BeritaYPPK KMS Memberikan Bantuan Sembako Kepada Pengungsi Kasus Kisor di Sorong

YPPK KMS Memberikan Bantuan Sembako Kepada Pengungsi Kasus Kisor di Sorong

SORONG, SUARAPAPUA.com— Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Keuskupan Manokwar Sorong (YPPK-KMS) memberikan bantuan berupa barang dan uang kepada masyarakat sipil korban peristiwa Kisor Maybrat, 2 September 2021 yang telah mengungsi di Kota Sorong dan Kabupaten Sorong, Papua Barat.

Drs. Simon Isak Mendopma, Ketua YPPK-KMS mengatakan, bantuan yang telah diberikan pihaknya merupakan bentuk kepedulian mereka kepada masyarakat korban peristiwa Kisor, Maybrat 2021.

Bantuan tersebut telah digalang dari para guru, orang tua wali dan anak-anak sekolah YPPK-KMS di Kota Sorong dan Kabupaten Sorong. Serta TK. Gabriel Susapor dan donator dari Teluk Bintuni.

Ia berharap, para korban tidak menilai dari besar kecil bantuan yang diberikan yang bermaksud masyarakat adalah budak atau orang rendah. Tapi masyarakat korban pengungsi adalah manusia sejati yang punya hak yang sama dengan orang lainnya yang membutuhkan bantuan.

“Kepedulian kami tidak hanya terbatas di pendidikan saja, tapi yang lain juga. Kami bersyukur dan bangga banyak orang yang ikut bersolidaritas bersama dengan memberikan apa yang mereka punya untuk masyarakat korban peristiwa Kisor.”

Baca Juga:  ULMWP Kutuk Penembakan Dua Anak di Intan Jaya

“Saya mengeluarkan surat instruksi ke sekolah-sekolah TK, SD, SMP, SMA. Mereka mengumpulkan barang-barang, Sembako, pakaian layak pakai hingga uang. Sehingga hari ini kita bagi kepada bapak – ibu sekalian. Bapak ibu jangan melihat bantuan ini diberikan karena bapak dan ibu adalah orang rendah, tapi bapak ibu kalian semua manusia sejati, arti bukan. Ini bantuan untuk perayaan natal,” ujar Simon di hadapan para pengungsi di ruang kelas SD YPPK KMS Santo Paulus Klamalu, Kabupaten Sorong.

Selain itu, ia mengaku kurang sepakat dengan penggunaan kata pengungsi kepada warga masyarakat dari Aifat Timur Raya.

Ia menilai masyarakat tidak mengungsi, tetapi hanya berpindah dari Aifat Timur ke Sorong dan masih hidup di atas tanah sendiri, yaitu tanah Papua.

“Saya tidak setuju dibilang pengungsi. Bapak ibu di tanah Papua. Tanah kita sendiri. Kita hanya pindah bukan mengungsi. Kamu tidak pergi untuk selamanya, tapi akan kembali ke tanah besar Aifat Timur suatu saat nanti,” tambahnya.

Baca Juga:  Pembagian Selebaran Aksi di Sentani Dibubarkan

Sementara, Thobias Same, salah satu pengungsi di Sorong sejak peristiwa Kisor terjadi, menyampaikan mengucapkan terima kasih kepada YPPK-KMS atas bantuannya.

Ia lalu berharap kepada masyarakat pengungsi Kisor di Sorong dan sekitar Maybrat untuk berkebun dan membuat rumah. Sehingga tidak menggantungkan hidupnya kepada orang lain, karena peristiwa Kisor dan lainnya belum bisa dipastikan kapan berakhir.

“Terima kasih atas bantuan dari YPPK-KMS. Masyarakat yang di kota atau Kabupaten Sorong, Kumurkek, Ayawasi, dan lainnya. Kita belum aman jadi cari lahan bikin kebun. Bikin rumah papan.”

“Jangan kita hanya harapkan bantuan orang lain. Masalah di Kisor dan lainnya, kita belum tahu kapan berakhir. Sorong ini merupakan tempat yang biasa kita pulang pergi juga, jadi demi istri dan anak sekolah tetap di sini, karena kampung halaman kita belum aman,” pungkasnya.

Pastor Isak Bame, pr, dari koalisi peduli Maybrat menjelaskan kasus Kisor adalah kasus Papua, bukan hanya peristiwa milik orang Aifat Timur, sehingga masyarakat sipil jangan saling menyalahkan, tetapi saling menolong dan menjaga satu dengan yang lainnya.

Baca Juga:  Beredar Seruan dan Himbauan Lagi, ULMWP: Itu Hoax!

Pastor pun menegaskan bahwa para korban pengungsian belum bisa kembali ke kampung halaman masing-masing, sebelum ada jaminan keamanan yang ditanda tangani di atas meterai oleh TNI, PORLI, TPNPB, gereja, dan Pemerintah Kabupaten Maybrat. Jika belum maka sampai kapan pun masyarakat belum bisa dipulangkan.

“Soal hidup pindah-pindah bukan hal yang baru kita hadapi. Dahulu, orang tua perang Hongi. Kita harus pindah di tempat lain dan melanjutkan kehidupan. Sekarang kita hadapi hal yang sama, tapi beda masalah. Sekarang peristiwa Kisor itu adalah masalah Papua, bukan masalah orang Aifat Timur.”

“Jangan baku marah antar kalian. Umat sekalian juga belum bisa dipulangkan karena tidak ada jaminan keamanan yang jelas dari pihak keamanan, TPNPB, gereja, pemerintah dan lainnya,” kata pastor Bame.

 

Pewarta: Maria Baru
Editor: Elisa Sekenyap

Terkini

Populer Minggu Ini:

61 Tahun Aneksasi Bangsa Papua Telah Melahirkan Penindasan Secara Sistematis

0
“Kami mendesak tarik militer organik dan non organik dari tanah Papua dan hentikan operasi militer di atas tanah Papua. Cabut undang-undang Omnibus law, buka akses jurnalis asing dan nasional seluas-luasnya ke tanah Papua,” pungkasnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.