Otsus Tidak Bermanfaat dan Gagal, Stop Bicara Jilid II

0
1867

KOTA SORONG, SUARAPAPUA.com — Sejumlah mama-mama penjual pinang di Kota Sorong menegaskan agar semua pihak berhenti bicara soal Otsus Jilid II. Karena Otsus dinilai tidak memberikan manfaat kepada orang Papua. 

Mama Yosina Suruan, salah satu mama penjual pinang di Kota Sorong kepada suarapapua.com menegaskan, Otsus tidak memberikan manfaat kepada orang asli Papua. Menurutnya, buah dari Otsus hanya dinikmati elit politik dan birokrat di Papua.

“Otsus tidak barang apa. Kami tidak tahu barang itu. Yang menikmati hasilnya hanya birokrat dan orang-orang politik. Jadi jangan bicara Otsus jilid II,” tegasnya kepada suarapapua.com pada Rabu (8/7/2020) di Kota Sorong.

Mama Suruan berpendapat, kalau masyarakat asli papua secara umum tidak menerima dan merasakan manfaat dari Otsus. Sementara yang merasakan dan menikmati adalah kalangan birokrat.

Baca Juga:  Suku Moskona akan Miliki Rumah Belajar Bersama Berbasis Budaya

Sehingga, dia menilai bahwa Otsus mau dilanjutkan atau dihentikan pada 2021, semua kembali kepada orang papua itu sendiri.

ads

“Stop sudah Otsus Jilid dua. Otusus itu orang pemerintah punya. Kami mama-mama yang jual pinang ya tetap begini. Tetap jual pinang. Orang-orang di pemerintahan harus satu suara dengan masyarakat untuk tolak Otsus,” ujarnya.

Mama Suruan menambahkan, orang papua kalangan bawah tetap tolak Otsus. Birokrat, politisi dan semua pihak haru tolak Otsus jilid II.

“Kalo kompak untuk tolak Otsus jilid dua. Pasti republik takut. Kami rakyat pasti ikut, tapi mereka ini hanya lempar batu sembunyi kuku. Tong punya anak-anak di pusat, propinsi, dan daerah yang buka dan tutup otsus. Tong rakyat mau berteriak sendiri juga tidak bisa. Jadi semua orang harus satu suara dan nyatakan Otsus dikembalikan ke Jakarta,” katanya.

Baca Juga:  Korban Penggusuran Pasar Boswesen Tuntut Pasar Khusus, Begini Respons Pemkot Sorong

Mama Suruan melanjutkan, sejak Otsus Papua diberlakukan, tidak semua rakyat Papua menikmati hasilnya. Bahkan tidak ada perubahan dalam perbaikan mutu manusia, pendidikan, kesehatan dan ekonomi orang Papua.

“Pembagian juga tidak jelas dan tidak merata. Yang menikmati kalangan menengah ke atas. Otsus belum menyentuh orang Papua,” katanya.

Sementara itu, Mama Nanda Howay, seorang penjual pinang yang telah berjualan pinang selama 23 tahun mengungkapkan bahwa dirinya sama sekali tidak merasa terbantu dan tidak pernah menerima manfaat dari Otsus.

Baca Juga:  Gloria Assem, Siswi SMP dari Papua Barat Daya Belajar Berwirausaha di Kota Malang

Mama enam anak ini mengatakan, Otsus tidak berarti bagi orang Papua. Terutama bagi masyarakat kecil di akar rumput yang tersebar di 7 wilayah adat di Tanah Papua.

Senada dengan mama Suruan, dia menilai penikmat Otsus hanya kalangan birokrat. Dan selama Otsus berjalan, Otsus dijadikan alat untuk memperkaya diri.  

“Saya 23 tahun jual di jalan begini. Tidak tahu Otsus itu. Orang atas (pemerintah) yang memperkaya diri. Kami masyarakat bawah ini. Hidup begini sudah jadi Otsus harus berakhir. Jangan lanjut sudah. Stop!”, tegas mama Howay.

Pewarta: Maria Baru

Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaTolak Otsus Jilid II, WPIA dan WPIP Surati DPR Papua
Artikel berikutnyaAkses Modal Usaha, Poin Penting dalam Revisi Perdasus Nomor 18