JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Markus Haluk, Direktur Eksekutif United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) menyarankan agar mahasiswa Papua untuk mengangkat senjata penah [Bolpoin], dan buku untuk menyuarakan, tetapi juga untuk membela tanah air Papua.
Hal itu disampaikan Markus Haluk dalam seminar kegiatan penerimaan mahasiswa baru dan musyawara besar mahasiswa dan pelajar distrik Kurima, Kabupaten Yahukimo, kota studi Jayapura di asrama pdt. S Liborang, Padangbulan, Jayapura, Papua, Kamis (7/10/2021).
“Berdasarkan dari ulasan singkat ini dan bertolak dari fakta selama ini, saya sebagai senior mempunyai harapan dan berpesan saudara/i supaya Anda sebagai mahasiswa mengasah otak, angkat senjata penah [bolpoin], buku untuk menyuarakan dan membelah tanah air Papua. Gunakan waktu yang [ada] dengan hal-hal yang positif,” ujar Markus.
Ia juga mengingatkan kepada peserta kegiatan bahwa Papua membutuhkan generasi cerdas yang berintegrasi, bermoral dan memiliki komitmen.
“Ingat dan sadarlah bahwa bangsa Papua ini membutuhkan Anda, generasi cerdas yang berintegritas, bermoral yang memiliki komitmen,” tukasnya.
Selain itu, Markus berbicara tentang sejarah bangsa Papua dari Belanda hingga Indonesia, Hindia Belanda hingga Netherlands Niuw Guinea. Terutama tentang perbedaan pendapat mengenai bangsa Papua untuk diikutkasertakan ke dalam Indonesia yang dibahas dalam sidang BPUPKI.
Tetapi juga perkembangan Papua dari masa ke masa. Dari kota ke akar rumput, dari Papua ke Melanesia hingga ke Pasifik, dari Pasifik hingga ke Afrika dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Tidak hanya itu, Markus juga berbicara mengenai seni musik Papua, yang dimulai dari Black Brothers dan Mambesak. Tetapi juga seni ukir yang kala itu di kenal orang Papua hingga hari ini.
Sementara, Nikson Hesegem, salah satu senior mahasiswa Kurima di Jayapura mengaku senang atas kehadiran Markus Haluk yang memenuhi undangan panitia untuk menyampaikan materi tentang sejarah Papua dalam acara pengenalan itu.
“Kehadiran beliau [Markus] menjadi semangat tersendiri bagi mahasiswa Kurima, lebih khusus dalam membawakan materi. Dan saat itu mengingatkan kami untuk terus memperjuangkan hak orang Papua melalui bolpoin dan buku,” tukasnya.
Katanya, kehadiran Haluk penting karena selain berbicara untuk terus membaca, menulis menggunakan bolpoin dan buku, tetpai juga menjelaskan sejarah bangsa Papua.
“Perjuangan yang baik adalah perjuangan dengan buku dan bolpoin dengan tetap menjaga nilai-nilai etika dan moral,” pungkas Nikson.
Pewarta: Elisa Sekenyap