Hengky Heselo Tuding RSUD Wamena Manipulasi Data Covid-19

0
1168

WAMENA, SUARAPAPUA.com — Hengky Heselo, kepala kampung Lanytipo, distrik Wamena Kota, kabupaten Jayawijaya, mempertanyakan meningkatnya angka Covid-19 di kabupaten Jayawijaya selama beberapa bulan terakhir.

Hengky ragukan kian bertambahnya jumlah pasien tanpa bukti medis meski dilakukan pemeriksaan oleh petugas. Ia bahkan menuding hal tersebut hanya bermotif untuk mendatangkan uang.

Tudingan ini dikemukakan saat ditemui suarapapua.com di kantor kampung Lanytipo, Selasa (29/12/2020), setelah membawa pulang istrinya yang hamil dari rumah sakit umum daerah (RSUD) Wamena.

Ia menceritakan, istrinya diantar ke ruang persalinan RSUD Wamena atas rekomendasi dari Puskesmas Wamena Kota. Tetapi oleh dokter dinyatakan positif Covid-19.

“Istri saya (Ina Hesegem) mau melahirkan, jadi saya bawa ke Puskesmas Wamena Kota. Petugas medis bilang alat kurang lengkap, jadi kami diberikan surat rujukan untuk selanjutnya bisa ke RSUD Wamena. Setelah tiba di rumah sakit, saya disuruh urus surat-surat dan selesainya saya ambil obat-obat, terus saya pergi ke ruang persalinan. Begitu sampai di ruang persalinan, dokter bilang kepada saya bahwa ibu ini positif Covid-19. Jadi dia akan masuk di salah satu ruang dan selama berapa hari di ruangan itu dan menurut dokter, pihak keluarga maupun saya tidak boleh masuk (ke ruang karantina). Ibu harus tinggal sendiri,” tuturnya.

ads
Baca Juga:  Peringatan IWD Menjadi Alarm Pergerakan Perempuan Kawal Segala Bentuk Diskriminasi Gender

Hengky mengaku sangat tidak percaya dengan penjelasan dari dokter. Ia bahkan lempar dan buang obat-obat yang baru diambil.

“Saya cabut infus yang dipasang dan tinggalkan rumah sakit. Saya bawa istri saya (pulang ke rumah). Saya menganggap bahwa berhasil atau tidak istri saya untuk melahirkan anak saya dan untung dan ruginya bukan dokter. Makanya saya langsung bawa ke rumah. Sampai di rumah, tidak lama kemudian istri saya melahirkan dengan aman tanpa ada bantuan dari siapapun.”

Dengan kejadian tersebut, Hengky mempertanyakan, apa maksudnya seorang ibu yang hendak melahirkan anak divonis telah terpapar Covid-19?

Baca Juga:  Penolakan Memori Banding, Gobay: Majelis Hakim PTTUN Manado Tidak Mengerti Konteks Papua

“Saya bertanya-tanya, kenapa ibu ini langsung divonis begitu? Jangan sampai ada niat tertentu? Apakah niatnya mau bunuh saya punya istri ini? Atau mau bunuh saya punya anak yang baru saja lahir itu?.”

Heselo beralasan, “Istri saya ini tidak pernah keluar daerah sejak Corona menyebar ke kabupaten Jayawijaya. Tetapi, dokter cap istri saya ini positif Covid-19. Saya mau bilang, hati-hati dengan dokter yang cap orang secara sembarang tanpa ada bukti yang jelas.”

Ia bahkan dengan nada yang keras menuding, hendak mengkarantinakan istrinya, bertujuan memanipulasi data agar jumlah data Covid-19 di kabupaten Jayawijaya meningkat.

“Tujuannya menarik perhatian dari pemerintah pusat untuk datangkan uang. Saya curiga begitu. Tetapi hal seperti itu sangat tidak baik.”

Untuk itu, pemerintah daerah diminta perlu perhatian lebih serius agar hal serupa tidak terulang lagi.

“Pemerintah daerah harus perhatikan hal macam ini. Jangan karena ada kepentingan tertentu. Tidak boleh mengada-ada dan Covid-19 jangan dijadikan lahan bisnis. Kita punya anak-anak mau masuk sekolah juga sudah dihambat karena alasan ada Corona,” ujarnya dengan nada keras.

Baca Juga:  ULMWP Kutuk Penembakan Dua Anak di Intan Jaya

Ia juga menyarankan kepada seluruh masyarakat di kabupaten Jayawijaya agar lebih berhati-hati ketika melakukan pemeriksaan dan sejenisnya di rumah sakit.

“Apa yang saya alami, dicap positif Covid-19 oleh dokter persalinan anak, ini harus dijadikan pelajaran. Jangan sampai orang lain juga merasakan hal seperti itu. Saya bersyukur, walaupun dokter nyatakan positif Covid-19 terhadap ibu Ina Hesegem, sampai hari ini (29/12/2020), anak saya dan istri saya sehat saja,” tutur Heselo.

Sebelum dinyatakan positif Covid-19, apakah telah menjalani serangkaian pemeriksaan termasuk pemeriksaan darah? Ina Hesegem mengaku tidak dilakukan pengambilan darah maupun sejenisnya.

“Saya hanya diinfus saja,” kata mama Ina.

Pewarta: Onoy Lokobal

Editor: Markus You

 

Artikel sebelumnyaKeluarga Pepuho Ancam Palang Jalan Buper-Telaga Ria
Artikel berikutnyaMasuknya Kolonialisme dan Kapitalisme di West Papua