BeritaSolidaritas Pedagang Pasar Tradisional Boswesen Sampaikan Tujuh Tuntutan

Solidaritas Pedagang Pasar Tradisional Boswesen Sampaikan Tujuh Tuntutan

SORONG, SUARAPAPUA.com — Sedikitnya tujuh tuntutan disampaikan mama-mama pedagang pasar Boswesen kepada pemerintah kota (Pemkot) Sorong saat aksi damai di depan gedung DPRD kota Sorong, Kamis (24/11/2022) siang.

Aksi digelar Solidaritas Pedagang Pasar Tradisional Boswesen.

Solidaritas Pedagang Pasar Tradisional Boswesen menganggap kebijakan pembangunan Ruang Tata Hijau (RTH) di lokasi bekas pasar Boswesen yang diwacanakan Pemkot Sorong tidak objektif dan sangat tidak jelas, juga tidak bermanfaat bagi kepentingan pedagang maupun masyarakat sekitarnya.

Salah satu spanduk bertuliskan “Kitong akan tetap bertahan di sini!!” oleh pedagang pasar Boswesen saat aksi di depan kantor DPRD kota Sorong, Kamis (24/11/2022) siang. (Maria Baru – SP)

Karena itu, terdapat tujuh tuntutan disampaikan ke pemerintah daerah.

Berikut tujuh tuntutan yang menjadi aspirasi Solidaritas Pedagang Pasar Tradisional Boswesen:

  1. Pemerintah Kota Sorong stop penggusuran paksa pedagang pasar Boswesen atas nama pembangunan.
  2. Pemerintah Kota Sorong segera hentikan wacana pembangunan RTH yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan segera bangun pasar tradisional Boswesen .
  3. Pemerintah Kota Sorong melalui aparat gabungan TNI/Polri dan SatPol PP segera hentikan tindakan brutal merusak pondok-pondok para pedagang di pasar Boswesen.
  4. Kami menolak pembangunan pemerintah yang menghancurkan ruang hidup para pedagang dan pembeli.
  5. Pasar Bosewen adalah pasar sejarah dan harus dipertahankan, bukan dibongkar atau dimusnahkan sejarahnya.
  6. Jika tanah di pasar Boswesen milik pemerintah, maka wajib membangun kembali pasar Boswesen.
  7. Kami seluruh pedagang pasar Boswesen tetap bertahan sampai kapan pun.
Baca Juga:  Benda Arkeologi Papua Tidak Dipindahkan

Penyampaian aspirasi didampingi Aliansi PBH Pedagang Pasar Boswesen yaitu LBH Papua Pos Sorong dan PAHAM Papua.

Aksi para pedagang pasar Boswesen menuju kantor DPRD kota Sorong, Kamis (24/11/2022) siang. (Maria Baru – SP)

Sekadar diketahui, Pasar Boswesen adalah salah satu pasar tradisional yang terletak di jalan Yos Sudarso, kelurahan Rufei, distrik Sorong Barat, kota Sorong, Papua Barat. Aktivitas berjualan di pasar Boswesen sudah dimulai sejak 1975 hinga sekarang.

Baca Juga:  Mahasiswa Moni Tolak Pemekaran dan Mendesak Aparat Adili Pelaku Penembakan Goliat Sani

Pasar Boswesen merupakan pasar tradisional yang menyediakan berbagai bahan pokok: keladi, kasbi, petatas, pisang, sayur-sayuran, ikan, pinang, sirih, dan lain-lain.

Mayoritas pedagang di pasar Boswesen berasal dari beberapa kabupaten yang ada di provinsi Papua Barat.

Posisi pasar Boswesen yang strategis berada di pinggir jalan utama dan dekat pesisir pantai utara  memudahkan pedagang dari kepulauan yang menggunakan transportasi laut (perahu johnson) sangat mudah mengakses pasar ini untuk membawa barang dagangan.

Baca Juga:  Masyarakat Terdampak PSN Deklarasikan Solidaritas Merauke Tolak Perampasan Tanah dan Ruang Hidup

Posisi strategis pasar Boswesen bukan hanya memudahkan pedagang, tetapi juga memudahkan para pembeli yang datang berbelanja menggunakan transportasi umum (angkot) dan kendaraan pribadi.

Pewarta: Maria Baru
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

Ketika Lumbung Kebudayaan dan Hutan Hujan Tropis Dunia Terancam Serius di...

0
Papua memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang luar biasa kini berada di bawah ancaman serius akibat deforestasi, perubahan iklim, serta eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali. Masyarakat Papua yang sangat bergantung pada alam dan hutan untuk kelangsungan hidup mereka kini menghadapi ancaman langsung terhadap ekosistem yang menopang kehidupan mereka. Keberlangsungan budaya masyarakat Papua sangat terkait dengan kelestarian alam sekitar mereka. Tanpa adanya ekosistem yang mendukung, warisan budaya mereka pun akan terancam hilang.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.