Seni & BudayaBudayaPesta Yuwo di Timida: Ini Nilai Budaya yang Harus Dipertahankan

Pesta Yuwo di Timida: Ini Nilai Budaya yang Harus Dipertahankan

PANIAI, SUARAPAPUA.com — Pesta adat babi atau Yuwo yang merupakan salah satu budaya bagi suku Mee digelar di kampung Timida, distrik Paniai Timur, Paniai, Jumat (4/9/2020).

Ribuan masyarakat dari dalam dan luar daerah Paniai hadir memadati tempat pesta Yuwo. Yang datang dari luar Paniai adalah Deiyai, Dogiyai, Nabire dan Timika.

Tujuannya sendiri adalah mempertahankan nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya.

“Acara Yuwo, dulu orang tua kita buat memang utamanya untuk mendatangkan uang dari babi yang dijual. Tetapi tidak hanya itu, ada banyak nilai positif lain juga di dalamnya. Misal dari sisi persiapan Yuwo diajar bagaimana harus piara babi, bikin kebun, dan bikin rumah Yuwo. Tujuannya supaya saat Yuwo berapa babi yang harus dipotong supaya untung. Nah, ini nilai ekonomi soal bisnis,” jelas Fabianus Gobai, tokoh pemuda dan masyarakat asal kampung Timida, kepada suarapapua.com, Jumat (4/9/2020).

Baca Juga:  Rapat Pemprov Bersama Tiga Pemkab Tak Singgung Akar Masalah Kapiraya

Dikatakan, nilai di aspek lain seperti kesenian, sosial, agama (kepercayaan), pendidikan serta politik.

Ia mencontohkan, aspek sosial, nilainya untuk mempererat relasi keluarga (ke saudara istri atau ipar, teman dan keluarga sendiri). Untuk agama, ada nilai rasa syukur kepada Tuhan lewat babi yang dipotong, karena tidak semua babi yang dipotong dijual, tetapi sebagian dibagi ke keluarga atau orang yang membantu menyelenggarakan Yuwo itu sendiri.

“Semua aspek nilainya ada. Nilai-nilai inilah yang hendak dipertahankan lewat Yuwo yang sedang dan selalu digelar. Maka penting sekali pesta Yuwo harus digelar terus supaya anak cucu kita juga bisa tahu akan budaya ini. Dan nilai-nilai yang ada ini, saya harap dapat kita praktekkan juga dalam kehidupan kita sehari-hari,” harapnya.

Baca Juga:  Festival Budaya 12 Suku Yahukimo Masuk Karisma Event Nusantara

Yanias Yeimo, pemilik salah satu Kewita (rumah Yuwo), menyebut keseluruhan babi yang disembelih pada Yuwo yang digelar pihaknya mencapai hampir 1.000 ekor babi.

“Kasarnya mendekati 1000 ekor. Semua habis. Lain kami jual, lain kasih ke keluarga. Dan babi yang kami bunuh ini sebagian besar babi ternak kami. Beli hanya sedikit saja, karena memang syarat buat Yuwo harus begitu,” ujar Yanias.

Baca Juga:  Karef Budaya Khas Suku Aifat yang Terancam Punah

Untuk menggelar acara Yuwo di kampungnya, kata Yanias, persiapan yang dilakukan memakan waktu cukup panjang, yang mana berkisar hampir 20 tahun lebih.

“Waktu pertama kali bangun Emawaa (tempat dansa) saja saya masih pemuda. Jadi kalau sampai sekarang sudah 20 tahun lebih. Itu persiapan kami. Saya senang Yuwo bisa buat sekarang,” ungkapnya.

Melki Anouw, salah satu pengunjung dari Nabire, mengaku sangat senang bisa ikut Yuwo meski datang dari jauh.

“Ini Yuwo pertama yang saya ikut. Saya terharu. Banyak makna saya dapat. Salah satunya itu suasana Yuwo. Saya rasa macam ada di suasana orang tua dulu,” kata Melki.

Pewarta: Stevanus Yogi

Editor: Elisa Sekenyap

Terkini

Populer Minggu Ini:

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.