BeritaRakyat Papua Kembalikan Beasiswa Veronica Koman, Otsus dan Bendera Indonesia

Rakyat Papua Kembalikan Beasiswa Veronica Koman, Otsus dan Bendera Indonesia

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Tim Solidaritas Ebamukai untuk Veronica Koman, yang di Jakarta diwakili oleh eks tapol Ambrosius Mulait dan Dano Tabuni didampingi pengacara HAM, Michael Himan, hari ini, Rabu (16/9/2020) telah mengembalikan uang beasiswa Veronica Koman kepada Kementerian Keuangan hingga lunas.

“Selain itu, kami juga mengembalikan Bendera Merah Putih, serta secara simbolis mengembalikan Status Otonomi Khusus Papua berupa salinan Undang-undang Otsus, dan secara simbolis mengembalikan Dana Otonomi Khusus Papua berupa uang receh sebesar satu juta rupiah kepada Pemerintah Indonesia,” kata Ambrosius Mulait melalui release press, Rabu (16/9/2020).

Kantor LPDP tutup total, sehingga Tim Ebamukai bergeser ke kantor Kemenkeu. Aparat yang berjaga menolak memfasilitasi kami dengan beralasan bahwa semua staf Kemenkeu telah pulang.

“Kami akhirnya menyerahkan pengembalian beasiswa beserta beberapa dokumen kepada petugas Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan untuk dititipkan kepada pak Mahfud MD, karena beliau sudah menanyakan perihal beasiswa Veronica Koman sejak tahun lalu.”

Baca Juga:  Hari Konsumen Nasional 2024, Pertamina PNR Papua Maluku Tebar Promo Istimewa di Sejumlah Kota

Dana yang diserahkan dengan cara transfer ke rekening LPDP sebesar RP 773.876.918.

Sebelumnya, rakyat Papua ketika mendengar Negara meminta kembali dana beasiswa yang membiayai Veronica kuliah di Australia, secara spontan melakukan Ebamukai atau sumbangan sukarela di semua tempat di Papua. Ada yang mendirikan posko, mengumpulkan uang di pasar dan perempatan jalan, maupun secara online. Upaya penggalangan dana ini pernah dibubarkan paksa sebanyak dua kali oleh kepolisian, yakni di Nabire dan Jayapura.

Mama Yosepha Alomang, tokoh Amungme, pemilik hak ulayat atas wilayah tambang PT Freeport Indonesia, pemenang Yap Thiam Hien Award 1999 mengakui, selama 57 tahun Indonesia telah menghabisi tubuhnya, dengan mengeruk SDA Papua.

“Indonesia ambil isi dari tanah Papua. Engkau pakai kekayaan emas saya untuk sekolahkan ribuan anak-anakmu, tapi saya tidak pernah minta engkau kembalikan. Kini saya memegang kepala dan mengucapkan terima kasih kepada semua orang Papua, anak-anak saya di mana-mana yang sudah buka hati, mata, dompet untuk bantu anak Vero. Vero jangan mundur tetapi maju terus untuk membela harga diri saya, kami orang Papua. Vero, kamu saya sudah isi di noken aiye,” ucap mama Alomang.

Baca Juga:  Lima Bank Besar di Indonesia Turut Mendanai Kerusakan Hutan Hingga Pelanggaran HAM

Markus Haluk, Direktur Eksekutif United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) mengatakan, Bangsa Papua memiliki harga diri dan Veronica Koman telah mempertaruhkan harga dirinya untuk membela harga diri dan martabat bangsa Papua.

“Di tengah situasi sulit, kita telah membuktikan selama satu bulan ini bahwa kita bisa berdiri bersama membela harga diri dan martabat Veronica Koman. Persatuan dan solidaritas yang kita tunjukkan hari ini terus kita akan lakukan merebut kembali harga diri, martabat dan hak politik Bangsa Papua. Kami memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada semua yang telah turut bersolidaritas,” ucap Markus.

Baca Juga:  Kemenparekraf Ajak Seluruh Pelaku Usaha Kreatif di Indonesia Ikut AKI 2024

Pastor John Bunai, Koordinator 57 Imam Pribumi Papua, Koordinator Jaringan Damai Papua (JDP) mengakui, pihaknya melihat dan merasakan betapa besar perhatian dan kasih Vero kepada orang Papua yang sedang menderita. Dalam situasi itu, Vero hadir, meringankan salib dan air mata orang Papua dengan cara yang sangat mulia.

Victor Mambor, jurnalis senior, Perkumpulan Jubi, penampung dana solidaritas dalam Papua mengatakan, “sumbangan yang diterima di rekening pengumpulan dana bervariasi, mulai dari sepuluh ribu hingga puluhan juta rupiah.”

Sementara, solidaritas internasional digalang oleh Ronny Kareni, aktivis Papua di Australia mengatakan, “Veronica Koman adalah kami. Karakternya yang tangguh dalam mengekspos pelanggaran HAM yang brutal oleh negara Indonesia sangat dikagumi oleh banyak orang Papua. Ia adalah contoh bagi rakyat Indonesia yang lain dan pemerintahan Jokowi untuk belajar bagaimana caranya bersuara bagi yang tertindas.”

 

Pewarta: Elisa Sekenyap

Terkini

Populer Minggu Ini:

TPNPB Mengaku Membakar Gedung Sekolah di Pogapa Karena Dijadikan Markas TNI-Polri

0
“Oh…  itu tidak benar. Hanya masyarakat sipil yang kena tembak [maksudnya peristiwa 30 April 2024]. Saya sudah publikasi itu,” katanya membalas pertanyaan jurnalis jubi.id, Kamis (2/5/2024).

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.