Minggu 2015-02-08 23:52:15
KEEROM, SUARAPAPUA.com — Kisah kelam masa lalu tidak membuat Rut Yunike, anak dari Suku Korowai, patah semangat. Ia bertumbuh seperti anak-anak lain pada umumnya, dan berkeyakinan, suatu saat akan menggapai impian gemilang di masa depan.
Rut kini diasuh di Panti Asuhan Syalom, Arso, Kabupaten Keerom, Papua. Ia tinggal bersama anak-anak seusianya, dibawah pengawasan para pengasuh.
Â
Saat dijumpai suarapapua.com, Sabtu (31/1/2015) siang, Rut sedang asyik bermain bersama teman-temannya. Ia agak berbeda, kedua matanya buta. Tetapi, “Rut mau sekolah,†ucapnya sembari senyum.
Â
Rut sebelumnya pernah tercatat sebagai siswa SLB Buper, Waena, kota Jayapura.
Â
“Saya pernah di SLB Buper, tinggal di asrama. Tetapi saya dikeluarkan dari asrama, karena saya nakal,†tuturnya dengan polos.
Â
Di Jayapura, Rut tak ada keluarga ataupun kenalan. Beruntung, ia kemudian diterima pengasuh Panti Asuhan Syalom. Panti asuhan ini membina anak-anak dari pedalaman Papua yang masih terisolir dan primitif.
Â
Di panti asuhan yang terletak di Arso VIII ini, Rut tinggal bersama teman-teman seusianya dari daerah lain. Ada yang berasal dari Kabupaten Pegunungan Bintang, Boven Digoel, Merauke, Asmat, dan Kabupaten Keerom.
Â
Anak berusia 11 tahun ini mengaku, saat dikeluarkan dari SLB Buper, “Saya sudah minta maaf kepada teman-teman di asrama yang saya pernah sakiti.â€
Â
Ini dibenarkan Josua, salah satu pengasuh di Panti Asuhan Syalom Arso.
Â
“Rut dikeluarkan karena tingkah laku yang masih belum berubah dari kebiasaannya waktu kecil di tempat asalnya,†kata Josua.
Â
Awal mula Rut diterima di panti asuhan, kata Josua, merasa iba mendengar kesaksiannya. “Kami merasa terpanggil, sebab kesaksian dari Rut sangat menyentuh hati kami,†ucap Josua.
Â
Kehidupan masa kecil Rut, sungguh kelam. Beberapa tindakan sadis pernah dialami anak ini di kampung halamannya.
Â
Menurut pengakuan Rut, saat masih kecil ia kerap dianiaya orang tuanya. Ia bahkan pernah dicabuli.
Â
“Saya waktu kecil pernah dianiaya oleh orang tua saya. Terus saya juga disodomi dan dicabuli,†tutur Rut.
Â
Tertunduk dan diam beberapa menit, ia kemudian menceritakan, “Mereka bikin saya begitu karena pengaruh kepercayaan suku orang tua, yaitu anjing jantan yang mereka percaya sebagai Tuhan.â€
Â
Josua dan pengasuh lain menangis mendengar kesaksian Rut. Karenanya, ia diterima untuk kemudian diasuh bersama anak-anak lain.
Â
“Kami harus menyelamatkan jiwa-jiwa ini. Mereka sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang,†kata Josua yang saban hari menemani anak-anak itu.
Â
Josua menilai apa yang mereka lakukan itu adalah kebiasaan mereka. “Tetapi jangan karena kebiasaan adat mereka, anak-anak yang tidak bersalah ini menjadi korban.â€
Â
Pengasuh berharap agar ada perhatian khusus dari pemerintah terhadap Rut yang berkeinginan kuat untuk bersekolah demi menggapai cita-citanya di masa depan.
Â
“Rut memiliki masa depan yang cerah, karena dia berkeinginan kuat untuk bersekolah. Hanya, kami pengasuh tidak bisa berbuat apa-apa karena keterbatasan finansial,†tuturnya.
Â
Sudah 18 tahun Panti Asuhan Syalom hadir di Arso. Ia didirikan dan dikelola orang tua Josua. Sejak awal hingga kini, pengelolaannya secara swadaya.
Â
“Sampai saya besar bersama anak-anak ini kami hidup apa adanya tanpa ada perhatian dari siapapun, termasuk pemerintah,†tutup Josua.
Â
Editor: Mary
Â
HARUN RUMBARAR