Gerakan Rumah Sakit dalam Sejarah

0
1472

Oleh: Vredigando Engelberto Namsa, OFM)*
Biarawan Fransiskan Provinsi Fransiskus Duta Damai Papua, Tinggal di Papua

Gerakan rumah sakit mula-mula sangat erat berhubungan dengan kehidupan agama. Tidak jarang fasilitas pengobatan satu-satunya dalam kehidupan sekelompok masyarakat tertentu adalah sebuah kuil. Orang-orang yang melakukan pengobatan adalah juga orang-orang yang melayani atau lakukan pelayanan upacara di kuil tersebut. Agama-agama sebelum adanya agama kristen banyak yang mempercayai dewa-dewi mereka sebagai penyembuh. Mungkin hal ini terjadi sejak kurang lebih 5000 tahun sebelum Masehi. Dalam keadaan demikian, kuil dijadikan tempat belajar para praktisi penyembuhan (tabib) dan juga tempat bagi pasien untuk mendapatkan perawatan. Bagaimanapun juga dalam perkembangannya, khususnya agama Kristen atau gereja Kristen mempunyai tanggung jawab untuk mendirikan rumah sakit. Akan tetapi agama Kristen pada awal perkembangannya tidak mempunyai andil besar dalam sejarah perkembangan dunia pengobatan-kedokteran modern. Gereja juga tidak banyak mendorong praktek pengobatan yang dilakukan melalui penelitian dan observasi ilmiah sebagaimana dilakukan oleh orang Yunani.

Rumah Sakit dan Biara

Kemudian pada masa permulaan agama Kristen rumah sakit tidak hanya didirikan untuk orang sakit, akan tetapi juga sebagai rumah penginapan atau biara. Bahkan gedung-gedung gereja juga dibangun sedemikian rupa sehingga dapat dipakai juga untuk rumah penginapan dan juga sekaligus rumah sakit. Rumah penginapan tersebut digunakan pula untuk menampung orang gelandangan, yatim piatu dan sebagainya. Gedung gereja dengan demikian berfungsi pula sebagai panti asuhan. Rumah penginapan tersebut dapat pula diperuntukan bagi musafir ataupun orang asing. Hal ini terjadi khususnya bagi masyarakat Yahudi. Kota-kota, pusat agama Kristen, katedral sering mempunyai daya tarik sebagai tempat ziarah pada waktu itu dan juga saat ini, baik bagi orang kristen sekitarnya maupun dari peziarah yang jauh. Para pemimpin agama, juga para pelayan keagamaan yang lain (seperti biarawan atau biarawati) tertarik untuk menolong maksimal mungkin para peziarah yang miskin. Kelompok tersebut juga sangat tertarik untuk membantu orang sakit dan orang-orang lain yang membutuhkan. Keadaan yang demikian agaknya dapat pula dianggap sebagai perintis rumah sakit dalam arti modern.

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

Rumah Sakit Khusus

ads

Gereja purba telah mendirikan rumah-rumah sakit khusus, misalnya untuk orang yang sakit kusta, orang lumpuh, orang buta, orangtua (manula) dan orang miskin. Di Yerusalem sendiri pada tahun 491 Masehi telah ditemukan rumah sakit dan tempat persembunyian yang dikelola oleh orang kristen. Ide tentang pengajaran pada dokter muda sebenarnya juga berasal dari tradisi agama kristen. Pada abad ke-7 Masehi usaha semacam banyak dilakukan oleh para imam-imam kristen di daerah Timur (misalnya di Siria).

Pada waktu kekaisaran Romawi mulai hancur, maka peranan gereja makin besar, khususnya dalam perawatan orang sakit, orangtua (manula), janda, anak yatim piatu dan sebagainya. Pada waktu zaman monastik muncullah pergeseran. Semula perawatan dilakukan oleh seluruh komunitas kristiani. Sedangkan pada zaman gerakan monastik, perawatan tersebut ditangani oleh para anggota biara. Mereka mengatasnamakan masyarakat kristen untuk melakukan pelayanan yang mulia tersebut. Sebagai akibat tidak langsung adalah kemunduran peranan seluruh masyarakat kristen pada waktu itu. Dengan demikian gerakan kaum tarekat kristiani juga menjadi penyebab munculnya rumah dalam arti modern. (bdk. Manual on Hospital Chaplaincy, Chicago, 1970 hal. 30)

Dari Tahun ke Tahun

Pada abad ke 11 Masehi telah menjadi suatu tradisi bahwa setiap gereja atau pun kongregasi religius (tarekat kristiani) mempunyai rurnah sakitnya sendiri. Meskipun demikian tidak ada peninggalan atau pun catatan bagaimana mereka melakukan pelayanan itu; misalnya bagaimana mereka melakukan pembedahan. Apakah pada waktu itu juga ada dokter atau pun para ahli bedah di luar para biarawan atau biarawati yang datang ke rumah sakit tersebut? Semuanya serba tidak jelas.

Baca Juga:  Festival Angkat Sampah di Lembah Emereuw, Bentuk Kritik Terhadap Pemerintah

Abad ke 13 Masehi sebagian besar rumah sakit mempunyai hubungan langsung dengan suatu biara. Gereja mulai mundur peranannya dalam mengelola sebuah rumah sakit. Mereka juga mempraktekkan dan mengajarkan pengobatan tradisional, dengan jamu. Pada umumnya rumah sakit juga berfungsi sebagai tempat panti asuhan orang usia lanjut, yatim piatu, janda dan sebagainya. Biara pada umumnya mempunyai rumah sakit khusus, misalnya untuk orang kusta.

Pada zaman Perang Salib, tentara mempunyai peranan besar dalam perkembangan rumah sakit. Baik selama Perang Salib maupun sesudah masa perang, mereka tetap mempunyai peranan penting. Rumah sakit tentara didirikan pada jalan-jalan yang dilalui tentara perang. Rumah sakit tersebut dipakai sebagai tempat istirahat bagi tentara yang masih sehat dan tempat perawatan bagi tentara yang terluka. Di samping itu rumah sakit tersebut juga dipakai sebagai pusat kegiatan religius. Rumah sakit tentara menjadi semacam pusat pelatihan dan pendidikan, baik bagi prosedur pengobatan secara medis maupun keperawatan. Rumah sakit tersebut juga menjadi perintis bagi pengembangan ilmu pengetahuan kedokteran di kemudian hari. Organisasi-organisasi yang kuat kemudian dikembangkan untuk merawat orang yang terluka maupun sakit lainnya. (bdk. Runciman, Steven, A History of the Crusades: The Kingdom of Acre and the Later Crusades , 1987, hal. 88). Dalam masa Perang Salib tersebut di Yerusalem sendiri didirikan beberapa rumah sakit. Kemudian setelah Perang Salib usai para tentara mulai mengembangkan rumah sakit, termasuk rumah sakit khusus (misalnya sakit kusta) di daratan Eropa.

Baca Juga:  FI Gelar Layanan Kesehatan Mata Gratis untuk Masyarakat Sekitar Area Operasi PTFI

Bagaimanapun juga kita dapat dikatakan bahwa pelayanan kepada orang sakit tidak hanya menjadi monopoli lembaga keagamaan, khususnya kristen. Di Eropa, pada abad Pertengahan masyarakat diatur secara feodalistik. Pada umumnya para bangsawan mempunyai tanggung jawab moral untuk merawat orang sakit, orang usia lanjut, janda, anak yatim piatu dan sebagainya. Kaum priyayi Eropa merasa harga dirinya lebih tinggi jikalau dapat mendirikan rumah sakit. Orang-orang kaya merasa dirinya lebih terhormat jikalau dapat mendirikan rumah sakit. Memang kenyataannya pada abad ke 14 dan 15 kaum bangsawan di Inggris mendirikan rumah sakit yang terkenal sampai dengan hari ini.

Seiring dengan pengembangan kota-kota dan desa-desa (yang semuanya diatur menurut masyarakat yang feodalistik), tentulah dikembangkan pula rumah sakit. Akan tetapi akhirnya pengembangan kota dan desa tidak selalu mengikuti pola feodalistik. Kota-kota dan desa-desa dikembangkan berdasarkan semangat kerakyatan dan kebebasan. Dalam perkembangan kota dan desa yang demikian, pendirian rumah sakit tentulah juga berada di tangan masyarakat seluruhnya. Dan dalam perkembangan yang terakhir, di seluruh dunia pemerintahlah yang pada umumnya bertanggungjawab akan kehidupan rumah sakit. Dan juga tidak jarang rumah sakit menjadi bagian dari bisnis masyrakat modern.

Jelaslah dapat dipahami apabila kita mengatakan bahwa gereja dan kaum biarawan atau biarawati menjadi perintis dari perawatan orang sakit secara terorganisasikan dan terinstitusikan. Sehingga dalam perkembangan pada saat ini orang sakit dan terluka dapat ditampung dan dilayani secara profesional. (*)

 

Artikel sebelumnya1 Juli 1971: Kilas Balik Batalyon Papua dan TPN-OPM  
Artikel berikutnyaSituasi Rasisme Menjadi Momentum Membangun Dialog Antar Manusia