BeritaHingga 2022, Unaim Yapis Wamena Cetak 1964 Lulusan

Hingga 2022, Unaim Yapis Wamena Cetak 1964 Lulusan

WAMENA, SUARAPAPUA.com — Sejak awal didirikan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Amal Ilmiah (STIA AI) Yapis Wamena pada tahun 2003/2004 hingga kini setelah ditingkatkan status kelembagaannya menjadi Universitas Amal Ilmiah (Unaim) Yapis Wamena sudah 14 angkatan dengan jumlah lulusan 1964 orang.

Hal itu dikemukakan Dr. H. Rudihartono Ismail, rektor Unaim Yapis Wamena, dalam sambutannya pada acara wisuda angkatan ke-14 tahun akademik 2022/2023, Senin (3/10/2022).

“Lulusan dari kampus ini sudah berjumlah 1964 sejak berjalannya perguruan tinggi Yapis di kabupaten Jayawijaya mulai tahun 2003 hingga tahun 2022 ini,” kata Ismail.

Dijelaskan, perguruan tinggi swasta ini awalnya bernama STIA AI Yapis Wamena. Kemudian berganti nama menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Amal Ilmiah (STISIP AI) Yapis Wamena, hingga terakhir disahkan sebagai satu universitas dengan nama Universitas Amal Ilmiah atau Unaim Yapis Wamena.

Pada wisuda ini juga dirangkai dengan milad Unaim Yapis Wamena yang ke-24. Acara diselenggarakan dengan tema “Kearifan lokal, kita mengangkat budaya-budaya lokal di kabupaten Jayawijaya”.

Para wisudawan-wisudawati berasal dari tiga program studi. Yakni program studi Ilmu Pemerintahan, Administrasi Publik, dan Administrasi Bisnis.

Dari lulusan Unaim Yapis Wamena berjumlah 1964 itu, kata Ismail, kebanyakan tersebar ke seluruh Indonesia. Beberapa diantaranya bahkan sudah bekerja di Jakarta. Baik di birokrasi maupun sebagai politikus.

Baca Juga:  57 Tahun Freeport Indonesia Berkarya

“Ada juga di pemerintahan daerah. Beberapa sudah jadi bupati dan lain sebagainya. Alumni universitas kita yang berjumlah 1964 orang itu sudah tersebar di seluruh pegunungan Papua. Dan hampir seluruh Papua umumnya ada lulusan dari kampus kami,” jelasnya.

Ismail merasa sangat bangga dengan pencapaian itu. Tetapi juga komitmennya terus akan dilanjutkan.

“Harapan kita dengan wisuda angkatan ini tentu ada bekal sebagai kesiapan masuk ke dunia kerja, sehingga seperti disampaikan terkait daerah otonom baru, bahwa kita bisa berkompetisi di dalam menduduki tempat-tempat yang memang menjadi porsi bagi adik-aik kita yang ada di Papua Pegunungan ini,” kata Ismail.

Sementara itu, bupati Jayawijaya dalam sambutan yang dibacakan Tinggal Wusono, Asisten I Setda Jayawijaya, menyampaikan terima kasih sekaligus apresiasi kepada segenap civitas akademika atas wisuda yang diadakan setiap tahun.

“Terima kasih atas kerja keras semua pihak, sehingga hari ini kita kembali menyaksikan anak-anak kita yang telah menyelesaikan studi dan dinyatakan lulus. Terima kasih dan apresiasi juga saya sampaikan kepada para orang tua yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada anak-anak untuk dapat melanjutkan studi di kampus ini hingga selesai dengan baik,” tuturnya.

Baca Juga:  Kepala Suku Abun Menyampaikan Maaf Atas Pernyataannya yang Menyinggung Intelektual Abun

Upacara wisuda merupakan momentum yang ditunggu-tunggu oleh para mahasiswa-mahasiswi sebagai puncak dari proses pendidikan.

“Ijazah dan gelar yang didapat inilah buktinya kalian selesaikan perkuliahan di kampus ini. Pemerintah daerah berharap agar ijazah dan pengetahuan yang saudara peroleh selama studi tentu bukan jaminan penuh untuk mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Artinya bahwa saudara sekalian harus mampu melihat dan memanfaatkan peluang yang ada untuk segera terjun ke dunia kerja, menciptakan lapangan kerja maupun berwirausaha,” kata Wusono.

Perubahan dahsyat di era globalisasi saat ini dalam semua aspek menuntut setiap orang harus bekali diri dengan kemampuan yang mumpuni. Di sini dibutuhkan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

“Saya ingin mengingatkan kepada para wisudawan dan wisudawati Unaim Yapis Wamena , bahwa Walaupun tugas kalian berakhir untuk belajar di Unaim Yapis Wamena, bukan berarti kewajiban saudara sekalian untuk belajar dihentikan. Ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama studi harus dikembangkan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Itulah proses belajar yang sebenarnya.”

Lanjut Wusono, proses proses harus diteruskan agar semakin handal, berkualitas, kreatif dan inovatif di bidang apapun agar bersaing dalam merebut pekerjaan layak demi menghidupi diri, keluarga dan masyarakat lainnya.

Baca Juga:  Penolakan Memori Banding, Gobay: Majelis Hakim PTTUN Manado Tidak Mengerti Konteks Papua

Harapan Pemkab Jayawijaya, kata Wusono, 145 wisudawan dan wisudawati tampil sebagai penggerak dan pelopor di di tengah masyarakat sekaligus dalam pembangunan daerah dengan menunjukan kemampuan, mampu mengembangkan kemandirian, bekerja dan berkarya secara professional.

“Saudara hari ini berdiri di tempat ini merupakan hasil dari kerja keras dan pengorbanan dari orang tua terkasih yang tentunya hanya bisa dibalas melalui usaha kita di dunia nyata setelah seluruh ilmu pengetahuan diperoleh selama di bangku perkuliahan,” ujarnya.

Kepada seluruh jajaran dunia pendidikan yang ada di kabupaten Jayawijaya dan khususnya Unaim Yapis Wamena juga diajak untuk terus meningkatkan mutu pendidikan termasuk kualitas tenaga pendidik. Hal berikut, konsisten dalam menjalankan Tridarma Perguruan Tinggi.

“Harus mampu mengembangkan pendidikan yang berorientasi pada standar kompetensi nasional dan internasional. Akhirnya, selamat dan sukses kepada para wisudawan dan wisudawati Unaim Yapis Wamena beserta para orang yang berbahagia. Selamat dan sukses juga kepada keluarga besar civitas akademika Unaim Yapis Wamena,” ucapnya mengakhiri sambutan.

Acara wisuda dihadiri berbagai pihak, termasuk para petinggi perguruan tinggi Yapis di Tanah Papua.

Pewarta: Onoy Lokobal
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

Partai-Partai Oposisi Kepulauan Solomon Berlomba Bergabung Membentuk Pemerintahan

0
"Kelompok kami menanggapi tangisan dan keinginan rakyat kami untuk merebut kembali Kepulauan Solomon dan mengembalikan kepercayaan pada kepemimpinan dan pemerintahan negara kami," kata koalisi tersebut dalam sebuah pernyataan.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.