Rabu 2015-03-25 16:03:15
MANOKWARI, SUARAPAPUA.com — Kondisi pendidikan di tanah Papua, termasuk di Provinsi Papua Barat, masih sangat memprihatinkan dan butuh perhatian serius. Bukti nyata terjadi di Kampung Sakumi, Distrik Anggi Gida, Kabupaten Pegunungan Arfak.
Di SD Inpres Sakumi, terdapat enam kelas dengan jumlah murid 63 orang, saat ini hanya diajar oleh seorang guru, itu pun berstatus kontrak.
Â
Ironisnya, sang guru kontrak, Marthen Loko mengaku belum pernah melihat kepala sekolah di SD itu.
Â
“Saya sudah satu bulan lebih di sekolah ini, bertugas sejak 16 Februari lalu. Tetapi sampai sekarang saya belum pernah melihat kepala sekolah,†ujar Marthen Loko, seperti dikutip dari jpnn.com, Rabu (25/3/2015).
Buruknya kondisi pembelajaran di SD Inpres Sakumi ini dikeluhkan Marthen kepada anggota Komisi D DPR Papua Barat yang berkunjung di wilayah Pegunungan Arfak.
Â
Ia kepada wakil rakyat minta agar dapat menyampaikan persoalan tersebut kepada pemerintah daerah. “Supaya ada perhatian, ya harus tambah guru dan memperbaiki gedung sekolah,†kata pria asal Toraja ini, berharap.
Menurut Marthen, sebenarnya ada 3 guru yang mengajar di SD Inpres Sakumi. Namun saat ini hanya ia seorang diri, sedangkan 2 guru lainnya sedang mengikuti kursus di Institut Yohanes Surya.
“Saya sendiri tangani 6 kelas, jadi memang harus pandai membagi waktu mengajar murid-murid ini. Enam kelas digabung dan dimasukkan dalam 3 ruangan. Kelas 1 dan 2 dijadikan 1 ruangan, demikian juga kelas 3-4 serta kelas 5-6 digabung di satu ruangan,†tuturnya.
“Ya, pelajaran yang saya berikan itu bersifat umum,†imbuh Marthen.
Â
Di era Otonomi Khusus, sektor pendidikan merupakan salah satu program utama, selain kesehatan, pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat asli Papua.
Â
Tetapi, fakta di SD Inpres Sakumi yang hanya 1 orang guru, disesalkan Anggota Komisi D DPR Papua Barat, Enos Rumpaidus. Karena menurut dia, hal ini bukti belum maksimalnya upaya pemerintah di bidang pendidikan.
MIKAEL KUDIAI