Komitmen Calon Panglima TNI tentang Konflik Papua

0
800

Oleh: Paskalis Kossay)*
)* Penulis adalah politisi senior dan tokoh intelektual Papua

Jika disimak baik pernyataan Jenderal Andika Perkasa Calon tunggal Panglima TNI cukup mengagetkan. Pasalnya , Jenderal Andika Perkasa akan menangani Papua dengan memenangkan pertempuran tanpa peperangan, artinya dilakukan dengan pendekatan lunak lebih pada pendekatan sosial kemanusiaan, sebagaimana diungkapkan oleh Lodewijk F Paulus setelah dilakukan fit and proper test ( 6/11/2021 ) Komisi III DPR RI (TRIBUNNEWS.COM).

Lodewijk F Paulus lebih lanjut menjelaskan, Jenderal Andika Perkasa , menerapkan pendekatan lunak dengan memanfaatkan operasi teritorial ujung-ujungnya masalah bisa diselesaikan juga. Dia tidak menggunakan sistem senjata utama tetapi lebih kepada sistem senjata sosial dengan mengedepankan komunikasi, kata Lodewijk F Paulus Wakil Ketua DPR RI itu.

Dari pernyataan Jenderal Andika Perkasa sebagaimana disampaikan Lodewijk F Paulus tersebut diatas, maka bisa dipastikan , Palinglima baru Jenderal Andika Perkasa akan melakukan gencatan senjata dengan menarik seluruh pasukan non organik yang sedang beroperasi di Papua dan memfungsikan pasukan organik di Papua dengan tugas lebih pada pembinaan teritorial , pendekatan sosial kemanusiaan.

Baca Juga:  Vox Populi Vox Dei

Jika komitmen ini sungguh-sungguh dilaksanakan , maka saya percaya bahwa intensitas konflik Papua akan turun drastis. Sebab menurut pengamatan saya, intensitas konflik dan kekerasan semakin meningkat akibat dari banyaknya kehadiran pasukan non organik yang minim pengetahuan tentang karakteristik sosial budaya maupun alam papua. Disisi lain akibat kejenuhan psikologi pasukan yang datang dengan siap tempur ternyata nihil lantas warga sipil yang menjadi sasaran ( dikorbankan ).

ads

Katena itu komitmen Jenderal Andika sangat tepat, bahwa memenangkan pertempuran tanpa peperangan. Tidak selamanya pertempuran dengan senjata tidak menyelesaikan masalah. Malah sebaliknya justru menambah beban masalah. Dunia moderen saat sudah menyadari akan hal ini, lalu kemudian memilih model penyelesaian konflik dengan pendekatan dialogis dan sosial kemanusiaan.

Baca Juga:  Musnahnya Pemilik Negeri Dari Kedatangan Bangsa Asing

Coba lihat bentuk penyelesaian konflik Palestina VS Israel, konflik Moro, konflik Bogenville, konflik Myanmar dan lain-lain dibelahan dunia lainnya, pada umumnya ditempuh dengan pendekatan lunak, dialogis, kompromis, dan persuasif. Saya kira Jenderal Andika telah belajar banyak dari penyelesaian konflik dinegara-negara lain, mungkin model itu coba ingin diterapkan dalam penanganan konflik Papua . Semoga bisa berhasil meruduksi konflik berkepanjangan sampai saat ini bisa berhasil diselesaikan.

Ketika penyelesaian konflik benar-benar ditangani dengan pendekatan sosial kemanusiaan, maka dengan sendirinya aktor-aktor yang selalu memicuh konflik itu akan sadar lantas malu dan berhenti, syukur-syukur bisa bertobat. Dukungan logistik dari luar maupun dari dalam pun akan terputus dengan sendirinya karena sudah tidak ada ruang dan obyek yang bisa dispekulasikan.

Kalau dikatakkan memenangkan pertempuran tanpa peperangan maka selain menggunakan pendekatan sosial kemanusiaan, operasi inteljen akan lebih ditingkatkan. Keberadaan aktor-aktor konflik akan mudah diketahui dan dengan mudah pula dipetakan. Jaringan suporting pun cepat diketahui dan cepat diputuskan. Sehingga keberadaan para aktor akan segera terisolasi, lantas dengan saban hari eksistensi mereka mulai meredup.

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

Saya pikir Jenderal Andika Perkasa sudah mempelajari dengan tepat bagaimana strategi penyelesaian konflik papua , maka berani secara perkasa sesuai namanya , mengatakan demikian pernyataan sebagaimana disampaikan Wakil Ketua DPR RI Lodewijk F Paulus diatas. Sekarang giliran DPR RI , harus mendukung komitmen Jenderal Andika Perkasa tersebut. DPR RI desak Presiden supaya mendukung komitmen Jenderal Andika terlebih supaya sesegera mungkin ditarik seluruh pasukan non organik dari tanah papua kecuali pasukan pengawal garis perbatasan wilayah RI – PNG. Semoga! (*)

 

Artikel sebelumnyaPerbudakan, Kapitalisme dan Perang Saudara di AS (Bagian III)
Artikel berikutnyaMantan Kapolda Papua Diangkat Jadi Komisaris Independen MIND ID