BeritaPendidikan & KesehatanLima Mahasiswa UKIP Sorong Ikuti Program Matching Fund 2023

Lima Mahasiswa UKIP Sorong Ikuti Program Matching Fund 2023

Editor :
Elisa Sekenyap

SORONG, SUARAPAPUA.com— Ricky Donald Montan, Wakil Rektor I Universitas Kristen Papua Sorong pada hari, Senin 10 Juli 2023 resmi melepas lima orang mahasiswa Universitas Kristen Papua (UKIP) Sorong mengikuti program matchinn fund 2023 selama enam bulan di kepulauan Fam, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya.

Pelepasan dan pembekalan mahasiswa program matching fund 2023 itu dilakukan dengan tema penguatan edukasi melalui penerapan parawisata berkelanjutan di Kepulauan Fam, Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat Daya.

Ricky memaparkan program matching fund 2023 merupakan program kerjasama antara Universitas Kristen Papua Sorong dengan Konservasi Internasional (KI).

Untuk program ada 50 mahasiswa UKIP yang ditawarkan, namun permintaan yang dikabulkan hanya sebanyak 5 mahasiswa.

Baca Juga:  BERITA FOTO: Peringati Hari Disabilitas dan Noken Papua

“Kita ajukan itu sekitar 50 mahasiswa tetapi hanya disetujui 5 mahasiswa. Ini merupakan kerja sama antara UKIP Sorong KI,” katanya kepada suarapapua.com usai acara pelepasan mahasiswa program matcing fund,Selasa (11/7/2023).

Menurutnya alasan pemilihan kepulauan Fam sebagai lokasi program matching fund 2023 dikarenakan kepulauan Fam merupakan salah satu daerah konservasi dan memiliki potensi yang luar biasa.

Untuk itu ia berharap kelima mahasiswa yang mengikuti program tersebut dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di UKIP, guna membantu kehidupan masyarakat di kepulauan Fam.

“Kepulauan Fam ini daerah khusus dan lebih menarik untuk pengembangan wisata ke depan,” jelasnya.

Meidiarti Kasmidi, Tourism and Capacity Builing Manajger Konservasi Indonesia mengatakan cara kerja Konservasi Indonesia selama bermitra dengan beberapa universitas di Papua untuk tujuan konservasi sumber daya alam di beberapa daerah yang ada di tanah Papua.

Baca Juga:  Penyandang Disabilitas Tidak Minta Dikasihani

“Kami paling sering bekerja sama dengan UNIPA, Poltek KP/APSOR, UKIP. Didalamnya ada berbagai kegiatan monitoring terumbu karang, survei ekonomi. Selain Raja Ampat kita bekerja di Kaimana, Tambrauw, Maybrat dan beberapa daerah lainnya di Papua. Untuk Raja Ampat sendiri kita sudah sejak 2001,” katanya.

Selain parawisata yang dikelola oleh masyarakat, kepulauan Fam juga memiliki satu wisata edukasi baru yang di kembangkan oleh masyarakat di bawah binaan BBKSDA dan, terutama Ketang Kenari.

“Kelompok pengelola wisata di sana sangat berkomitmen untuk menerapkan parawisata yang tidak merusak lingkungan. Saya berharap melalui mahasiswa bisa menjadi jembatan bagi gudang ilmu di universitas. Jadi ilmu ini menjadi solusi dari problem di masyarakat,” ujarnya.

Baca Juga:  Suku Moskona akan Miliki Rumah Belajar Bersama Berbasis Budaya

Sementara itu, Dwi Indah Widya Yanti, ketua tim matching fun 2023 menjelaskan yang menjadi alasan utama memilih kepulauan Fam yakni potensi sumber daya alam yang sangat berlimpah.

“Yang menarik bagi kami yaitu bagaimana pengelolaan Ketang Kenari yang merupakan artropoda terbesar di dunia yang perlu dilindungi. Selain itu kami juga ingin berikan penguatan serta mendukung masyarakat setempat untuk bagaimana mereka melaksanakan perikanan atau parawisata berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam di sana,” pungkasnya.

Terkini

Populer Minggu Ini:

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.