ArsipKronologi Penodongan Senjata dan Perampasan Kamera Wartawan Saat Meliput Aksi Damai (Bagian...

Kronologi Penodongan Senjata dan Perampasan Kamera Wartawan Saat Meliput Aksi Damai (Bagian 1)

Senin 2015-10-12 15:14:56

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Saat anggota Polresta Jayapura membubarkan paksa aksi kemanusiaan dari SKP-HAM Papua, Kamis (8/10/2015) di depan Gereja Katolik Gembala Baik, Abepura, Papua, salah satu wartawan mengalami tindakan kekerasan, intimidasi dan penodongan dengan senjata serta perampasan kamera.

Redaksi suarapapua.com menurunkan penuturan kesaksian dari wartawan korban penganiayaan, sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis, berikut.

Nama saya Abraham You, biasa dipanggil Abeth. Saat ini saya bekerja di Majalah Selangkah (majalahselangkah.com), dan Koran Jubi (tabloidjubi.com). Sebelumnya, saya pernah menjadi wartawan Surat Kabar Harian (SKH) Papua Pos yang terbit secara berkala di Kota Jayapura, Papua.

Sebelum saya menceritakan kronologis aksi kekerasan, intimidasi yang berujung pada penodongan senjata dan perampasan kamera yang terjadi pada Kamis, 8 Oktober 2015, sekitar pukul 14.40 WIT, di depan Gereja Katolik Gembala Baik Abepura, Jayapura, Papua, saya ingin menjelaskan soal undangan liputan.

Rabu, 7 Oktober 2015, sekitar pukul 19.23 WIT, saya mendapat pesan singkat melalui handphone dari Peneas Lokbere (Koordinator Umum SKP-HAM Papua). Ia mengabarkan rencana aksi demo damai yang akan diadakan pada 8 Oktober 2015 siang.

Ini isi pesan singkat: “Kepada Yth, Wartawan & wartawati di tempat! Kami SKP HAM Papua mengundang, utk meliput berita, pada besok Kamis, 8 Oktober 2015. Pukul 13:00 wp, sesuaikan dgn waktunya teman2 Biara dan Prater. Dgn titik kumpul depan Merpati Abepura. Tujuan aksi ke Komnas Perwakilan Papua dan lanjut ke DPR-Papua. Demikian atas kerjasamanya diucapkan trima kasih. Peneas Lokbere, koordinator umum SKP HAM Papua”.

Pesan ini saya anggap sebagai undangan meliput aksi bagi wartawan di Kota Jayapura, karena itu saya melanjutkan pesan ini kepada sekitar 15 wartawan lainnya di dalam grup BlackBerry Messenger (BBM), dan turut mendapatkan respon positif, bahkan beberapa lagi menyatakan kesediaan untuk datang meliput aksi dari Solidaritas Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia (SKP HAM) Papua.

Keesokan harinya, Kamis (8/10/2015) sekitar pukul 13.15 WIT, saya tiba di depan pertokoan Merpati, tepat di depan Gereja Katolik Gembala Baik Abepura (tempat dilangsungkannya aksi), sesuai undangan meliput yang disebarkan koordinator aksi kepada wartawan. Saya memarkir kendaraan roda dua saya tidak jauh dari tempat massa aksi berkumpul, atau tepatnya di depan Kantor LSM PTPMA Jayapura.

Saat saya tiba di tempat aksi, puluhan massa aksi dari kalangan aktivis, mahasiswa, pemuda, dan aktivis Gereja sudah berkumpul lebih dulu, dan sedang melanjutkan orasi-orasi kecaman kepada negara karena tidak mampu menuntaskan penembakan empat siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga meninggal dunia di Lapangan Karel Gobay, Enarotali, Paniai, Papua, pada 8 Desember 2014 lalu.

Saya juga melihat salah satu massa aksi berdiri di dekat jalan raya, terus memberikan selebaran aksi dan tuntutan SKP-HAM Papua kepada warga kota Jayapura yang lalu lalang menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Karena saat itu belum ada wartawan yang tiba di tempat aksi, sayapun mengeluarkan kamera Canon EOS 1100D milik saya dari dalam tas, dan menggantungkan Kartu Pers di saku baju sebelah kiri. Dari arah jalan raya, saya terus memotret ke arah massa aksi yang sudah berorasi dengan posisi berbaris memanjang ke arah jalan raya, dengan memegang tiga baliho/spanduk besar dan belasan poster berukuran kecil.

Saat itu saya lihat ada sekitar 25 orang massa aksi yang telah lebih dulu hadir. Saya mengambil beberapa foto dan video dari beberapa arah, samping kanan/kiri dan dari depan jalan raya. Setelah menjepret, saya menemui Koordinator SKP-HAM Papua/Koordinator Aksi, Peneas Lokbere dan meminta siaran pers atau tuntutan dari SKP-HAM Papua, termasuk kepastian demo damai ke Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) dan Kantor Komnas HAM Perwakilan Papua, seperti yang disampaikan di dalam undangan kepada wartawan.

Lokbere kemudian memberikan satu buah pernyataan sikap massa aksi. Saat itu ia juga menjelaskan tentang rute aksi damai, seperti yang telah disampaikan melalui pesan singkat, yakni dari depan Gereja Katolik Gembala Baik Abepura akan menuju ke kantor DPRP dan kantor Komnas HAM Perwakilan Papua. Rencana tersebut, kata dia, tetap akan dilakukan. Tetapi, masih perlu komunikasi dengan aparat keamanan yang akan mengamankan jalannya aksi.

Saat sedang berbincang dengan Peneas Lokbere, saya melihat belasan aparat Kepolisian Resort Kota Jayapura dari Unit Intelijen berdiri dan memotret dari arah depan massa aksi, tepat di depan pintu keluar/masuk Kantor Pos Abepura.

Tidak lama kemudian, bergabung Julian Howay, jurnalis lepas di majalahselangkah.com dan Suara Papua (suarapapua.com), yang sebelumnya pernah bekerja untuk SKH Bintang Papua dan Majalah Foja. Saya melihat Howay juga mengeluarkan kamera, dan terus memotret situasi orasi dari massa aksi.

Lalu, sekitar 30 menit kemudian muncul lagi beberapa wartawan, seperti Oktovianus Pogau (suarapapua.com), Gamel (SKH Cenderawasih Pos), dan salah satu wartawan SKH Suluh Papua yang tidak saya ingat namanya. Tampak juga Benny Mawel, wartawan Tabloid Jubi, dan beberapa rekan wartawan lain yang tidak saya lihat keberadaannya.

Saat itu massa aksi belum bergerak atau menuju ke Kantor DPRP, karena Kapolsek Abepura, Kompol Marthen Asmuruf, sedang berbincang-bincang dengan Koordinator Aksi, bersama penasehat hukum massa aksi dan beberapa perwakilan dari Keuskupan Jayapura, karena Polisi tidak mengijinkan massa aksi untuk melanjutkan aksi dengan alasan belum mengantongi ijin dari Polisi.

Saat negosiasi sedang dilakukan, saya lihat beberapa Frater dan Bruder atau Biarawan dari Keuskupan Jayapura yang sedang mengenyam studi di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) “Fajar Timur” Jln. Yakonde, Padang Bulan, Abepura, Jayapura, juga datang dengan satu buah mobil. Mereka mengenakan jubah imam berwarna coklat, bergabung bersama massa aksi. Beberapa diantaranya justru memilih mengambil tempat paling depan, dan ikut memegang poster-poster kecaman terhadap negara tadi.

Melihat beberapa Frater dan Bruder ikut bergabung dalam barisan aksi ini, saya kembali mengambil beberapa foto. Beberapa wartawan juga terus mengambil foto. Orasi-orasi terus dilanjutkan.

Disamping itu negosiasi dengan Kapolsek Abepura, dan kalau tidak salah satu pimpinan unit intelijen dari Polresta Jayapura yang mengenakan baju warna putih, serta Kapolsek Abepura juga ikut melakukan negosiasi. Proses negosiasi berlangsung di sebelah kanan massa aksi. (Bersambung)

MARY

Terkini

Populer Minggu Ini:

Pemkab Yahukimo Belum Seriusi Kebutuhan Penerangan di Kota Dekai

0
“Pemerintah kita gagal dalam mengatasi layanan penerangan di Dekai. Yang kedua itu pendidikan, dan sumber air dari PDAM. Hal-hal mendasar yang seharusnya diutamakan oleh pemerintah, tetapi dari pemimpin ke pemimpin termasuk bupati yang hari ini juga agenda utama masuk dalam visi dan misi itu tidak dilakukan,” kata Elius Pase.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.