ArsipUskup Timika: Karya Auki Tekege Patut Disyukuri

Uskup Timika: Karya Auki Tekege Patut Disyukuri

Jumat 2015-10-23 10:29:44

DOGIYAI, SUARAPAPUA.com — Uskup Keuskupan Timika, Mgr. John Philip Saklil, Pr, mengatakan, karya dan perjuangan dari Auki Tekege patut disyukuri karena daerah Meepago dan sepanjang kawasan pedalaman Papua Tengah mendapat terang Kristus dalam pelayanan pewartaan Kabar Gembira.

“Sejak tahun 1935 Injil masuk di wilayah Meepago hingga daerah Migani dan terus ke arah timur pedalaman Papua karena adanya kontak awal dari Auki Tekege dengan Pater Tillemans MSC. Maka, misionaris melakukan ekspedisi yang saat itu dituntun Auki hingga mereka tiba di sini. Oleh karenanya, kita patut syukuri,” tuturnya, Minggu (18/10/2015) di Modio, Kabupaten Dogiyai, Papua.

 

Menetapkan Auki Tekege sebagai Tokoh Pembawa Terang Bagi Masyarakat Koteka, kata Uskup Saklil, bukan tanpa alasan dan hal itu tentu sebagai bagian dari ucapan syukur Gereja kepada tokoh awam yang sangat berjasa dalam membuka jalan bagi misionaris. (Baca: Uskup Timika Tetapkan Auki Tekege Tokoh Gereja di Wilayah Meepago).

Pewartaan Injil terjadi karena atas usaha Auki Tekege. Diawali dengan beberapa kali melakukan kontak dengan para misionaris di wilayah pesisir pantai Selatan (Kokonao). Auki juga saat itu mengabarkan sekaligus mengundang para kepala suku dari beberapa kampung di daerah Paniai setelah ia telah bertemu “ogai” (orang barat).

Uskup Saklil menyebut Auki Tekege, seorang awam yang cukup berjasa membuka jalan bagi masuknya Injil Allah sekaligus peradaban baru bagi masyarakat Papua di bagian Pegunungan Tengah khususnya wilayah Meeuwodide sejak tahun 1935 hingga 1952.

Uskup Saklil juga sempat menyebutkan beberapa nama yang cukup berjasa bersama Auki Tekege, kala itu.

“Pewartaan Injil di wilayah Meepago berawal dari sini, oleh karena perjuangan Auki Tekege. Misionaris masuk membawa Kabar Gembira di sepanjang Pegunungan Tengah, karena adanya kontak awal dari Auki dan beberapa rekan lainnya saat itu. Maka, kita patut berterima kasih kepada mereka,” ungkapnya.

Hasil dari itu, tegas Uskup Timika, orang Mee, Migani dan suku-suku lain di wilayah pedalaman Papua Tengah merasakan terang Kristus hingga bisa bersekolah dan menjadi orang berguna bagi Gereja, masyarakat dan bangsa.

Oleh karenanya, Uskup kelahiran Kokonao ini menyampaikan beberapa harapan.

Pertama, tentu ucap syukur pada Tuhan karena pada 80 tahun yang lalu telah memakai Auki Tekege bersama teman-temannya kala itu.

Kedua, setiap orang tua berperan penting mengarahkan anak-anaknya menghadapi berbagai tantangan di era globalisasi.

Ketiga, uang bukan segalanya dalam membangun tanah dan manusia Papua. Hanya dengan kerendahan hati dan cinta kasih saja, maka setiap berkat akan datang dengan sendirinya. Hal ini satu catatan khusus bagi pemerintah dan semua pihak berkepentingan lainnya.

Keempat, manusia ciptaan Tuhan paling mulia bukan ada untuk ditindas, dijajah, dibunuh, melainkan saling hargai harkat dan martabatnya.

Tak hanya itu, Uskup menyerukan banyak suara gembala untuk direnungkan dan diterapkan domba-dombaNya.

Uskup Saklil juga berpesan secara khusus kepada anak-anak di Meepago untuk waspadai berbagai dampak dari pembangunan dewasa ini. Lihat saja, kata Uskup, jalan trans sudah tembus hingga ke kampung-kampung, itu membawa antara lain hal-hal bagus, tetapi juga banyak hal negatif.

Orang Mee di masa lalu, kata dia, banyak berhasil karena didikan misionaris. Menjadi guru, penginjil, petugas kesehatan dan lain-lain, hingga sebagian diantaranya pergi membaktikan diri ke daerah lain, daerah Migani hingga Lapago dan Aplim Apom (Ngalum).

“Bagaimana langkah para perintis dari daerah ini diikuti dan terus dilanjutkan, adalah satu tantangan kita hari ini,” ujar Uskup Saklil yang juga pernah menjabat sebagai Pastor Vikep wilayah Barat Keuskupan Jayapura di Enarotali-Paniai ini.

MARY

Terkini

Populer Minggu Ini:

TPNPB Mengaku Membakar Gedung Sekolah di Pogapa Karena Dijadikan Markas TNI-Polri

0
“Oh…  itu tidak benar. Hanya masyarakat sipil yang kena tembak [maksudnya peristiwa 30 April 2024]. Saya sudah publikasi itu,” katanya membalas pertanyaan jurnalis jubi.id, Kamis (2/5/2024).

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.