Sabtu 2014-02-22 13:59:45
Dijunjung dari pesonanya alam pulau di ufuk timur Indonesia tak hanya mempesona karena alam dan burung Cendrawasih yang terkenal di tingkat Nasional dan Internasional. Tetapi ada juga benda-benda tersembunyi khas Papua lainnya yakni noken.
Noken adalah tas yang dirajut dari kulit pohon, rumput dan ada juga noken yang di buat dari benang jadi yang bias diperoleh dengan mudah toko dan kios.
Noken alami yang dibuat bahan baku alami itu tidak sembarang kayu ataupun rumput. Tetapi dari rumput dan kulit kayu pilihan. Proses untuk menjadikan benang membutuhkan waktu dan proses dengan tangan secara manual oleh ibu-ibu Papua.
Kalau noken modern, untuk mendapatkan bahan dasar tidak menbutuhkan waktu dan proses yang lama namun bahannya bias diperoleh di took atau kios dan bisa memulai proses anyam atau rajut.
Dari dua bahan dasar noken ini Titus Pekey, Direktur Ecology Papua Institute (EPI) yang juga penggagas noken sebagai warisan budaya dunia di UNESCO pada 4 Desember 2012 lalu mengatakan noken menyatu dengan orang Papua sejak dahulu kala maka harus di lindungi dan lestarikan.
Kita cermati noken dari kedua bentuk dasar tersebut. Ada banyak jenis dan fungsinya. Kalau Bahan dasar yang terbuat dari kuliat kayu dan sejenis rumput, berfungsi sebagai alat atau tempat untuk mengisi bayi, mengisi makanan untuk manusia, mengisi makanan untuk babi, menutup bayi dari ancaman terik mata hari, sebagai pakaian bagi wanita, sebagai alat tukar-menukar barang, sebagai alat membayar maskawin, sebagai topi bagi kaum pria, sebagai tempat mengisi buku, sebagai tempat mengisi HP (Handphone), demikian pulah dengan bahan dasar yang beli langsung di toko atau kios.
Kalau disingkronkan dengan noken modern tidak beda jauh cara penggunaannya hanya saja, ada perbedaan nilai gaunnya. Sehingga sekalipun kita memakai Noken tapi bisa membedakan adalah noken asli dan noken modern.
Bukan hanya itu namun ada banyak nilai-nilai yang tertera pada noken tersebut, dan tergantung dari jenis-jenisnya.
Noken adalah jati diri orang Papua. Harga diri orang Papua. Identitas orang Papua. Kebudayaan orang Papua yang harus dijaga, dilestarikan, dilindungi, diawasi dan di warisi.
Yang perlu diangkat adalah pembinaan generasi muda guna pembinaan karakter sebagai jati diri noken sebagai budaya bangsa Papua. Sebab noken sebagai warisan dunia yang telah ditetapkan oleh UNESCO di Paris, 4 Desember 2012.
ÂÂ
Pemilihan Umum Sistem Noken
Dalam sejarahnya sistem noken, setidaknya digunakan sejak pemilu Legislatif dan Presiden Indonesia pada tahun 1977/1978, dengan alasan, waktu itu masyarakat di pegunungan sebagian besar masih dalam kondisi buta huruf, buta warna, dan kondisi geografis, karena saat itu untuk wilayah pegunungan tengah hanya kabupaten Nabire dan kabupaten Jayawijaya,
Maka hal itu sangatlah wajar, namun kini bukan lagi seperti dulu, pemekaran Kabupaten sudah sangat pesat di wilayah pegunungan tengah, akses dan geografis tidak seperti dulu lagi, kenapa harus melakukan pemungutan suara dengan sistem noken?.
Sistem noken bukanlah budaya masyarakat pegunungan secara turun temurun dalam, menunjuk pimpinan mereka. pimpinan/kepala suku memilih secara demokratis oleh masyarakat. Sistem noken baru di kenal sejak pemilu pertama kali setelah terintegrasi dengan Indonesia, sistem noken merupakan pendatang baru dari luar dengan alasan kondisi geografis dan kondisi masyarakat.
Noken tidak bisa digodok sistem pemilu legislatif maupun presiden kalaupun para elit politik berjuang untuk di legalkan, itu maka perlu ada rekomendasi dari dewan adat, melalui MRP lalu di setujui DPRP. Kalaupun terjadi tapi noken yang mana? karena dari jenis-jenisnya ada banyak noken yang bahan darasnya juga berbeda-beda
Kalau sisten noken tetap didorong dan di pertahankan, maka di Papua menjadi rawan konflik dalam pemilu, oleh karena itu dalam jangka panjang untuk menghindari korban baik secara psikologis maupun fisik dalam demokrasi, hukum dan perpolitikan Papua, Sistem Noken harus di bahas yang lebih mendalan lagi. Perlu juag di pikirkan sebab-akibatnya.
Di lihat dari pengalaman pemilukada Gubernur Papua tahun 2013 lalu, sistem noken tetap dilaksanakan di wilayah Pegunuangan, ada banyak masalah di sana, dan sama halnya sedang melumpuhkan sistem demokrasi di masa depan.
ÂÂ
Penulis adalah aktivis Papua dari Baptis Voice, Tinggal di Jayapura, Papua.