ArtikelRevolusi Papua adalah Revolusi Iman

Revolusi Papua adalah Revolusi Iman

Oleh: Selpius Bobii)*
)* Koordinator Jaringan Doa Rekonsiliasi untuk Pemulihan Papua (JDRP2)

Papua selama ini kita berjalan melingkar (berputar pada porosnya) karena kita tidak memahami kehendak Tuhan untuk masa depan bangsa Papua. Saatnya, mari kita menggunakan kaca mata Iman untuk meneropong rencana, ketetapan dan kehendak Tuhan tentang masa depan bangsa Papua.

Papua camkanlah bahwa hanya dengan kita memahami kehendak Tuhan dan melaksanakan apa yang Tuhan kehendaki, maka kita akan mendapatkan hak-hak dasar kita selagi hidup di dunia ini, dan nanti di akhirat yang Tuhan sudah siapkan dari semula bagi yang percaya, dan bertobat, serta melaksanakan kehendak-Nya (lahir baru di dalam Tuhan dan menjaga kekudusan dalam kebenaran Firman Tuhan).

Papua harus memahami pengertian apa itu ‘Iman’. Dalam Kitab Ibrani pasal 11 ayat 1 tertulis bahwa “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”.

Papua dianeksasi ke dalam Negara Indonesia bukan karena kemauan orang asli Papua, bukan juga karena kemauan semata para kolonial. Tetapi bangsa Papua dipaksa masuk ke dalam pangkuan negara Indonesia atas izin Tuhan.

Papua waktu itu dipaksa masuk ke dalam negara Indonesia, karena waktu Tuhan bagi bangsa Papua untuk bebas berdaulat belum tiba.

Papua sudah merdeka jasmani (politik) secara de facto pada 1 Desember 1961, tetapi kemerdekaan penuh bagi bangsa Papua ditunda oleh Tuhan pada waktu menjelang akhir zaman.

Papua diserahkan ke dalam pangkuan Negara Indonesia atas izin Tuhan agar supaya orang asli Papua disiapkan secara baik, tetapi Negara Indonesia sudah salah gunakan kesempatan yang Tuhan berikan itu untuk menguasai tanah air, merampok sumber daya alam dan membantai etnis Papua.

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

Papua diserahkan ke dalam pangkuan negara Indonesia atas izin Tuhan bukan untuk selamanya, tetapi untuk sementara waktu, sambil mempersiapkan diri secara holistik menanti waktu Tuhan bagi pemulihan tanah air dan bangsa Papua pada menjelang akhir zaman.

Papua sudah mengembara kurang lebih 60 tahun di dalam cengkeraman Negara Kesatuan Republik Indonesia dan para sekutunya; dan selama itu Papua mengalami ketidakadilan di segala bidang kehidupan, bahkan etnis Papua dibantai bagai binatang buruan.

Papua sudah berjuang dengan kemampuan seadanya untuk menghadapi negara Indonesia dan para sekutunya; dan perjuangan bangsa Papua secara jasmani sudah membuktikan kepada dunia bahwa bangsa Papua layak menjadi sebuah ‘negara merdeka berdaulat’ untuk membangun masa depan bangsanya bagi perdamaian dunia.

Papua sudah saatnya untuk dipulihkan; dan sebelum Papua dipulihkan, ada prasyarat yang harus dilengkapi oleh setiap pribadi bangsa Papua. Prasyarat itu adalah pemulihan diri yaitu bertobat dari salah dosa, berdamai dengan siapapun sekalipun musuh dan bersatu di dalam kehendak Tuhan yakni bersatu di dalam ‘Kerajaan Transisi Papua’ yang sudah lahir sejak 1 Desember 2020 di Jayapura atas perintah Tuhan.

Papua harus memulihkan diri (Bertobat, Berdamai, dan Bersatu) jika masing-masing kita mau masuk ke alam kemerdekaan Papua untuk menikmati susu madu di Tanah Suci Papua.

Papua harus ingat bahwa sesuai petunjuk dari Tuhan: “Bagi yang tidak bertobat dari salah dosa (tidak lahir baru di dalam Tuhan), tidak akan diizinkan oleh Tuhan untuk masuk ke Tanah Suci Papua”.

Baca Juga:  Vox Populi Vox Dei

Papua dalam genggaman NKRI dan para sekutunya hanyalah ada ratapan, derita dan akar pahit alias ‘tidak ada masa depan bangsa Papua dalam bingkai NKRI’, tetapi masa depan bangsa Papua hanya ada dalam tangan Tuhan.

Papua sudah saatnya dipulihkan hak hak dasarnya oleh Tuhan, termasuk hak kemerdekaan kedaulatan bangsa Papua sebagaimana terencana dalam ketetapan Allah dari awal mula.

Papua selama ini merana seorang diri mencari pertolongan ke berbagai penjuru dunia, tetapi dunia tidak datang segera menolongnya, justru dunia bersatu menguasai Papua, merampok sumber daya alam dan membasmi etnis Papua. Tetapi Tuhan mengasihi Papua dari semula, sama seperti Tuhan mengasihi bangsa lain di dunia. Maka itu, Tuhan Allah sedang siap berdiri di ambang pintu untuk menegakkan keadilan bagi bangsa Papua.

Papua adalah bangsa perjanjian akhir (penggenapan), dan Israel adalah bangsa perjanjian awal. Dan, waktu Tuhan akan segera tiba agar kedua bangsa itu bergandeng bersama untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan.

Papua adalah bangsa yang diberkati oleh Tuhan yang akan memberkati bangsa bangsa di dunia, maka itu marilah kita segera mempersiapkan diri melalui jalan Bertobat dari salah dosa, Berdamai dengan siapapun sekalipun musuh, dan Bersatu di dalam kehendak Tuhan. Singkatnya, merdeka secara rohani (bertobat lahir baru di dalam Tuhan).

Papua merdeka secara jasmani (politik) sudah dinyatakan pada 19 Oktober 1961 dan diumumkan secara resmi dalam upacara kemerdekaan 1 Desember 1961. Dan, Tuhan sedang menanti kemerdekaan rohani dari setiap kita, agar Papua dipulihkan segera indah pada waktu Tuhan.

Baca Juga:  Musnahnya Pemilik Negeri Dari Kedatangan Bangsa Asing

Papua merdeka berdaulat adalah hak mutlak Tuhan Allah dan hanya berada di tangan Tuhan Allah, bukan berada di tangan para konglomerat dunia yang bengis dan egois.

Papua sedang dalam penantian keputusan Tuhan Allah, dan ketika waktu Tuhan itu tiba, maka tak ada kuasa di dunia manapun yang akan menunda atau membendung rencana Tuhan untuk pemulihan holistik tanah air dan bangsa Papua dari pulau Gad Sorong sampai Samarai PNG.

Papua jangan buta membaca tanda tanda akhir zaman ini. Papua jangan tergilas dengan arus zaman yang semakin kencang. Papua jangan tertipu dengan berbagai tawaran murahan dari dunia yang akan mematikan tubuh dan jiwa di dalam api neraka.

Papua harus segera bangkit dari keterpurukan. Mari kita lari cepat cepat kepada hadirat Tuhan agar Tuhan memegang tangan kita untuk melewati badai besar yang ada di depan mata kita, dan pada akhirnya bersama Tuhan memasuki pintu gerbang emas menuju Papua Baru atau Tanah Suci Papua atau Eden Papua.

Papua bertahan hidup dan berjuang sampai detik ini bukan semata mata karena kebolehan dan kemampuan kita, tetapi kita Papua yang tersisa ini hidup dan berjuang dengan ‘iman, kasih dan pengharapan’ hanya karena kasih karunia dari Tuhan. Maka itu, revolusi Papua bukan revolusi Koteka, bukan juga revolusi Kelapa, tetapi ‘Revolusi Iman atau Kemenangan Iman’. Hanya Tuhan-lah Pembebas, Gembala Agung dan Raja Kita’, Amin.

“Kemenangan duniawi bersifat hampa dan fana, tetapi kemenangan iman oleh karena kasih karunia dari Tuhan bersifat tetap dan kekal”.

Jayapura, 10 Maret 2023

Terkini

Populer Minggu Ini:

Pemkab Yahukimo Belum Seriusi Kebutuhan Penerangan di Kota Dekai

0
“Pemerintah kita gagal dalam mengatasi layanan penerangan di Dekai. Yang kedua itu pendidikan, dan sumber air dari PDAM. Hal-hal mendasar yang seharusnya diutamakan oleh pemerintah, tetapi dari pemimpin ke pemimpin termasuk bupati yang hari ini juga agenda utama masuk dalam visi dan misi itu tidak dilakukan,” kata Elius Pase.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.