Seratus Hari Kepergian Pastor Frans Lieshout Dirayakan Dengan Acara Bakar Batu

0
1161
Br. Jan Sjerfs, OFM misionaris Belanda yang masih berada di Tanah Papua saat duduk di depan ratusan umat Tuhan yang menghadiri acara syukuran 100 hari meninggalnya Pastor Frans Lieshout, OFM, di halaman Kapela Pilamo, Angkasapura, Kota Jayapura, Minggu (9/8/2020). (Yanuarius Weya - SP)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Umat Katolik dari suku Hubula, Migani dan Mee di Jayapura gelar acara syukuran seratus hari wafatnya pastor Frans Lieshout dan karya pengapdian 182 misionaris yang telah berkarya di tanah Papua di Angkasapura, Kota Jayapura, Papua, Minggu (9/8/2020).

Ketua panitia syukuran, Markus Haluk dalam sambutannya mengakui bahwa seluruh umat di tanah Papua telah berduka atas kepergian pastor Frans yang telah lama melayani di tanah Papua.

“Umat Katolik di Papua, Indonesia bahkan diluar Indonesia merasakan duka batin yang sangat mendalam ketika mendengar berita pastor Frans meninggal dunia di negri Belanda. Kami umat Katolik Papua rencana berangkat ke sana, namun karena Covid-19, maka kami tunda dan bentuk panitia untuk merayakan 100 hari kepergian pastor ini,” kata Markus kepada umat Tuhan yang hadir dalam acara syukuran tersebut.

Baca Juga:  Seruan dan Himbauan ULMWP, Markus Haluk: Tidak Benar!

Ia mengatakan, sebelumnya pada 8 Mei 2020, keluarga besar di Wamena dan Yahukimo telah melakukan acara bakar batu dalam duka kepergian pastor Frans.

“Kami di Jayapura panitia telah mengumumkan bahwa kesediaan kami hanya dituliskan melalui penah, dan dari itu kami telah berhasil mencetak sebuah buku tentang pastor Lieshout. Banyak media online maupun cetak juga  telah tulis tentang beliau,” jelas Haluk.

ads

Ia juga mengatakan bahwa pastor Frans bukan saja seorang misionaris, namun lebih dikenal sebagai seorang budayawan, guru dan mantri bagi umat Katolik di Papua selama 56 tahun berkarya.

Baca Juga:  Jawaban Anggota DPRP Saat Terima Aspirasi FMRPAM di Gapura Uncen

Banyak jasa yang tak terlupakan telah dibuat olenya untuk orang Papua.

“Pastor sangat dekat dengan umat Katolik di Papua. Dia belajar bahasa orang setempat, jadi guru, mantri bagi orang sakit, dia ajar bikin rumah. Karya-karyanya sangat amat mulia dan beliau paling cinta orang Papua,” ujarnya.

Ketika perayaan 100 tahun kepergian pastor Frans kata Markus, pihaknya mewakili orang Papua telah merencanakan untuk berangkat ke negeri Belanda menyaksikan jazad almarhum, namun tertunda karena pendemi Covid-19.

Sementara, pastor Jhon Bunai dalam kesempatan itu mengajak umat agar menjaga dan meneruskan karya-karya mulia yang ia (pastor) tinggalkan.

“Mari kita menjaga dan merawat apa yang dia tanam, agar misi pewartaan itu tidak stop 100 hari ini, tetapi masih terus lahir generasi injili satu, kudus, Katolik di atas tanah ini. Dia adalah gembala bagi orang Papua, dia adalah guru bagi orang Papua selama 56 tahun dan 6 bulan dia ada di atas negeri ini.”

Baca Juga:  Asosiasi Wartawan Papua Taruh Fondasi di Pra Raker Pertama

Acara syukuran kepergian pastor Frans yang dilaksanakan di Angkasapura, kota Jayapura, Papua ini dirayakan dengan acara bakar batu yang dihadiri oleh umat Katolik dari Wamena, Yahukimo, Intan Jaya, Jayapura dan umat Tuhan dari suku Mee di Jayapura.

Sebelumnya, pihaknya telah meluncurkan buku Pastor Frans Lieshout, OFM sebagai Gembala dan Guru Bagi Orang Papua di aula gereja Katolik Terang Dunia Waena, Jumat (7/8/2020).

 

Pewarta : Yanuarius Weya

Editor : Elisa Sekenyap

Artikel sebelumnyaSeruan 57 Imam Katolik Pribumi Mengangkat Jeritan OAP
Artikel berikutnyaGenerasi Muda Solomon Islands Bersatu Bikin KTT Dukung Perjuangan Papua Barat