JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Memberikan perhatian serius terhadap perkembangan anak-anak sejak usia dini sangat diperlukan saat ini di tengah gempuran berbagai pengaruh negatif. Hal itu tentu saja sebagai tanggung jawab moril keluarga demi menyiapkan generasi penerus yang berdaya saing di masa mendatang.
Yulianus Kuayo, praktisi pendidikan yang juga kepala bidang Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan pada Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah provinsi Papua, mengemukakan hal itu menyikapi banyaknya anak usia sekolah tanpa perhatian orang tua hingga terjerumus dalam berbagai penyakit sosial akhir-akhir ini.
Kepada suarapapua.com, Kamis (11/1/2024), Kuayo mengatakan, setiap anak Papua wajib diasuh orang tua dengan tidak boleh biarkan lembaran hidup mereka terisi dengan berbagai pengaruh lingkungan, seperti terlibat dalam kenakalan remaja, isap lem aibon dan ganja, konsumsi minuman keras (miras), dan lain sebagainya.
“Satu tantangan nyata yang tengah dihadapi anak-anak Papua saat ini adalah kurangnya tanggung jawab orang tua dalam memberikan azupan gizi yang memadai. Anak-anak juga kurang merasakan kasih sayang lantaran orang tua lebih banyak sibuk kerja termasuk terlibat dalam aktivitas penyakit sosial seperti permainan judi dan lain-lain hingga anak nyaris dikorbankan dari perhatian keluarga,” tuturnya.
Situasi tersebut harus dapat diatasi. Setiap keluarga perlu punya pemahaman yang cukup tentang aspek-aspek esensial dalam pembentukan karakter anak. Kuayo berharap, setiap anak harus diberi perhatian besar, jadikan mereka aset penting masa depan keluarga Papua.
Menurut Yulianus, dengan pendidikan PAUD holistik dan terintegrasi pada masyarakat basis orang asli Papua (OAP) diharapkan menjawab tantangan hari ini demi masa depan SDM Papua.
“Anak merupakan generasi penerus masa depan. Pemenuhan kebutuhan dasar anak secara utuh, stimulan dan berkesinambungan dalam keterpaduan atau holistik integratif perlu dilakukan sejak usia dini guna menciptakan SDM yang bermutu dan berdaya saing di masa mendatang,” tegasnya.
Kata Kuayo, periode emas anak berada di rentang usia 0-7 tahun. Pada usia tersebut anak tidak boleh diabaikan karena mereka akan kehilangan kesempatan emas selamanya jika tidak segera disikapi.
“Selama periode emas menjadi momentum tepat untuk menanamkan nilai serta pendidikan bagi anak termasuk status gizi sebagai aspek penting yang mendukung tumbuh kembang, pembentukan karakter, dan kecerdasan yang akan dibawa hingga mereka dewasa,” kata Yulianus.
Untuk menyiapkan SDM Papua sejak usia dini, imbuh Kuayo, hendaknya dilakukan secara holistik integratif guna memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam, meliputi aspek fisik dan non fisik, mental, emosional, dan sosial agar generasi anak benar-benar dipersiapkan sebagai penerus masa depan.
Disebutkan stimulasi holistik integratif mencakup layanan pendidikan, kesehatan, gizi, perawatan, pengasuhan, perlindungan dan kesejahteraan. Kata dia, ini hal prioritas yang harus diterapkan dalam mempersiapkan anak usia dini.
“Tentunya dibutuhkan keterlibatan dari instansi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, tokoh masyarakat, serta juga orang tua itu sendiri agar mampu memenuhi kebutuhan anak-anak sebagai harapan masa depan kita,” ujar Kuayo.
Masih menurutnya, tanggung jawab orang tua untuk memberikan asupan gizi anak secara teratur juga perhatian dan kasih sayang jangan sampai terabaikan karena anak-anak mudah dipengaruhi oleh lingkungan. Apalagi di masa kini banyak hal buruk rentan menimpa anak kapan saja. []