Pemekaran Provinsi Baru Dikhawatirkan Ancam Eksistensi Hutan Konservasi Tambrauw

0
1135

KOTA SORONG, SUARAPAPUA.com — Masyarakat adat merasa kuatir dan takut dengan dampak yang akan terjadi ketika kehadrian propinsi Papua Barat Daya (PBD) dimekarkan. Pasalnya, pemekaran tersebut dapat mengancam eksistensi hutan conservasi  di kabupaten Tambrauw, Papua Barat.

Emil Baru, salah satu  aparat sipil negara (ASN) yang hadir dalam focus group discussion (FGD) dilakukan di ibu kota kabupaten Tambrauw bersama tim dari Universitas Gadjah Madah Yogjakarta pada, Rabu (2/2/2022) mempertanyakan status kebupaten Tambrauw sebagai kabupaten konservasi.

Menurutnya kehadrian provinsi PBD dapat mengancam hutan konsevasi Tambrauw. Sebab  hutan akan dibongkat atas nama pembangunan.

“Kalo pembangunan maka hutan  pasti dibongkar.  Apakah Konservasi dipertahan atau tinggal nama saja. Kami berharap ketika pemekaran propinsi PBD  terjadi maka hutan conservasi  yang kita banngga-banggakan tetap bertahan.”

Baca Juga:  Jelang Idul Fitri, Pertamina Monitor Kesiapan Layanan Avtur di Terminal Sentani

“Apa yang telah kita cita-citakan tetap terjaga. Jangan tinggal nama karena pembangunan masuk. Pasti bongkar hutan hutan. Ketika diberikan izin berarti kita punya hutan konservasi semakin kurang. Ingat kita jaga baik-baik,” tegasnya.

ads

Ia menilai  kehadiran  provinsi PBD  akan membuat Tambrauw hanya menjadi pelengkap  administrasi dan  kebutuhan Jakarta dan kabupaten lainnya. Bukan menjawab kebutuhan  masyarakat Tambrauw sehingga akan menciptakan konflik baru antar masyarakat Papua.

“Bagimana masyarakat adat yang ada dalam Tambrauw harus berperan jaga hutan. Jangan sampe kita kabupaten Tambrauw jadi pelengkap administrasi untuk menjawab kepentingan dan kebutuhan kabupaten lain. Kita menjawab kepentingan pusat bukan kebutuhan daerah,” katanya.

Dia menncontohkan, kasus di kabupaten Tambrauw terjadi perekrutan pegawai dan kemudian membuat perselisihan antar sesama anak Papua.

Baca Juga:  Dua Anak Diterjang Peluru, Satu Tewas, Satu Kritis Dalam Konflik di Intan Jaya

“Jangan sampe pemekaran terjadi kemudian menciptakan masalah baru lagi. Ketika masalah terjadi siapa yang bertanggungjawab,” ujarnya mempertanyakan.

Sementara itu, Yosephin Bame, salah satu perempuan muda yang sedang berusaha membangkitkan kembali pendidikan adat Fenia Meroh di kabupaten Tambrauw menilai kehidaran PBD mengancam hutan adat sebagai tempat mata penceharian kehidupan masyarakat.

Menurut dia,  kabupaten Tambrauw adalah kabupaten konservasi sehingga hutan-nya harus tetap dijaga dan lestari hijau. Ia menilai pemekaran kabupaten Tambrauw sudah cuku sehingga tidak perlu pemekaran lagi atau menambah pemekaran propinsi PBD.

“Cukup pemekaran Tambrauw saja. Jangan tambah pemekaran PBD lagi. Saya rasa kurang pas. Hutan-hutan kami akan dirusak semua karena pembangunan. Sekarang saja sudah dirusak apalagi tambah pemekaran PBD. Itu pasti tambah lebih rusak lagi. Tempat-tempat mata penceharian kami semakin lama semakin dihabisi,” terangnya.

Baca Juga:  Peringatan IWD Menjadi Alarm Pergerakan Perempuan Kawal Segala Bentuk Diskriminasi Gender

Dia menegaskan, dirinya menolak pemekaran provinsi .

“Saya pribadi tidak setuju. Cukup sudah pemerintahan Tambrauw berada di propinsi PB karena Tambrauw adalah daerah konservasi. Daerah kelestarian alam sehingga harus dijaga hutan serta isinya,” tambah Yosephin.

Gabriel Assem, Bupati kabupaten Tambaruw dan juga sekertaris tim percepatan pemekaran propinsi  PBD pada kesempatan tersebut menegaskan bahwa kabupaten Tambrauw tidak memekarkan kabupaten lagi. Kabupaten Tambrauw hanya sebagai daerah lintas antar propinsi

“Ini tidak merubah ruang. Kita tidak buka pemekaran kabupaten.  Kita daerah lintasan. Papua Barat dan Papua Barat Daya. Tidak merubah ruang,” katanya.

Pewarta: Maria Baru
Editor: Arnold Belau

 

 

Artikel sebelumnyaElegi Integritas Pejuang yang Terkekang
Artikel berikutnyaSamuel Bless: Pemekaran Tidak akan Selesaikan Masalah Papua