ArsipIni Kronologi Wartawan Suara Papua Diinterogasi Polisi

Ini Kronologi Wartawan Suara Papua Diinterogasi Polisi

Senin 2016-05-02 11:38:40

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Ardi Bayage, wartawan Suara Papua, ditahan, diinterogasi hingga dipukul aparat keamanan, saat menjalankan tugas peliputan di Abepura, Jayapura, Papua, Senin (2/5/2015) pagi, membeberkan kronologi kejadiannya.

Pukul 09:30 WIT, saya sampai di Lingkaran Abepura untuk liputan demo yang dilakukan oleh KNPB. Aksi massa mendukung ULMWP diterima sebagai anggota resmi di MSG.

 

Saya tiba saat polisi mulai hadang dan tangkap massa di Lingkaran Abepura, lalu semua diarahkan ke Polsek Abepura.

Saya didatangi oleh polisi saat saya sedang memotret aktivitas penangkapan yang sedang dilakukan di sekitar Lingkaran Abepura. Saya memotretnya dengan menggunakan kamera handphone (HP). Lalu, ada polisi datang dan menghampiri saya, sambil bertanya, “Mana Kartu Identitasmu?” Dengar itu, saya tunjukkan ID Card saya. Saat memperlihatkan kartu identitas, saya bilang, “Saya adalah wartawan di Suara Papua, salah satu media online di Papua.”

Di saat massa yang ditangkap sudah di atas truk, saat saya sedang memotret itulah polisi tangkap saya dan sita ID Card. Lalu, HP saya polisi ambil dan banting di aspal. Akibatnya, touchscreen HP pecah dan tidak berfungsi lagi.

Setelah itu, saya dibawa ke Polsek Abepura. Di sana, saya ditempatkan di sel. Bersama saya ada sekitar 7 orang.

Waktu saya di Polsek Abepura, saya sudah sampaikan lagi bahwa saya adalah wartawan suarapapua.com. Bukan massa aksi. Tetapi polisi sama sekali tidak menghiraukannnya. Malah polisi bilang, “Ah, ko tipu saja”. Padahal, jelas-jelas ID Card saya ada di tangan polisi dengan noken saya.

Setelah sekitar 30 menit berlalu, saya diarahkan ke Mako Brimob bersama 7 orang yang bersama saya. Dalam perjalanan ke Mako Brimob, ada polisi satu bilang, kalau mau liputan harus minta izin sama semua polisi yang ada di lapangan.

Di Markas Brimob, Kotaraja, 7 orang yang bersama saya disuruh gabung dengan massa aksi yang sudah ada lebih dulu di lapangan Brimob. Sementara saya diarahkan ke tempat latihan, salah satu halaman terbuka yang ada di Mako Brimob. Di sana, ada beberapa aktivis KNPB, salah satunya Warpo Wetipo.

Saya disuruh duduk di satu kursi yang ada di pinggir lapangan latihan, lalu saya diinterogasi dengan berbagai pertanyaan.

Saat bersamaan ada satu anggota Brimob periksa HP saya. Semua gambar yang ada di dalam HP dihapus. Termasuk beberapa video. Lalu, Brimob yang periksa HP saya itu pukul saya di muka (Pipi bagian kanan) sebanyak tiga kali. Flashdisc saya juga sempat disita. Mereka lihat isi dari Flashdisc itu, kemudian dikembalikan lagi.

Beberapa menit kemudian saya disuruh gabung dengan massa aksi. Saya disuruh buka baju dan dijemur di lapangan Brimob. Setelah itu, Intelkam datang foto dan mencatat identitas. Di saat itu, saya sampaikan bahwa saya adalah wartawan Suara Papua. Selanjutnya saya dibawa ke ruang Intelkam di Mako Brimob.

Di ruang Intelkam, tas saya digeledah, lalu diperiksa semua isi noken dan HP saya. Saya diinterogasi lagi dengan banyak pertanyaan. Tetapi, saya terus jawab bahwa saya adalah wartawan Suara Papua.

Anggota Brimob juga tanya saya tentang Badan Hukum dari Suara Papua sampai urusan redaksional. Saya jawab, “Pak, media Suara Papua sudah berbadan hukum.”

Dari situ, karena tidak ada bukti dan alasan untuk tahan dan interogasi saya lagi, maka saya dibebaskan untuk memotret situasi saat itu di lapangan Brimob Papua.

 

 

MARY

Terkini

Populer Minggu Ini:

Ribuan Data Pencaker Diserahkan, Pemprov PBD Pastikan Kuota OAP 80 Persen

0
“Jadi tidak semua Gubernur bisa menjawab semua itu, karena punya otonomi masing-masing. Kabupaten/Kota punya otonomi begitu juga dengan provinsi juga punya otonomi. Saya hanya bertanggung jawab untuk formasi yang ada di provinsi. Maka ini yang harus dibicarakan supaya apa yang disampaikan ini bisa menjadi perhatian kita untuk kita tindaklanjuti. Dan pastinya dalam Rakor Forkopimda kemarin kita juga sudah bicarakan dan sepakat tentang isu penerimaan ASN ini,” ujarnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.