tidak bisa mengubah orang dewasa, karena hal tersebut sangat mustahil, tetapi kitong hanya bisa menyiapkan perubahan bagi anak-anak kecil,” kata Netha.

Di bawah ini adalah beberapa kue dan yang sudah dedekorasi Netha:

Penulis feature ini adalah Karel Sroyer. Artikel yang sudah anda baca ini merupakan artikelnya yang sudah ditayangkan di website pribadinya karelsroyer.com dengan judul Netha Boseren: Belajar Otodidak dengan Karya Yang Luar Biasa. Setelah mendapat izin dari penulis, Suara Papua menerbitkan artikel ini.

 

 

 

Artikel sebelumnyaSurat Natal Uskup Jayapura untuk Siapa?
Artikel berikutnyaGereja Katolik Indonesia Jangan Menambah Luka Papua (bagian I)